Lectio Divina 12.06.2022 – Mengimani Tritunggal Mahakudus

0
550 views
Roh Kebenaran akan memberitahukan apa yang Ia terima dari-Ku, by Vatican News

Minggu. Hari Raya Tritunggal Mahakudus (P).

  • Ams. 8:22-31
  • Mzm. 8:4-5,6-7,8-9
  • Rm. 5:1-5
  • Yoh. 16:12-15.

Lectio Yoh. 16:12-15

Meditatio-Exegese

Aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku

Puisi yang sangat indah dan menyanjung Kebijaksanaan mengakhiri agian pertama Kitab Amsal. Sama dengan di puisi pertama (Ams. 1:20-33) K

ebijaksanaan yang dipersonifikasi sebagai perempuan cantik berbicara di muka umum agar semua orang mendengarkannya (Ams. 8:1-3). Pesan Kebijaksanaan diwartakan kepada semua orang (Ams. 8:32-36).

Dalam tradisi kuna, kebijaksanaan atau hikmat, ôkmâ (Ibrani), σοφια, sophia (Yunani) atau sapientia (Latin), selalu ditandai dengan ciri khas akan sikap atau penguasaan keahlian, pengertian, dan pengetahuan tertentu, misalnya di bidang kerajinan logam mulia dan pertukangan (Kel. 35:31; 1Kor. 3:10).

Kebijaksanaan juga berarti pendidikan tinggi (bdk. 1Raj. 5:9-14; 1Kor. 6:5), kemampuan atau kepandaian untuk mengatur seluruh tindakan agar berhasil dalam hidup (Ams. 8:12-21).

Kebijaksanaan selalu berawal dari anugerah Allah, yakni: takut akan Allah (Ams. 9:10; Yes. 11:2; Luk. 21:15; Kis. 6:3.10; 7:10).

Dalam Septuaginta, penulis Amsal menggunakan kata  φόβος, phóbos, takut; dari kata kerja φέβομαι, phébomai, merasa takut.

Yang dimaksud oleh penulis adalah sikap/disposisi batin yang menghormati, menyembah dan bersujud serta beriman pada Allah. Sikap batin ini selalu mendatangkan damai, seperti dialami Zakaria ketika diberitahu akan kehamilan isterinya yang tua dan mandul (Luk. 1:12-13).

Ibu Maria juga mengambil sikap hormat, bersembah sujud dan peraya pada Allah ketika menerima tugas perutusan untuk mengandung Yesus. Saat itu malaikat berkata (Luk. 1:30), “Jangan takut, hai Maria.”Ne timeas, Maria. Kelak, Yesus pun selalu bersabda, “Jangan takut.”

Yesus disebut seorang yang bijaksana. Kebijaksanaan-Nya dicerminkan oleh perumpamaan, peraturan hidup yang pada waktu membuat semua orang takjub pada-Nya dan bertanya, “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mukjizat-mukjizat itu?” (Mat. 14:54; Mrk. 6:2; Luk. 2:40.52). Ternyata, “yang ada di sini lebih daripada Salomo!” (Mat. 12:42).

Kebijaksanaan selalu memiliki alasan untuk diperhatikan. Ia perlu diperhatikan karena menawarkan nilai luhur dan sangat berguna (Ams. 8:4-14); bahkan, ia, “hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan.”

Relasi antar pribadi terjamin mesra jika hikmat diijinkan membimbing jalinan relasi antar manusia.

Jika para raja dan pembesar mencari hikmat dengan sepenuh hati, ia akan membimbing mereka untuk memerintah dengan bijaksana dan adil (Ams. 8:15-21). Terlebih, hikmat diciptakan sebagai permulaan pekerjaan Allah.

Dapat disaksikan hikmat hadir ketika Allah menciptakan dan menata tiap bagian semesta supaya tersusun rapi seperti rencana-Nya (Ams. 8:22-31).

Prolog Injil Yohanes menggunakan ungkapan yang mirip dengan ungkapan penulis untuk melukiskan relasi antara Allah dengan Sang Sabda (Ams. 8:22-30, bdk. Yoh. 1:1; Ams. 8:35, bdk. Yoh. 1:4).

Kedudukan yang disandangkan pada sang hikmat dalam Amsal akan disematkan pada Kristus dalam teks Peerjanjian Baru.

Santo Paulus dalam Surat kepada Jemaat Kolose melukiskan Yesus sebagai “yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”, primogenitus omnis creaturae (Kol. 1:15). Kemudian, dalam Kitab Wahyu, Yesus diberi gelar, “permulaan dari ciptaan Allah”, qui est principium creaturae Dei (Why. 3:14). 

Penulis Kitab Amsal melukiskan bahwa hikmat bersuka cita di hadapan Allah dan dan menjadikan anak-anak manusia kesenangannya. Sukacita ini mencermikan kemurahan hati dan keagungan Allah, karena seluruh rancangan dan ciptaan-Nya selalu dilihatnya baik (Kej. 1:10. 12. 18. 25); sedangkan anak-anak manusia dilihat-Nya sungguh amat baik (Kej. 1:31).

Karya dari Pribadi Pertama dari Tritunggal Mahakudus adalah untuk membagikan hidup-Nya sendiri pada ciptaan, suatu hidup yang bernilai tinggi dan penuh suka cita.

Seperti seorang ibu, Allah mencurahkan hidup-Nya sendiri melalui Sang Hikmat, yang juga bagian tak terpisahkan dari-Nya. Maka, ciptaan dan hidup selalu merupakan anugerah yang luhur. 

Tradisi Gereja sejak abad keenam menghormati Ibu Maria, sama seperti penghormatan kepada Sang Sabda adalah Allah sejak awal mula, yang telah direncanakan Allah untuk ambil bagian bagian dalam karya keselamatan-Nya sejak mula pertama sebelum bumi terbentuk (Ams. 8:22-23).

Gereja mengajarkan, “Ketika tiba waktunya, Maria, Bunda Allah yang suci murni dan tetap perawan, adalah mahkota perutusan Putera dan Roh Kudus.

Karena Roh mempersiapkannya, Bapa dalam keputusan keselamatan-Nya menemukan untuk pertama kalinya tempat tinggal, di mana Putera-Nya dan Roh-Nya dapat tinggal di antara manusia.

Dalam arti ini tradisi Gereja mengenakan teks-teks terindah tentang kebijaksanaan pada Maria (bdk. Ams. 8:1-9:6; Sir. 24). Maria dipuji dan ditampilkan di dalam liturgi sebagai “takhta kebijaksanaan.” (Katekismus Gereja Katolik, 721)

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu

Santo Yohanes memulai perikop yang dibaca hari ini dengan kalimat (Yoh. 16:12), “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.”, Adhuc multa habeo vobis dicere, sed non potestis portare modo.

Suasana ketika Yesus bersabda begitu hening, mencerminkan suasana perpisahan di saat Perjamuan Terakhir.

Yesus sadar betul akan suasana itu dan mengguratkan suasana haru di waktu yang tinggal tersisa sedikit.

Yesus tahu dan sadar bahwa pengkhianatan segera menyeret-Nya pada peristiwa hidup paling tragis. Sedangkan pembinaan bagi para murid belum tuntas.

Waktu tiga tahun terlalu pendek untuk mengubah hidup seseorang untuk berpikir, merasa, bertindak dan menghayati diri sebagai citra Allah yang baru (bdk. Kej. 1:27; 2Kor. 3:18; Kol. 1:15).  

Ia sadar bahwa para murid masih banyak kekurangan, tetapi Ia mengenal masing-masing dari mereka. Mereka bukan dari kalangan orang yang memiliki kecemerlangan pikir.

Mereka juga tidak mampu mencerna seluruh dampak dan risiko yang harus ditanggung karena menjadi murid-Nya. Mereka akan putus asa. Dan mereka tidak mampu menanggung semua.  

Roh Kebenaran akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran

Yesus sadar para murid sangat lemah, seperti bejana tanah liat yang mudah pecah. Maka, Ia bersabda, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yoh 16:13).

Sabda-Nya menyingkapkan pengalaman komunitas Gereja Perdana yang dibina Santo Yohanes. Mereka mendengarkan Roh Kudus ketika hendak menginterpretasikan, menerapkan dan meneladan hidup, sabda dan karya Yesus. Dan kelompok-kelompok serupa terus tumbuh hingga saat ini.

Kesediaan mendengarkan suara Roh Kudus berakar pada sabda-Nya (Yoh 16: 15), “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”, Omnia, quaecumque habet Pater, mea sunt; propterea dixi quia de meo accipit et annuntiabit vobis.

Roh Kudus

Santo Yohanes menggunakan banyak sekali lambang dan simbol untuk menyingkapkan karya Roh Kudus. Seperti pada kisah penciptaan (Kej. 1:1), Yohanes Pemandi bersaksi (Yoh. 1:32),  “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati.”, Vidi Spiritum descendentem quasi columbam de caelo

Inilah awal penciptaan baru. Yesus menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas (Yoh. 3:34).

Sabda-Nya adalah Roh dan Hidup (Yoh. 6:63). Ketika hendak berpisah dengan para murid, Yesus berjanji akan mengutus Penolong yang lain, Roh Kebenaran  untuk menyertai dan diam di antara manusia (Yoh. 14, 16-17).  

Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, Yesus menganugerahkan pada kita Roh Kudus. Melalui pembaptisan kita menerima Roh yang sama (Yoh 1:33). Ketika Ia menempakkan diri pada para rasul, Yesus menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” (Yoh 20: 22).

Roh Kudus seperti sumber air yang mengalir pada mereka yang percaya kepadaNya (Yoh. 7:37-39; 4:14).

Buah karya Roh Kudus yang pertama dan terutama adalah rekonsiliasi, pendamaian, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh. 20: 23).

Roh Kudus berkarya: menghibur dan menyertai (Yoh. 14:16); menyampaikan kebenaran (Yoh. 14:17; 16:13); mengajarkan dan mengingatkan sabda Yesus (Yoh. 14:26; 16: 12-13); bersaksi tentang Yesus (Yoh. 15:26); menyingkapkan kemuliaan Yesus (Yoh. 16:14); mengingatkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh. 16:8).

Dibimbing oleh Roh Kudus, kita dapat memuji dan memuliakan Allah di mana pun (Yoh. 4:23-24). Tentang kemerdekaan, Santo Paulus bersaksi, “Di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” (2 Kor. 3:17).

Tritunggal yang mahakudus

Yesus menyingkapkan pada para murid misteri iman terbesar – Allah Tritunggal Mahakudus dan tak terpisahkan Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Tugas pengutusan Yesus adalah menyingkapkan kemuliaan Allah pada manusia, Bapa, Putera dan Roh Kudus, dan menyatukan manusia dengan Allah dalam persekutuan kasih.

Dan, pada akhirnya, sesuai dengan maksud dan rencana-Nya, Ia mengundang semua masuk dalam persatuan sempurna dengan Allah Tritunggal mahakudus.                     

Kaum Yahudi mengimani Allah sebagai Pencipta dan Bapa semua yang diciptakan-Nya (Ul. 32:6).

Sebagai bangsa mereka memahami diri sebagai anak sulung Allah (Kel. 4:22). Yesus mewahyukan bahwa “Allah merupakan “Bapa” dalam arti tak terduga: tidak hanya sebagai pencipta, tetapi dari segala abad.

Bapa bagi Putera-Nya yang tunggal, yang hanyalah Putera dalam hubungan dengan bapa-Nya, ”Tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang-orang yang kepadanya Anak itu memperkenalkan Bapa” (Mat. 11:27)” (Katekismus Gereja Katolik, 240).

Tugas perutusan Yesus dan Roh Kudus sama. Inilah alasan mengapa Yesus menyampaikan pada para murid bahwa Roh Kudus akan menyatakan kemuliaan Bapa dan Putera dan akan berbicara tentang apa yang benar.

Sebelum Paskah, Yesus menyingkapkan Roh Kudus sebagai “Roh Kebenaran” dan παρακλητος, parakletos, Penghibur, Pembantu, Pembela, Pelindung, yang menyertai para murid Yesus mengajar dan menuntun mereka “ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 14:17.26; 16:13). Dalam pembaptisan kita diundang untuk ambil bagian dalam hidup Allah Tritunggal Mahakudus di sini, di bumi, dan sesudah kematian, dalam hidup kekal. 

Roh Kuduslah yang menyingkapkan Bapa dan Putera pada kita. Ia juga menganugerahkan iman untuk mengetahui dan memahami kebebaran sabda Allah. Melalui pembaptisan kita menerima anugerah Roh Kudus. Tuhan membaharui anugerah Roh Kudus dalam diri kita masing-masing setiap kali kita membuka hati dan melaksanakan tugas perutusan dari-Nya untuk menghasilkan buah-buah Roh.

Yesus berjanji pada para murid untuk mengutus Roh Kebenaran yang akan mengajar dan membimbing dalam kebenaran. Maka, setiap murid-Nya diminta memohon anugerah sapta karunia: roh hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan dan takut akan TUHAN (bdk. Yes 11:2-3).

Santo Clement dari Alexandria, bapa Gereja abad ketiga, menulis, “Sungguh agung misteri Allah! Satu Bapa, Pencipta alam semesta, Satu Sabda, yang dariNya semesta dicipta. Dan juga Roh Kudus, di mana pun satu dan sama; demikian pula, ada satu perawan yang menjadi bunda, dan saya senang menyebutnya ‘Gereja’”. 

Katekese

Peliharalah warisan iman akan Tritunggal Mahakudus. Santo Gregorius dari Nasiansa, 329-390:

“Peliharalah terutama warisan yang baik ini, untuknya aku hidup dan berjuang, dengannya aku mau mati dan yang menyanggupkan aku memikul segala kemalangan dan menolak segala hiburan: ialah pengakuan iman akan Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Aku mempercayakannya hari ini kepada kalian. Di dalam pengakuan itu aku akan mencelupkan kamu pada saat ini ke dalam air dan mengangkat kembali dari dalamnya. Aku memberikan pengakuan itu kepada kalian sebagai pendamping dan pengawal seluruh kehidupan kalian.

Aku memberikan kepada kalian ke-Allah-an dan kekuasaan yang satu, yang sebagai satu berada dalam tiga dan mencakup Ketiga itu atas cara yang berbeda-beda.

Satu ke-Allahan tanpa ketidaksamaan menurut substansi atau hakikat, tanpa derajat lebih tinggi yang meninggikan atau derajat lebih rendah yang merendahkan …

Itulah kesamaan hakikat yang tidak terbatas dari Ketiga yang tidak terbatas. Allah seluruhnya, tiap-tiapnya dilihat dalam diri sendiri… Allah sebagai yang tiga dilihat bersama-sama…

Baru saja aku mulai memikirkan kesatuan, muncullah sudah Tritunggal dalam kemegahan-Nya. Baru saja aku mulai memikirkan Tritungggal, langsung saya disilaukan kesatuan.” (dikutip dari Orationes 40, 41).

Oratio-Missio

“O Allahku, Tritunggal, yang aku sembah, bantulah aku, melupakan diri sehabis-habisnya, supaya tertanam di dalam Engkau, tidak tergoyangkan dan tenteram, seakan-akan jiwaku sudah bermukim dalam keabadian.

Semoga tak sesuatu pun dapat mengganggu kedamaianku, membujuk aku keluar dari Dikau, O Engkau yang tidak dapat berubah. Semoga setiap saat Engkau membawa aku masuk lebih jauh ke dalam dasar rahasia-Mu.

Puaskanlah jiwaku, bentuklah surga-Mu darinya, tempat tinggal-Mu yang terkasih dan tempat ketenangan-Mu.

Aku tidak pernah akan membiarkan Engkau seorang diri di sana, tetapi aku akan hadir sepenuhnya, sepenuhnya sadar dalam iman, sepenuhnya penyembahan, sepenuhnya penyerahan kepada karya-Mu yang menciptakan. Amin.” (Elisabeth dari Tritunggal, Doa, Katekismus Gereja Katolik, 260).

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menghasilkan buah-buah Roh Kudus?

Cum autem venerit ille, Spiritus veritatis, deducet vos in omnem veritatem – Ioannem 16: 13

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here