Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 15.12.2023 – Tidak Senada, Tidak Seirama

Lectio Divina 15.12.2023 – Tidak Senada, Tidak Seirama

0
Kami meniup seruling, by Édouard Manet, 1832-1883.

Jumat. Hari Biasa. Pekan Adven II (U)

  • Yes. 48:17-19
  • Mzm. 1:1-2.3.4.6
  • Mat. 11:16-19

Lectio

16 Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: 17 Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.

18 Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. 19 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

Meditatio-Exegese

Mereka seumpama anak yang duduk di pasar

Allah yang diimani selalu mengajarkan kebaikan dan menuntun ke jalan yang mengantar pada-Nya (bdk. Yes. 48:17). Sang nabi juga menubuatkan bahwa damai sejahtera dan kebahagiaan bisa diraih apabila manusia memperhatikan perintah Allah.

Sabda-Nya, “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku.” (Yes. 48:18-19). 

Sebaliknya, yang ditemukan Allah justru umat yang menolak kehadiran-Nya. Mereka seumpama sapi yang tidak mengenal pemilik atau keledai yang lupa pada tempat makan dan minumnya.

“Tuhan berfirman: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.” (Yes. 1:2-3).

Perumpamaan Yesus tentang sekelompok pemusik yang keras kepala menantang setiap murid-Nya untuk mempertanyakan: apakah para murid Yesus hanya mau mendengarkan dan melaksanakan apa yang menyenangkan saja?

Para pemusik itu begitu jengkel. Mereka telah memainkan alat musik dan menyanyi. Tetapi para tamu yang datang ke pesta nikah tidak menghiraukan musik dan nyanyian. Bahkan, mereka juga tidak mau menari sesuai iringan musi dan lagu yang dimainkan.

Terlebih saat mereka datang ke perkabungan, tidak tampak guratan duka di wajah masing-masing tamu. Wajah yang tidak muram membuat para pemusik geram.

Kata para pemusik dan penyanyi (Mat. 11:17), “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.”, Cecinimus vobis, et non saltastis; lamentavimus, et non planxistis.

Para pemusik itu tidak mampu lagi membaca tanda-tanda perubahan jaman untuk melayani para tetamu dan mereka yang datang di perkabungan. Mereka memaksakan setiap orang mengikuti alunan musik dan lagu mereka. Dengan kata lain, mereka tidak mau berubah.

Maka, pemaksaan kehendak  sama dengan memberontak terhadap Allah. Padahal apa yang mereka miliki mungkin sudah usang dan tidak sesuai dengan jaman baru. 

Sabda Tuhan (Mat. 9:17), “Anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua.”, Neque mittunt vinum novum in utres veteres.   

Yohanes datang dan Anak Manusia datang

Ketika Yohanes Pembaptis datang mewartakan pertobatan, para pemuka umat menolak. Mereka bertobat  dengan sikap tobat palsu (bdk. Mat. 3:7-10). Ketika mengecam praktek hidup menyimpang dari kehendak Allah, ia dipenjarakan dan dipenggal (bdk. Luk. 3:19-20; Mat. 1-12; Mrk. 6:14-29; Luk. 9:7-9).

Ketika Yesus datang, Ia ditolak. Mereka berkata, “Ia tidak waras lagi.” (Mrk. 3:21); “Ia kerasukan Beelzebul.” (Mrk. 3:22); “Ia orang Samaria dan kerasukan setan.” (Yoh. 8:48); “Orang ini tidak datang dari Allah.” (Yoh. 9:16). Dan ada ribuan lain alasan untuk menolak kehadiran-Nya.

Sampai hari ini pun penolakan terhadap-Nya masih terus bergema. Inilah alasan penolakan: “Ajaran-Nya sama dengan ajaran Marx”; “Ia melawan tradisi suci”.  Tetapi, ada juga grafiti yang menulis :

                “God is dead.” – Friedrich Nietzsche;

                “Nietzsche is dead.” – God.

                Allah telah mati  –  Friedrich Nietzsche;

                Nietzsche telah mati  – Allah.

Katekese

Pengampunan yang mengalir laksana sungai membersihkan dosa kita. Santo Ambrosius dari Milan, 339-397 :

“Maka, air ini sangat bagus. Yang kumaksud adalah rahmat Roh Kudus. Siapa yang menganugerahkan Mata Air ini dalam hatiku? Biarkan Mata Air ini meluap-luap dalam diriku; biarkan yang menganugerahkan hidup kekal mengalir padaku. Biarkan Mata Air ini mengaliri kita dan tidak mengalir ke tempat lain.

Karena Sang Kebijaksanaan bersabda, “Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?” (Ams 5:15-16).

Bagaimana aku harus menjaga air ini agar tidak meresap ke tanah atau tumpah? Bagaimana aku menjaga wadahku supaya tidak pecah karena dosa sehingga membuat air yang mengandung hidup kekal terbuang?

Tuhan Yesus, ajarilah kami seperti Engkau mengajar para rasul, dengan bersabda, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya (Mat. 6:19)…

“Jika engkau mencari Yesus, abaikan bejana-bejana yang rusak, karena Krisutus tidak menjadikannya alas duduk di tepi kolam, tetapi Ia menanti di tepi sumur. Di sanalah wanita Samaria (Yoh. 4:6) berjumpa dengan-Nya. Ia yang percaya; ia yang hendak menimba air.

Walau engkau harus datang lebih pagi, namun jika engkau datang terlambat, bahkan pada jam enam, engkau akan menemukan Yesus yang kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh. Ia lelah, tetapi itu disebabkan karena demi kamu; karena Ia mecarimu sejak lama. Ketidak-percayaanmu menbuat-Nya lelah.

Namun, Ia tidak akan sakit hati jika engkau datang sekarang. Ia selalu minta minum pada siapa yang hendak memberi seteguk pada-Nya. Tetapi yang Ia minum bukan air yang berasal dari sungai yang mengalir, tetapi keselamatanmu. Ia minum sikap hatimu yang benar.

Ia minum dari piala, yakni, sengsara yang ditanggung-Nya karena dosa-dosamu. Ia melakukannya agar engkau, setelah minun darah-Nya yang suci, tidak harus lagi akan segala perkara dunia ini” (On The Holy Spirit 1.16.182–84

Oratio-Missio

Tuhan, bukalah telingaku untuk mendengarkan Injil-Mu; dan bebaskan belenggu di hatiku agar aku mampu mengasihi dan melayani-Mu dengan penuh suka cita. Semoga tiada penghalang apapun yang dapat menghalangi pengabdianku kepada-Mu dengan sepenuh hati dan jiwa. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya Allah menjadi Sahabatku?

Et iustificata est sapientia ab operibus suis – Matthaeum 11:19

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version