Home BERITA Lectio Divina 15.10.2024 – Bersihkan Bagian Dalammu

Lectio Divina 15.10.2024 – Bersihkan Bagian Dalammu

0
0 views
Yang ada dalam hatimu, by Vatican News

Selasa. Perayaan Wajib Santa Teresia dari Yesus (P)

  • Gal 4:31b-5:6
  • Mzm 119:41.43.44.45.47.48
  • Luk 11:37-41
  • Lectio

37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 38 Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.

39 Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam?

41 Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 

Meditatio-Exegese

Hanya iman yang bekerja oleh kasih

Paulus menekankan kebebasan dari Hukum Musa, karena “Kristus telah memerdekakan kita.” (Gal. 5:1). Tetapi, jika orang Kristen kembali mempraktekkan hukum lama, seperti kewajiban sunat, mereka mengalami kemunduran dalam penghayatan iman dan menyingkirkan kebebasan yang diwartakan Injil Kristus. 

Bila memilih tunduk pada Hukum Taurat, orang itu menundukkan diri pada sejenis perbudakan. Mereka menundukkan diri pada 243 perintah dan 365 larangan, umat Galatia memanggul beban yang berat. Mereka juga dibebani tekanan batin bila gagal melaksanakan hukum.

Jika setelah dibaptis, orang mengikuti sunat seperti dipraktikkan para pengajar dari golongan Yahudi, ia harus mengikuti hukum agama itu. Maka, ia sama dengan meninggalkan Kristus dan Gereja-Nya. Penebusan-Nya menjadi sia-sia.

Orang yang mematuhi Hukum percaya bahwa dengan melakukan sesempurna mungkin, Allah ‘berhutang’ keselamatan pada mereka. Lukas melukiskan dengan membandingkan orang Farisi yang berdoa dengan berdiri di hadapan Allah dan mengungkapkan daftar perbuatan baik; sedangkan pemungut cukai hanya menebah dada seraya memohon belas kasih dan pengampunan (bdk. Luk. 9:9-14).

Mengikuti teladan si pemungut cukai, orang Kristen sadar bahwa keselamatan selalu berasal dari ‘anugerah’, pemberian yang tidak dapat dituntut sebagai hak. Pemberian itu dianugerahkan kepada yang menyerahkan dan menggantungkan seluruh hidup pada kemurahan hati Allah.

Selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa hal yang terpenting dihayati oleh umat Perjanjian Baru, baik yang bersunat maupun tidak bersunat, adalah menghayati “iman yang bekerja oleh kasih.” (Gal. 5:6). Iman bukan sekedar seperangkat pengetahuan akan kebenaran atau ajaran agama.

Iman mencakup pemberian dan penyerahan diri tanpa syarat pada Yesus, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup. Ketika iman tumbuh semakin kuat, setiap pribadi pasti mengalami kasih Allah dan meluapkan kasih-Nya kepada sesama.

Dalam segala situasi, hanya pribadi yang merdekalah yang dapat mengasihi, berbelarasa dan mengampuni seluruh sesamanya tanpa pandang muka. Mereka mampu melihat Yesus yang hidup dalam saudara-saudari yang paling hina (bdk. Mat. 25:40).

Paulus menekankan (Gal. 5:6), “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.”, Nam in Christo Iesu neque circumcisio aliquid valet neque praeputium, sed fides, quae per caritatem operatur.

Seorang Farisi mengundang Dia untuk makan

Yesus tidak membeda-bedakan orang. Ia menerima siapa saja, termasuk menerima undangan seorang Farisi untuk makan di rumahnya.

Di rumah itu, Ia mengharapkan terjadinya dialog, wawancara dan wawanrasa, seimbang. Yesus di rumah itu bertindak seperti yang biasa dilakukan-Nya. Ia duduk di meja perjamuan tanpa membasuh tangan.

Di rumah itu, setiap gerakan tindakan-Nya diamat-amati. Betapa orang Farisi sangat terkejut. Ia tidak membasuh tangan, seperti diatur dalam peraturan adat-istiadat.

Walau terdapat perbedaan yang mencolok antara Yesus dan kaum Farisi, terdapat satu ciri khas yang sama di antara keduanya. Baik Yesus maupun kaum Farisi memandang hidup sebagai urusan penting.

Bagi Yesus, hidup-Nya adalah melaksanakan perintah Allah. Sabda-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh. 4:34). Kesungguhan dalam menghayati hidup menjadikan Yesus dikenal di mana-mana.

Sedangkan kaum Farisi memiliki cara hidup yang khas. Setiap hari selama delapan jam mereka mempelajari dan merenungkan hukum Tuhan. Delapan jam lainnya untuk bekerja mecari nafkah. Sisanya untuk istirahat.

Yesus dan kaum Farisi saling mengkritisi dan memahami, tanpa kehilangan kesempatan untuk berdialog.

Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu

Kebiasaan mencuci tangan ternyata sangat penting bagi kaum Farisi. Air untuk membasuh pun harus tersedia, “Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.” (Yoh. 2:6).

Kaum Farisi membersihkan tangan bukan untuk alasan kesehatan. Mereka harus menuruti kebiasaan para lelulur dan menghindari kenajisan (Mrk. 7:3.5). Maka, Yesus menyamakan kelakuaan kaum Farisi dengan pembersihan cawan dan pinggan.

Mereka nampak bersih di permukaan, tetapi dalam hati tersimpan rampasan. Kata ‘rampasan’ merupakan padanan dari αρπαγης, harpage, dengan makna: merampas, mencuri dan tamak.

Ungkapan ‘kejahatan’ berpadanan dengan πονηριας, ponerias, berhati busuk, kejam, berdosa. Akar dari rampasan dan kejahatan adalah ketamakan. Maka, Yesus mengecam perilaku mereka, karena “menelan rumah janda-janda” (Mrk. 12:40). 

Yesus menghandaki pembersihan hati dan perilaku hidup, seperti digemakan Nabi Amos: “Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang … Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” (Am. 5:15.24).

Maka Ia bersabda (Luk. 11:41), Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”, Verumtamen, quae insunt, date eleemosynam; et ecce omnia munda sunt vobis.

Katekese

Karya amal kasih. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430. 

“Tuhan kita bersabda: Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu” bermakna bahwa seluruh karya amal kasih berguna dan harus dilaksanakan.

Karya itu tidak hanya dilakukan kepada mereka yang menyediakan makanan untuk yang lapar, minum untuk yang haus, pakaian untuk yang telanjang, tumpangan untuk yang berziarah, atau perlindungan untuk yang mengungsi.

Karya amal kasih diterapkan juga untuk mereka yang mengunjungi orang sakit dan tawanan, menebus yang diperbudak, menanggung beban mereka yang lemah, menuntun yang buta, menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, menunjukkan jalan yang benar pada yang tersesat, menasihati yang kebingungan, dan melakukan apa saja yang diperlukan untuk yang membutuhkan pertolongan.

Yang melakukan karya amal kasih bukan orang-orang itu saja, tetapi orang yang mengampuni sesama yang bersalah juga melakukan karya amal kasih. Pelaku amal kasih juga mereka yang, melalui kemarahan atau ketegasan, memperbaiki perilaku dan mencegah perilaku buruk orang yang ada bawah pengaruhnya.

Pada saat yang sama, dari lubuk hati, ia mengampuni dosa yang dilakukan orang yang berbuat salah atau menyakitinya. Atau ia juga mendoakan agar orang yang melukai hatinya diampuni.

Orang yang demikian melakukan kegiatan amal kasih tidak hanya karena ia mengampuni dan mendoakan, tetapi juga karena ia mencela tidakan yang jahat dan melaksanakan hukuman untuk memperbaiki perilaku yang keliru.

Dengan cara inilah ia menunjukkan belas kasih… Terdapat banyak sekali karya amal kasih. Ketika kita melakukan karya ini, kita dibantu juga untuk menerima anugerah pengampunan dosa kita sendiri.” (Enchiridion 19.72).

Oratio-Missio

Tuhan, bersihkanlah hatiku dari pikiran jahat; dan, nyalakanlah dengan kehendak untuk selalu melakukan kebaikan dan mengasihi sesama dengan amal kasih. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasihi dan melakukan yang baik?

Verumtamen quod superest, date elemosynam: et ecce omnia munda sunt vobis – Lucam 11:41

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here