Lectio Divina 14.12.2022 – Tidak Meragukan Dia

0
118 views
"Tanyakan pada Yesus, "Apakah aku harus menanti Mesias?" kata Yohanes, by Ermenegildo Lodi, Cremona, 1598–1616.

Rabu. Peringatan Wajib Santo Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja (P)

  • Yes. 45:6b-8.18.21b-25
  • Mzm. 85:9ab-10.11-12.13-14
  • Luk. 7:19-23

Lectio

19 Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?”

20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?”

21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta.

22 Dan Yesus menjawab mereka: “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

Meditatio-Exegese

Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?

Penuh keberanian Yohanes bersaksi tentang Yesus saat pembaptisan-Nya. Ia menunjuk dan mengarahkan murid dan orang yang datang padanya untuk mengikuti Yesus.

Ia bersaksi tentang Yesus, “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” (Mat 3:11; Mrk 1:7; Luk 3:16).

Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias” (Yoh 1:20). Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku.” (Yoh 1:29-30).

Tetapi, ketika di dalam penjara, Yohanes mulai ragu. Ia dan para muridnya bertanya-tanya apakah benar Yesus adalah Mesias, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” (Luk. 7:19; Mat. 11:3).

Tradisi alkitabiah yang diwarisi Yohanes dan juga Yesus mengajarkan bahwa umat merindukan tokoh seperti digambarkan oleh Nabi Daniel: anak manusia (Dan 7:13). Tetapi, Yohanes memiliki pandangan tentang Mesias yang berlainan dengan apa yang dihayati Yesus.

Bagi Yohanes, Sang Mesias adalah sosok pemilik ladang gandung yang siap menampi mana bulir yang berisi atau bulir yang kosong. Atau pemotong kayu yang perkasa dan telah memegang kampak, siap untuk menebang pohon yang tidak menghasilkan buah pertobatan. Ia adalah hakim yang siap menjatuhkan penghukuman (bdk. Mat 3:12).

Mendapati pertentangan pemahaman, ia tidak meminta pendapat para ahli Taurat atau orang Farisi, tetapi ia mengutus muridnya untuk bertanya secara langsung kepada Yesus. Yohanes berpikir bening untuk mendapatkan informasi yang bening.

Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku

Memanggapi keraguan pikiran, hati dan iman Yohanes, Yesus menyampaikan bahwa jalan yang ditempuh-Nya berbeda dengan apa yang diyakini Yohanes. Mesias, Anak Manusia yang dinantikan (Dan. 7:13), bukanlah pangeran atau raja atau pahlawan gagah perkasa atau hakim yang siap menjatuhkan penghukuman kepada yang bersalah dan memberi ganjaran kepada yang benar.

Ia adalah Hamba Yahwe seperti nubuat Nabi Yesaya. Maka, pesan-Nya pada murid Yohanes, “Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk. 7:22; bdk. Yes. 35:5-6; Yes. 61:1-2; Mat. 11:5; Luk. 4:17-19).

Yesus menyingkapkan belas kasih Allah, karena Ia menguatkan tangan yang lemah lesu, meneguhkan lutut yang goyah, menguatkan yang tawar hati (bdk. Yes. 35:4).

Yesus mengajak Yohanes, sepupunya, untuk menjernihkan imannya sesuai dengan kehendak Allah. Ia menggemakan sabda Allah dalam kitab Nabi Yesaya, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” (Yes. 55:8).

Apabila Yohanes mampu menjerihkan imannya dan menerima Mesias seperti apa yang terkandung dalam hati Allah, Yesus menyebutnya, “Bahagia”. Yohanes diberkati karena beriman dengan benar. Sabda-Nya (Luk. 7:23), “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”, et beatus est, quicumque non fuerit scandalizatus in me

Katekese

Wajah belas kasih Allah. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 17 Desember, 1936:

“Yesus Kristus adalah wajah Bapa yang berbelas kasih.  Kata-kata ini dengan baik merangkum misteri iman Kristen. Belas kasih menjadi hidup dan nampak dalam diri Yesus dari Nazaret, dan berpuncak dalam diriNya. Allah, “yang kaya dalam belas kasih” (Ef. 2:4, vulgata).

Setelah mewahyukan nama-Nya pada Musa sebagai, “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel. 34:6), tidak pernah berhenti menyingkapkan jati diri ilahiNya, dengan pelbagai macam cara sepanjang sejarah.

Dan “setelah genap waktunya” (Gal. 4:4), ketika segala hal telah dipersiapkan sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, Ia mengutus Putera-Nya yang tunggal ke dalam dunia, lahir dari Perawan Maria, untuk menyingkapkan kasih-Nya pada kita dengan cara definitif.

Barang siapa melihat Yesus, ia melihat Bapa (bdk. Yoh. 14:9). Yesus dari Nazaret, melalui sabda, tindakan dan seluruh pribadiNya menyingkapkan belas kasih Allah” (Bulla Misericordiae Vultus, 1).

Oratio-Missio

Tuhan, kuatkanlah imanku dan harapanku pada-Mu. Bebaskanlah aku dari segala hal yang menghalangiku menemukan Kerajaan-Mu dan kuatkanlah aku untuk melakukan kehendak-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk tidak meragukan Yesus dan membantu sesama untuk percaya pada-Nya?

et beatus est, quicumque non fuerit scandalizatus in me  – Lucam 7:23  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here