Lectio Divina 15.11.2024 – Menyongsong Kedatangan-Nya

0
60 views
Seperti pada zaman Nuh, by Vatican News

Jumat. Minggu Biasa XXXII, Hari Biasa (H)

  • 2Yoh. 4-9
  • Mzm 119:1.2.10.11.17.18
  • Luk 17:26-37

Lectio

26 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: 27 mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. 28 Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun.

29 Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. 30 Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.

31 Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. 32 Ingatlah akan isteri Lot.

33 Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. 34 Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. 35 Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.”

36 (Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.) 37 Kata mereka kepada Yesus: “Di mana, Tuhan?” Kata-Nya kepada mereka: “Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.”

Meditatio-Exegese

Hari Anak Manusia

Yesus menekankan Anak Manusia pasti datang pada saat yang tak diduga manusia. Namun, tak ada yang mau mengerti, memahami, menyambut dan mempersiapkan diri.

Yesus tidak mau disalah pahami. Ia menggunakan gelar Anak Manusia untuk menyingkapkan jatidiri-Nya dan menghindari salah penafsiran dari bangsa-Nya saat itu.

Ia tidak datang sebagai pahlawan pemenang perang dan penakluk dunia. Ia tidak datang sebagai hakim yang mengadili dan menentukan siapa yang salah dan benar. Ia tidak datang sebagai imam yang membuat perayaan keagamaan yang megah dan pengajaran yang membawa kemakmuran.

Ia datang sebagai Anak Manusia, dalam nubuat Nabi Daniel. “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.

Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan. 7:13-15).

Untuk menjelaskan hari kedatangan Anak Manusia, tradisi alkitab menggunakan kata καιρος,  kairos, seperti dalam Mrk. 1:15, dengan makna ‘waktunya telah genap, saatnya telah tiba’.

Waktu Tuhan tidak bisa diukur dengan waktu manusia χρονος, chronos. Bagi Allah waktu satu hari bisa setara seribu tahun dan seribu tahun setara dengan satu hari (Mzm. 90:4; 2Ptr. 3:8).

Kairos tidak dapat dilihat, walau berlangsung beringan dengan waktu manusia, chronos. Manusia tidak mampu mengatur ‘kairos’, tetapi diundang Allah untuk mempersiapkan kedatangan ‘kairos’ itu pada saat ia datang dalam waktu manusia, chronos.

Kedatangan-Nya mungkin terjadi hari ini, atau seribu tahun kemudian. Yang menjadi jaminan bahwa manusia siap menyambut saat itu adalah daya upaya untuk mengwujud nyatakan sabda Yesus dalam hidup sehari-hari. Sabda Allah tak akan lekang oleh jaman (bdk. Yes. 40:7-8).

Hari Nuh dan zaman Lot

Yesus mengundang manusia untuk mempersiapkan kedatangan-Nya. Manusia memiliki dua pilihan: menerima undangan-Nya atau menolak. Mereka yang menerima akan mempersiapkan diri dengan pantas, seperti yang dilakukan Nuh dan keluarganya (Kej. 6:22). Yang menolak melakukan kejahatan (Kej. 6:5).

Nuh melaksanakan perintah Allah di tengah kegiatan sehari-hari. Mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan (Luk. 17:27).

Hal yang sama terjadi pada keluarga Lot. Mereka mempersiapkan saat penyelamatan pada saat seluruh kota melakukan kebiasaan. Mereka makan dan minum, membeli dan menjual, menanam dan membangun (Luk. 17:28).

Ingatlah akan isteri Lot

Yesus mengingatkan para murid untuk tidak bertindak seperti istri Lot. Saat ia diselamatkan, ia menoleh ke belakang dan berubah menjadi tiang garam (Kej. 16:19).

Para murid harus mengimani kebenaran sabda dan melaksanakan-Nya. Tidak memberi ruang keraguan dalam batin ketika harus bersaksi tentang-Nya.

Bersaksi dan melakukan kehendak-Nya selalu diikuti usaha keras untuk melawan musuh-musuh Allah dan jiwanya sendiri. Usaha keras menjadi saksi dan melakukan sabda-Nya pasti mempertaruhkan seluruh hidup dan, bila dituntut, harus kehilangan nyawanya.

Ada juga bentuk lain dari usaha keras menjadi saksi dan penyerahan nyawa. Bukan kepada Allah. Maka, sama-sama kehilangan nyawa, belum tentu dua orang dalam satu rumah mengalami keselamatan.

Sabda-Nya (Luk. 17:33), “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.”, Quicumque quaesierit animam suam salvam facere, perdet illam; et, quicumque perdiderit illam, vivificabit eam.

Orang Farisi bertanya kapan (Luk. 17:20) dan para murid bertanya di mana kedatangan-Nya akan terjadi (Luk. 17:37). Yesus mengingatkan bahwa mereka tidak boleh diam saja laksana mayat, yang dianggap najis (Im. 21:11).

Tindakan diam, tidak melakukan apa-apa, berarti membiarkan diri dimangsa burung nasar, kehancuran. Hari Tuhan dipersiapkan dengan tobat, μετανοιας, metanoia, dan percaya kepada Injil (Mrk. 1:14). Sabda-Nya (Luk 17:32), “Ingatlah isteri Lot.”, Memores estote uxoris Lot.

Katekese

Mereka yang sedang bekerja di ladang menaburkan Sabda Allah. Santo Ambrosius dari Milan, 339-397:

“Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali”.

Bagaimana aku dapat memahami makna ladang jika Yesus sendiri tidak mengajarkannya padaku? Ia bersabda, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk. 9:62).

Orang yang malas hanya duduk-duduk di dangau di ladang; tetapi orang yang rajin menanam di ladang. Orang yang lemah berdiang di perapian, tetapi yang kuat membajak sawah. Bau ladang sangat sedap, karena bau Yakob adalah bau padang yang sangat sedap (Kej. 27:27).

Ladang pasti penuh bunga-bunga. Juga penuh dengan buah yang beraneka rupa. Bajaklah ladangmu jika kamu ingin diutus ke Kerajaan Allah.

Biarkan ladangmu berbunga, berbuah dengan anugerah yang baik. Biarlah anggurmu berbuah lebat di samping rumahmu dan tunas pohon zaitun mengelilingi mejamu (Mzm. 128:3).

Sadar akan kesuburan ladang, buatlah jiwamu, yang ditaburi benih Sabda Allah dan menjadi tanah pertanian rohani yang subur. Maka, kamu bisa berkara pada Kristus, “Marilah, kekasihku, mari kita pergi ke ladang.” (Kid. 7:11).

Biarkan Ia menjawab, “Aku sudah masuk ke dalam tamanku, dindaku, pengantin perempuan. Aku telah mengumpulkan damar dengan rempah-rempahku.” (Kid. 5:1). Apa ada yang lebih baik dari warisan iman, yang menjaga buar kebangkitan-Nya disimpan dan diairi dengan mata air suka cita abadi terus mengalir tanpa henti.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 8.43.27)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah harapanku, karena Engkau telah menebus dunia melalui kematian-Mu di salib dan kemenangan-Mu atas maut. Bantulah aku untuk selalu berjaga-jaga dan memusatkan perhatian akan kehadiran Kerajaan-Mu dengan melayani sesama. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mempersiapkan kedatangan Kerajaan-Nya?

Quicumque quaesierit animam suam salvam facere, perdet illam; et, quicumque perdiderit illam, vivificabit eam – Lucam 17:33

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here