Selasa Pekan Biasa XXIV. Pesta Salib Suci (M)
- Bil. 21:4-9
- Mzm. 78:1-2.34-35.36-37.38
- Flp.2:6-11
- Yoh 3: 13-17
Lectio
13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari pada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15 upaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Meditatio-Exegese
Anak Manusia harus ditinggikan
Gelar ‘Anak Manusia’ berlatar belakang pada penglihatan Nabi Daniel 7:13, “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.”
Ketiga Penginjil Sinoptik mengenakan gelar ‘Anak Manusia’ terkait dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus.
Gelar ‘Anak Manusia’, yang digunakan dalam Yohanes sebanyak 13 kali, mengandung makna bahwa Yesus ditinggikan (Yoh. 3:14; 8:28; 12:34).
Peninggian Anak Manusia di kayu salib bermakna bahwa Ia dimuliakan (Yoh. 12:23; 13:31) dan kepada-Nya diberikan kuasa mengadili dengan lambang meterai Allah (Yoh. 6:27).
Allah mengasihi manusia dan seluruh ciptaan tanpa batas. Kasih-Nya menjangkau seluruh ciptaan dan masing-masing pribadi, laki-laki dan perempuan, yang diciptakan seturut dengan “gambar-Nya” (Kej. 1:27; Yoh. 3:16).
Allah mengasihi seluruh pribadi dan tidak pernah berhenti menanti sampai mereka beristirahat dalam diri-Nya. Santo Augustinus berkata, “Allah mengasihi masing-masing dari kita seolah-olah hanya kita sendirilah yang dikasihiNya.”
Dengan kata lain, Ia diutus “ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh. 3:17).
Tiada bukti kasih yang lebih besar dari kasih Allah sehingga Ia rela mengutus PuterNya bagi kita sebagai “tebusan bagi semua manusia.” (1Tim. 2:6). Allah mengutus PuteraNya untuk membebaskan kita dari kuasa dan perbudakan dosa.
Penyaliban Yesus di salib menjadi tindakan kasih tanpa batas dan dari saliblah mengalir penebusan. Maka, sabda-Nya (Yoh 3:15), “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”, ut omnis, qui credit, in ipso habeat vitam aeternam.
Orang yang langsung mengalami kasih yang menebus adalah si penjahat yang ada di sisi kanan-Nya. Lalu ia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Kata Yesus kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23: 42-43)
Yesus mengidentifikasi diri sebagai sumber keselamatan. Yang memandang-Nya memperoleh keselamatan.
Pralambang sebagai sumber keselamatan dikisahkan dalam Bil. 21:4-9. Allah menghukum bangsa yang memberontak pada-Nya dengan mengirimkan ular berbisa dan mematikan.
Tetapi Allah tetap berbelas kasih dan meminta Musa membuat patung ular dari perunggu. Siapa pun, setelah bertobat, memandang ular tembaga itu, yang diletakkan tinggi di atas tiang, tetap hidup (Bil. 21:9). Maka, seluruh karya keselamatan Allah bermuara Yesua.
Sabda-Nya (Yoh. 3:16), “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”, Sic enim dilexit Deus mundum, ut Filium suum unigenitum daret, ut omnis, qui credit in eum, non pereat, sed habeat vitam aeternam.
Katekese
Kisah Musa dan ular tembaga. Santo Syrilus dari Alexandria, 376-444:
“Kisah ini menyingkapkan seluruh misteri penjelmaan. Karena ular melambangkan dosa yang kejam dan mematikan, yang menghancurkan seluruh umat manusia di bumi … memagut Roh dari manusia dan meracuninya dengan bisa dosa.
Dan tidak ada cara yang dapat kita lakukan untuk mengelak atau mengalahkannya, kecuali pembebasan yang berasal dari surga.
Sabda Allah menjelma menjadi manusia seperti kita yang berdosa, “agar Ia menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” (Rm. 8:3), seperti ditulis Santo Paulus.
Dengan cara ini, Ia menjadi Pemberi anugerah keselamatan untuk mereka yang berpegang pada ajaran ilahi dan memandangNya dengan iman yang teguh.
Tetapi si ular, yang terus melata di tanah, menunjukkan bahwa Kristus menyingkapkan sengsaraNya di kayu salib, agar tiap orang tidak gagal untuk memandang-Nya” (dikutip dari Commentary On The Gospel Of John 2.1).
Oratio-Missio
Tuhan, tinggallah dalam hatiku dan ajarilah hatiku selalu terpikat pada-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk memperoleh anugerah keselamatan dan hidup kekal?
Sic enim dilexit Deus mundum, ut Filium suum unigenitum daret; ut omnis qui credit in eum non pereat, sed habeat vitam aeternam – Iohannem 3:16