Lectio Divina 12.3.2024 – Tuhan Penyembuhku

0
88 views

Selasa. Minggu Prapaskah IV (U)

  • Yeh. 47:1-9.12
  • Mzm. 46:2-3.5-6.8-9
  • Yoh. 5:1-16

Lectio

1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. 2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya 3  dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.

4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. 5 Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.

6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?”

7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” 8 Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” 

9 Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. 10 Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.”

11 Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” 12 Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?”

13 Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. 14 Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

15 Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. 16 Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.

Meditatio-Exegese

Ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci

Nabi Yehezkiel dianugerahi penglihatan akan air yang mengalir ke arah timur dari bawah ambang pintu Bait Suci. Air dari tahta Allah yang maha tinggi menjadi daya penyembuhan dan pemulihan umat-Nya.

Penglihatan nabi dipenuhi ketika Yesus mewartakan kedatangan Kerajaan-Nya. Ia membuat tanda dan mukjizat. Semua itu menyingkapkan daya kuasa Kerajaan-Nya. Melalui tanda air, rahmat dan keselamatan, Allah menganugerahkan hidup kepada setiap makhluk.

“Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup.

Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup. 

Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.” (Yeh. 47:9.12).

Maukah engkau sembuh?

Yesus mendatangi kolam Betesda, di Yerusalem, dekat Pintu Gerbang Domba. Yohanes mendeskripsikan dengan rinci, seperti terbukti melalui penggalian arkheologis (www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-sites-places/jerusalem/the-bethesda-pool-site-of-one-of-jesus’-miracles/). Di tempat itu berkumpul sejumlah besar orang sakit, karena buta, timpang, lumpuh.

Ada mitos berbau takhayul yang selalu dihembuskan, “Sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya.” (Yoh. 5:4).

Karena mitos itulah, di tempat yang seharusnya menjadi tempat saling menolong, solidaritas justru hilang. Masing-masing mencari selamat dan kesembuhan sendiri. Masing-masing mementingkan dirinya sendiri.

Semua berebut menjadi yang pertama masuk kolam ketika malaikat menggoncang air yang tenang. Yang lumpuh, buta, timpang atau penderita yang tidak mungkin bergerak, pasti, selalu tersingkir dan kalah.

Yesus mendekati seorang yang menderita kelumpuhan. Ia sudah lama menantikan kesembuhan. Sudah 38 tahun ia merindukan seseorang yang mau menolongnya memasukkan ke kolam Betesda ketika malaikat menggoncangkan permukaan air. 38 tahun setara dengan satu angkatan/generasi.

Kitab Ulangan menyingkapkan, “Lamanya kita berjalan sejak dari Kadesh-Barnea sampai kita ada di seberang sungai Zered, ada tiga puluh delapan tahun, sampai seluruh angkatan itu, yakni prajurit, habis binasa dari perkemahan, seperti yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada mereka.” (Ul. 2:14).

Yesus melihat penderitaan yang begitu lama. Maka, Ia mengambil prakarsa (Yoh. 5:6), “Maukah engkau sembuh?”, Vis sanus fieri?

Si lumpuh itu mengira kalau Yesus mau menurunkannya ke kolam saat air tergoncang. Tetapi, yang terjadi di luar perkiraannya. Yesus menyuruhnya, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (Yoh. 5:8).

Orang lumpuh itu disembuhkan-Nya di hari Sabat. Tindakan-Nya kemudian menimbulkan serangkaian perdebatan dan menyulut kebencian pada-Nya.

Siapakah orang itu yang berkata kepadamu?

Segera setelah sembuh orang itu keluar kompleks Betesda. Ia mengangkat tilam dan dilihat seluruh kota. Kehebohan muncul, karena ia memikul tilam di hari Sabat.

Tanpa bertanya alasan, orang Farisi langsung menuduh bahwa orang itu melanggar hukum Sabat. Hukum yang dilanggar adalah larangan ke-39, hukum Hotza’ah: memindah atau membawa barang dari satu tempat ke tempat lain.  

Dan pada akhirnya, mereka mengetahui bahwa Yesuslah penyebab seluruh pelanggaran hukum itu. Pada-Nya juga dikenakan tuduhan pelanggaran hukum, karena menyembuhkan orang di hari yang seharusnya digunakan untuk istirahat. 

Penyembuhan dilarang apabila melibatkan kegiatan mengaduk atau membuat adonan dan mengoles. Larangan Sabat keenam, tochain: menggiling, mengaduk, seperti yang dilakukan ketika menyembuhkan orang buta di kolam Siloam (Yoh. 9:6).

Yesus mengesampingkan hukum Sabat dengan dua alasan: manusiawi dan teologis. Ia mengesampingkan hukum karena melihat manusia yang terancam penderitaan atau kematian. Kalau orang boleh melepaskan ikatan lembu atau keledai dan membawanya ke tempat minum di hari Sabat, berarti diperbolehkan juga melepaskan orang dari penderitaan sakit yang diderita begitu lama (bdk. Luk. 13:15). 

Prinsip yang dihayati Yesus disebut sebagai tzar baalei hayim, menghindarkan makhluk hidup dari penderitaan. Yesus memandang orang lumpuh yang disembuhkan itu mengangkat tilam bukan sebagai pelanggaran Sabat, tetapi luapan kegembiraan atas karya Allah padanya.

Dan alasan yang paling hakiki adalah Ia terus berkarya seperti Bapa tidak berhenti bekerja, termasuk di hari Sabat. Apabila Bapa-Nya berhenti bekerja, seluruh dunia mengalami kematian.

Di hari Sabat: siapakah yang memberi kehidupan baru pada para bayi? Siapakah yang meniupkan udara sehingga tiap makhluk bisa bernafas? Siapakah yang mengakhiri hidup seseorang?

Allah terus berkarya seperti air yang mengalir dari bawah ambang pintu Bait Allah dan memberi hidup kepada segala yang hidup (bdk. Yeh. 47:7-9.12; Yoh. 5:17).

Pada orang yang disembuhkan-Nya, Ia menguatkan orang itu untuk terus menjalin relasi mesra dengan Allah yang penuh belas kasih. Ia berpesan (Yoh. 5:14), “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”,  Ecce sanus factus es; iam noli peccare, ne deterius tibi aliquid contingat.

Katekese

Kristus Penyembuh Sejati. Santo Augustinus dari Hippo, 430-543:

“Luka yang kita derita sangat parah. Tetapi Sang Penyembuh mahakuasa. Apakah bagimu belaskasih-Nya nampak tak bermakna saat engkau hidup dalam kejahatan dan dosa, sehingga Ia tidak menyelamatkan hidupmu, sebaliknya mengantarmu kepada iman dan mengampuni dosamu?

Apa yang aku derita sangat parah? Tetapi aku percaya pada Allah yang mahakuasa. Aku kehilangan harapan akan kesembuhan dari luka yang mematikan, jika aku tidak menemukan seorang Penyembuh yang demikian agung.” (Sermon 352,3).

Oratio-Missio

Tuhan, tanamkanlah dalam hatiku kehendak yang kuat untuk diubah dan diperbaharui agar mampu hidup dalam jalan kekudusan. Dan, kuatkanlah aku untuk setia melakukan apa pun yang menyenangkan hati-Mu. Amin.  

  • Temukan dan atasi hal-hal yang menghambatku melakukan kebaikan.

Ecce sanus factus es; iam noli peccare, ne deterius tibi aliquid contingat – Ioannem 5:14

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here