Kamis. Pekan Biasa XIV (H).
- Kej.44:18-21.23b-29;45:1-5
- Mzm.105:16-17.18-19.20-21
- Mat. 10:7-15
Lectio
7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. 8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
9 Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.
11 Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. 12 Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. 13 Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. 15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”
Meditatio-Exegese
Untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu
Perjumpaan saudara-saudara Yusuf dengannya berakhir sangat dramatik. Sebelas anak laki-laki Yakub, Isreael telah membangun ikatan persaudaraan yang kokoh setelah menjual Yusuf kepada pedagang budak dari suku Ismail.
Kisah penganiayaan mereka pada anak yang dikasihi ayah mereka meninggalkan luka yang dalam. Dan mereka menanggung konsekuensi yang sangat berat.
Yehuda, misalnya, mengungkapkan beban batin ayahnya, “Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku; yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali.
Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka.” (Kej. 44:27-29).
Di hadapan Yusuf, melalui mulut Yehuda, mereka mengakui bahwa mereka adalah pendosa di hadapan Allah. Mereka mengakui dosa mereka, tetapi bukan karena mencuri piala yang ada di kantong gandum Benyamin.
Mereka mengakui kesalahan atas tindakan keliru pada saudara mereka, Yusuf, di Kanaan, saat ia mengunjungi mereka saat menggembalakan domba. Pengakuan itu membuktikan upaya pemulihan persaudaraan yang telah mereka koyak.
Maka, dalam penuturan panjangnya, Yehuda berupaya menyelamatkan mereka semua di hadapan penguasa Mesir yang belum mereka kenal. Dengan cara tertentu pula, Yehuda, yang menurunkan Daud, kelak menyelamatkan seluruh bangsa Israel.
Setelah kisah panjang Yehuda, Yusuf, saudara mereka yang hilang, tidak dapat menahan diri untuk segera memeluk, mengampuni dan menyatukan seluruh keluarga Yakub. Saat ia menyingkapkan siapa dirinya, semua saudaranya sangat terkejut, gemetar ketakutan, dan khawatir akan ditimpakan penghukuman karena dendam.
Kata Yusuf (Kej. 45:4), “Marilah dekat-dekat. Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir.”, Accedite, inquit, ad me. Ego sum Ioseph frater vester, quem vendidistis in Aegyptum.
Yusuf memadamkan api dendam. Ia mampu memandang seluruh kegetiran yang menimpanya sebagai cara Allah memelihara kehidupan (Kej. 45:5-13). Kemurahan hari Firaun, penguasa Mesir, pun dipandang sebagai bagian rencana penyelamatan Allah.
Akhirnya, kebaikan hati dan belas kasih Allah berpuncak pada saat Yakub menemukan kembali anaknya yang hilang (Kej. 45:28). Tujuan dari semua karya-Nya adalah “untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” (Kej. 45:5)
Sejarah membuktikan kebesaran hati Yusuf, karena ia tidak memelihara api dendam. Hatinya tertuju pada cara untuk menyatukan kembali saudara-saudarinya. Ia menuntun tiap pribadi secara bertahap untuk mengakui kesalahan, mengampuni dan memperlakukan kembali sebagai saudara-saudari seperti sedia kala.
Santo Paus Yohanes Paulus II mengajar, “Masyarakat dapat menjadi “lebih manusiawi” hanya jika kita memperkenalkan ke semua relasi timbal balik mereka, yang membentuk aspek moralnya, saat-saat pengampunan, yang memuat begitu banyak intisari Injil. Pengampunan menunjukkan kehadiran kasih yang lebih kuat daripada dosa di dunia.
Pengampunan juga merupakan syarat mendasar bagi suatu rekonsiliasi, bukan hanya dalam relasi Allah dengan manusia melainkan juga dalam relasi antara sesama manusia.
Dunia yang menyingkirkan pengampunan akan menjadi dunia yang keadilannya menjadi dingin dan tanpa perasaan, dan atas nama keadilan semacam itu setiap orang akan mengklaim hak-haknya sendiri berhadapan dengan hak-hak orang lain.
Berbagai macam keegoisan yang tersembunyi dalam diri manusia akan mengubah kehidupan individu dan masyarakat menjadi sebuah sistem penindasan terhadap yang lemah oleh yang kuat, atau menjadi arena perselisihan yang tetap antara satu kelompok dengan kelompok lain.” (Ensiklik Kaya Dalam Kerahiman Dives In Misericordia, 14).
Kerajaan Surga sudah dekat
Inti Kabar Sukacita, Injil (Mat 10:7): Kerajaan Surga sudah dekat, Appropinquavit regnum caelorum. Yesus mengutus para murid untuk pergi dan berbicara atas nama-Nya dan melakukan kegiatan pelayanan atas kuasa-Nya. BagiNya Kerajaan Surga sudah hadir di sini dan sekarang ini.
Kehadiran Kerajaan Allah terjadi pada saat yang penuh rahmat, καιρος, kairos (Mrk. 1:15), sekarang ini dan di sini. Ia hadir seperti benih sesawi yang ditaburkan di tanah. Yang dibutuhkan cuma perawatan tanah, siraman air dan pemupukan, agar tumbuh dan berkembang.
Berbeda dengan Yesus, orang tidak mau mengenali dan menyadari tanda kehadiran kerajaan itu (bdk. Luk. 17:21). Kaum Farisi menanti datangnya Kerajaan Surga hingga seluruh bangsa melaksanakan hukum dengan rinci dan benar.
Sedangkan kaum Esseni, yang tinggal sebagai rahib di Qumram, mengharapkan penghancuran total seluruh kuasa jahat, agar, pada saat itulah, Kerajaan Surga ditegakkan.
Yesus tidak menghendaki para murid yang diutus-Nya berkhotbah tentang ajaran atau doktrin kegamaan, peraturan keagamaan atau peribadatan yang megah dan meriah. Ia menuntut para murid melakukan apa yang dilakukan-Nya: menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mentahirkan orang kusta, dan mengusir setan-setan.
Tindakan konkrit ini bermakna bahwa semua murid Yesus harus mau bekerja, melayani mereka yang disingkirkan dan diabaikan dalam komunitas manusia yang memilih berpihak pada Mamon atau Beelzebul.
Dengan memerangi kekuatan dan kuasa setani, penyakit, ketakutan dan penindasan, Yesus mengundang para murid untuk meyakini zaman baru, zaman Mesias, sudah dimulai.
Zaman baru dialami sekarang, ketika para murid mewujud-nyatakan doa yang diajarkan-Nya, Bapa Kami. Datanglah Kerajaan-Mu; Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam Surga. Adveniat regnum Tuum; Fiat voluntas tua sicut in caelo et in terra.
Berilah salam kepada mereka
Pemberita Injil hanya diperkenankan membawa damai sejahtera. Mereka hanya memusatkan perhatian pada bagaimana Warta Gembira menyebar di antara umat mansusia.
Para pemberita Injil hanya mengabdi kepada Allah. Mengabdi kepada Allah menjadi wujud nyata spiritualitas “miskin di dalam roh” (Mat. 5:3). Mereka membebaskan dari kerakusan akan emas, perak atau tembaga.
Dengan tidak mengikatkan diri pada kerakusan akan harta milik, warta Kabar Gembira tidak menjadi skandal antara salam damai dan ‘salam tempel’, menuntut layanan dengan 30 keping perak (Mat. 26:15).
Namun demikian, para pemberita Injil harus mendapatkan jaminan hidup wajar dari penerima warta Injil. Para pewarta Injil selalu membutuhkan doa dan dukungan melalui pemberian wajar untuk mendukung karya mereka.
Katekese
Anugerah kuasa untuk berkuasa bersama Tuhan. Santo Hilarius dari Poitiers, Bapa Gereja, 315-367 :
“Seluruh kuasa yang dimiliki Tuhan dianugerahkan kepada para Rasul! Mereka yang dipurwarupakan dalam ganbar dan keserupaan dengan Allah dalam Adam sekarang menerima gambar dan kesempurnaan yang sempurna dari Kristus.
Mereka telah diberi kuasa yang tidak ada bedanya dengan kuasa yang dimiliki Tuhan. Mereka yang pernah terikat di dunia sekarang menjadi terikat di surga. Mereka akan mewartakan Kerajaan Surga sudah datang, agar gambar dan keserupaan dengan Allah sekarang didukung dengan kebenaran, sehingga semua orang kudus yang menjadi ahli waris surga dapat meraja bersama Tuhan.
Mereka memiliki kuasa menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mentahirkan yang menderita kusta dan mengusir setan. Apa pun luka dan kehancuran pada tubuh Adam yang disebabkan karena mengikuti bujukan setan, biarkan para Rasul menghapusnya dengan ambil bagian dalam kuasa Tuhan.
Dan agar mereka memperoleh keserupaan yang penuh dengan Allah seperti dinubuatkan dalam Kitab Kejadian, mereka diminta memberikan dengan cuma-cuma apa yang terima dengan cuma-cuma pula (Mat 10:8).
Maka anugerah yang diberikan dengan cuma-cuma harus disebarluaskan pula dengan dengan cuma-cuma.” (Commentary On Matthew 10.4)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga sukacita dan kebenaran Injil mengubah hidupku sehingga aku mampu bersaksi tentangnya pada mereka yang tinggal di sekitarku. Kuatkanlah aku agar mampu mewartakan kebenaran dan cahaya-Mu ke manapun aku pergi. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk menghadirkan Kerajaan Allah di lingkunganku terdekat?
Infirmos curate, mortuos suscitate, leprosos mundate, daemones eicite – Matthaeum 10:8