Rabu. Pekan I Prapaskah, Hari Biasa (H)
- Yun. 3:1-10
- Mzm. 51:3-4.12-13.18-19
- Luk. 11:29-32
Lectio
29 Ketika orang banyak mengerumuni Dia, berkatalah Yesus, “Orang zaman ini adalah generasi yang jahat. Mereka meminta suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda. 30 Sebab, seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian juga Anak Manusia akan menjadi tanda untuk orang-orang zaman ini.
31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang-orang generasi ini dan ia akan menghakimi mereka juga. Sebab, ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo.
32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama generasi ini dan mereka menghakimi. Sebab, orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus.”
Meditatio-Exegese
Bangunlah, pergilah ke Niniwe
Untuk kedua kali Allah memerintah Yunus pergi ke Ninive. Ia enggan karena berpikir bahwa keselamatan hanya diperuntukkan bagi bangsanya. Kerahiman dan belas kasih-Nya tidak dibatasi oleh apa pun ciptaan manusia.
Maka, ketika tahu bahwa Allah berbelas kasih pada bangsa yang tidak mengenal Allah itu, marahlah Yunus. ”Tetapi hal itu sangat gusar dan marah. Lalu ia berdoa kepada Tuhan, katanya, “Ya Tuhan, bukankah hal ini telah kukatakan, ketika aku masih di negeriku?
Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal atas malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Sekarang, ya Tuhan, ambillah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup.” (Yun. 4:1-3).
Sampai sekarang Yunus tetap menjadi tanda bagi orang Yahudi dan orang Kristiani. Yesus menghendaki semua orang menjadi murid-Nya.
Menjadi Katolik hanya cara untuk menjadi murid-Nya. Maka, semua orang Katolik membuktikan diri menjadi tanda kehadiran-Nya, bersuka cita, memancarkan dan mewartakan Kabar Sukacita Allah kepada segala makhluk (Mrk. 16:15).
Angkatan ini adalah angkatan yang jahat
Menuntut tanda/bukti dari Yesus merupakan bencana hidup rohani paling parah. Ketika orang Farisi dan Ahli Taurat menuntut tanda, mereka menutup diri pada Allah yang hendak menyatakan diri-Nya.
Sikap mereka berbeda dengan sikap Simeon, yang membuka diri pada bimbingan Roh Kudus. Keterbukaan hatinya memungkinkannya bersuka cita karena ia melihat keselamatan yang datang dari Allah.
Di usia senja, Simeon bermadah, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk. 2:29-32).
Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe
Kepada orang-orang yang menutup diri Yesus hanya memberi tanda Yunus. Yunus adalah tanda kehadiran dan peringatan Allah untuk bangsa Ninive. Mendengar tanda untuk bertobat, bangsa yang tidak mengenal Allah itu berbalik kepada-Nya dan berpuasa.
Atas tindakan bangsa bukan Yahudi itu, “menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.” (Yun. 3:10). Kalau bangsa Ninive mengenal Allah yang berbelas kasih, kaum Farisi dan ahli Taurat tidak.
Yunus menjadi tanda kebangkitan Yesus. Santo Matius menulis, “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat. 12:40).
Ketika ikan besar itu memuntahkan Yunus dari perutnya setelah tiga hari, ia berangkat ke Ninive dan mewaratkan sabda Allah. Demikian pula, setelah kebangkitan pada hari ketiga, Kabar Sukacita disebarluaskan ke segala penjuru (Mrk. 16:20).
Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini
Yesus tidak menyatakan Diri-Nya Mesias, tetapi mengenakan gelar Anak Manusia, yang akan datang dalam kemuliaan dan kuasa seperti penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14). Namun, saat Ia menjelma, Ia menjadi manusia biasa.
Ia dikandung oleh perempuan sederhana, Maria. Ia lahir seperti kebanyakan kaum miskin di Betlehem, dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk. 2:7). Ia mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, δουλου, doulou, dari kata dasar doulos (Fil. 2:5-11).
Tentang Hamba Yahwe, Nabi Yesaya bernubuat, “Ia tidak tampan atau tampak mulia untuk dipandang, dan tidak punya rupa yang membuat kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan. Orang pun menutup muka ketika melihat dia; demikianlah ia dan bagi kita dia tidak masuk hitungan.
Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan disakiti Allah. Akan tetapi dia ditikam karena pemberontakan kita, dia diremukkan karena kejahatan kita. Hajaran yang mendatangkan damai sejahtera bagi kita ditimpakan kepadanya, dan karena bilur-bilurnya kita disembuhkan.” (Yes. 53:2-5).
Maka, Ia tidak dikenal. Ia tetap menjadi tanda bagi angkatan ini dan menimbulkan perbantahan tidak ada henti (Luk. 2:34).
Manusia dituntut untuk mengenali kehadiran-Nya. Yesus mengingatkan kisah Ratu dari Selatan, yang menjumpai Salomo dan belajar dari kebijaksanaan-Nya (bdk. 1Raj. 10:1-10).
Dan dua kali Yesus mengingatkan angkatan itu, “Sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Salomo.” (Luk 11: 31) dan “Sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus.” (Luk. 11:32).
Ia mengajak setiap orang untuk mengenali tanda-Nya (Luk. 11:30), ”Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini”, Nam sicut Ionas fuit signum Ninevitis, ita erit et Filius hominis generationi isti.
Katekese
Jangan berhenti bertobat, hari esok mungkin tiada. Santo Augustinus, Uskup Hippo, 354-430:
“Allah kini tidak lagi berat hati dalam menghadapi kalian, sehingga Ia membatalkan untuk menjatuhkan penghukuman atas diri kalian. Maka, jangan berkata, ‘Besok aku akan bertobat; besok aku akan menyenangkan hati Allah. Dan atas semua yang telah kulakukan hari ini dan kemarin telah diampuni-Nya’.
Apa yang kalian katakan benar: Allah telah menjajikan pengampunan jika kalian berpaling kepada-Nya. Tetapi, apa yang belum Ia janjikan adalah bahwa kalian akan memiliki hari esok saat kalian hendak bertobat.” (Commentary on Psalm 144,11)
Oratio-Missio
Tuhan, ubahlah hatiku yang membatu. Penuhilah dengan kebijaksanaan-Mu agar aku menyukai jalan-Mu. Kuatkanlah aku untuk mengatasi setiap pencobaan. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan untuk selalu mengenali tanda kehadiranNya?
Nam sicut Ionas fuit signum Ninevitis, ita erit et Filius hominis generationi isti – Lucam 11:30