Minggu. Pekan III. Pekan Biasa XI (H)
- Yes. 17: 22-24.
- Mzm. 92: 2-3.13-14.15-16.
- 2Kor. 5: 6-10.
- Mrk.4: 26-34.
Lectio
26 Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, 27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. 29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.”
30 Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? 31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”
33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, 34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Meditatio-Exegese
Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah
Perumpamaan tentang kerajaan hanya ditulis Santo Markus.
Perumpamaan ini berpusat pada daya dalam diri benih untuk bertunas dan tumbuh dengan sendirinya setelah ditabur. Proses bertunas dan tumbuh menjadi misteri bagi si petani dan ia tidak mampu mengendalikannya.
Sepanjang jaman, para ahli di bidang tumbuhan dapat saja merekayasa, menambah, mencampur pelbagai bahan kimia untuk membantu benih tumbuh dan berkembang. Tetapi kapan benih itu mengeluarkan akar atau mengeluarkan tunas tetap menjadi mysterium fascinosum, misteri yang mengagumkan.
Dalam perumpamaan ini Yesus menyingkapkan tiga tahap pertumbuhan benih. Pada tahap awal, benih mengeluarkan tunas dan tunas itu tumbuh makin lama makin tinggi.
Setelah tinggi, benih yang berubah menjadi pohon yang mengeluarkan buah. Pada mulanya tumbuh tangkai, lalu bulirnya. Bulir-bulir muda terus tumbuh hingga penuh isinya. Bulir itu terus tumbuh dan berubah menjadi buah yang cukup masak.
Ketika buah sudah masak, petani siap dengan sabit di tangan untuk menuai. Waktu menuai sudah tiba.
Dalam tradisi Kitab Suci, “musim menuai” melambangkan Pengadilan Terakhir (bdk. Yl. 4:13; Mat. 13:39-43; Why. 14:14-15).
Manusia harus menghadapi dua pengadilan difinitif ini. Ketika ia mati, setiap orang menghadapi pengadilan khusus. Ia akan diganjar sesuai dengan pekerjaan dan imannya (Mat. 16:26; Luk. 16:22; 2Kor. 5:8; Fil. 1:23; Ibr. 9:27; 12:23; KGK 1021-1022).
Namun, kita juga mengimani bahwa seluruh manusia akan menghadapi pengadilan itu ketika Yesus datang dalam kemuliaan-Nya “untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati.” (Syahadat Para Rasul dan Syahadat Nicea-Konstantinopel; Mat. 25:31-46; Yoh. 5:28-29; Kis. 12:15; 1Tes. 4:16; 2Tes. 1:8-10; KGK 681, 1038-1041).
Ia tumbuh dan menjadi lebih besar
Pertumbuhan Kerajaan Allah merupakan karya ilahi yang tidak dapat dicerna pemahaman manusia.
Santo Paulus menggambarkannya pada suratnya kepada jemaat di Korintus, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.” (1Kor. 3:6-7).
Biji sesawi, granum sinapsis, digunakan untuk menggambarkan bahwa benih, sekalipun itu yang terkecil, akan menumbuhkan tanaman yang paling besar. Yang kecil tumbuh menjadi besar seperti saat Nabi Yehezkiel melukiskan Allah yang menanam pohon aras,
“Di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya.” (Yeh. 17:23).
Kerajaan Allah semula kecil, bahkan tidak bermakna sama sekali (bdk. Kis. 2:47; 6:7; 12:24). Ia diremehkan, dianggap tidak ada, bahkan, perlu disingkirkan. Tetapi kelak, ia akan tumbuh besar, menaungi segala dan mencakup seluruh bumi, dengan jumlah tak terbilang (Why. 7:9).
Sabda-Nya (Mrk. 4:32), ”Apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya”, et cum seminatum fuerit, ascendit et fit maius omnibus holeribus et facit ramos magnos, ita ut possint sub umbra eius aves caeli habitare.
Yesus mulai menanam benih iman, harapan dan kasih ketika Ia bersabda pada setiap jiwa, “Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Luk. 17:21). Dan setiap murid-Nya harus harus menumbuh kembangkan benih itu.
Pemadah mazmur (Mzm. 92:13), “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon.” Iustus ut palma florebit, sicut cedrus Libani succrescet.
Iman, harapan dan kasih tumbuh dan berkembang karena tiap murid-Nya bersandar pada Allah.
Sabda-Nya, “Segala pohon di ladang akan mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang layu kering bertaruk kembali. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya.” (Yeh. 14:24).
Katekese
Allah mengaruniakan kita apa yang paling berharga. Ishak dari Niniwe, rahib dari Siria, guru dan uskup, 613-700:
“Seluruh karya Allah, Tuhan semesta alam yang mencurahkan seluruh kasih pada segenap makhluk-Nya, berpuncak pada penyerahan Anak-Nya pada maut di kayu salib. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal kepada dunia.
Bukan karena Ia tak dapat menyelamatkan dengan cara lain, tetapi cara ini memungkinkan Ia menunjukkan pada kita kasih-Nya yang meluap-luap tanpa batas, yakni, dengan mendekatkan kita pada-Nya melalui kematian Anak-Nya.
Seandainya Ia memiliki sesuatu yang lebih berharga dari pada Anak-Nya, Allah pasti memberikan harta milik-Nya itu pada kita, agar melaluinya bangsa manusia seperti kita dapat menjadi milik-Nya kembali.
Dan di luar kasih-Nya yang agung, Ia tidak mampu memaksa kita untuk mengabaikan kebebasan kita untuk memilih-Nya, walau Ia berkuasa untuk itu.
Namun tujuan-Nya adalah bahwa kita harus menjumpai-Nya karena kasih yang memancar dari hati dan jiwa kita. Dan Tuhan kita taat pada Bapa-Nya karena kasih-Nya pada kita.” (dikutip dari Ascetical Homily 74.28)
Oratio-Missio
- Tuhan, ubahlah hatiku yang beku agar aku selalu hidup sesuai kehendak-Mu. Kuatkanlah usahaku untuk ambil bagian dalam meluaskan Kerajaan-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengembangkan iman Katolikku dan melibatkan diri dalam komunitas imanku?
et cum seminatum fuerit, ascendit et fit maius omnibus holeribus et facit ramos magnos, ita ut possint sub umbra eius aves caeli habitare – Marcum 4:32