Minggu. Pekan Adven III (U)
- Zef. 3:14-18a
- Mzm. 12:2-3.4bcd.5-6
- Fip. 4:4-7
- Luk. 3:10-18
Lectio
10 Orang banyak bertanya kepadanya, “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” 11 Jawabnya, “Siapa yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan siapa saja yang mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.”
12 Pemungut-pemungut cukai juga datang untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya, “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” 13 Jawabnya, “Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu.”
14 Prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya, “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka, “Jangan merampas dan jangan memeras siapa pun. Cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
15 Namun, karena orang banyak sedang menanti-nanti dan semuanya bertanya dalam hati tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, 16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.
17 Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung-Nya, tetapi sekam akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” 18 Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan kabar baik kepada orang banyak.
Meditatio-Exegese
Hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan
Ribuan tertarik pada warta yang disampaikan Yohanes. Orang berduyun-duyun untuk mendengarkannya. Mereka rindu akan suara kenabian yang sudah ratusan tahun tidak terucap dari mulut nabi di Israel.
Yohanes membungkam kebisuan jaman dan mewartakan kedatangan Sang Mesias, Dia yang diurapi Allah. Sejak jaman lampau Allah menjanjikan Sang Mesias melalui para bapa bangsa – Abraham, Ishak dan Yakub. Ia terus menggemakan janji itu melalui para nabi, seperti Nabi Yesaya, Yeremia, Zefanya; dan melalui para pemimpin umat, Musa dan Daud.
Ia akan mengutus Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan umat dari dosa, membebaskan mereka dari penindasan dan mengisi hati mereka dengan sukacita karena kehadiran-Nya (Zef. 3:17). Ia juga akan menarik mereka masuk dalam hidup abadi dalam Kerajaan-Nya, Kerajaan yang penuh damai sejahtera dan kebenaran.
Pada umat yang mendatanginya, Yohanes dengan sadar dan berani mengungkapkan potensi penolakan atas warta kenabiannya. Ia tidak berbicara dengan ungkapan yang halus dan menghibur. Ia mengecam dengan kata-kata keras (Luk. 3:7), “Hai kamu keturunan ular berbisa.”, Genimina viperarum.
Yohanes berbicara tentang kebenaran. Kebenaran selalu bermakna kerendahan hati untuk setia melakukan kehendak Allah. Maka, salahlah bila beranggapan bahwa ritus keagamaan, seperti pembaptisannya, akan meluputkan mereka pengadilan Allah yang akan datang.
Demikian juga status sebagai keturunan Abraham tidak serta merta membawa mereka ke surga (Luk. 3:8). Allah dapat menciptakan anak-anak bagi diri-Nya dari batu-batu. Keselamatan tidak ditentukan oleh upacara keagamaan dan keturunan.
Keselamatan disediakan Allah bagi semua. Tugas manusia adalah mengusahakan melalui perbuatan baik dan betobat. Yohanes mengungkapkan (Luk. 3:8), “Jadi, hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan”, Facite ergo fructus dignos paenitentiae.
Menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan harus dilakukan dalam waktu segera. Pengadilan Allah segera datang. “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Setiap pohon dikenal pada buahnya. Dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan apa yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Luk. 6:43-45).
Dengan kata lain, buah yang dihasilkan dari pertobatan harus nyata dalam perilaku. Perilaku yang baik tidak hanya dilakukan oleh masing-masing pribadi, tetapi oleh seluruh anggota komunitas manusia. Maka, sama seperti bangsa Israel yang dituntut untuk bertobat dan membaharui diri.
Allah memanggil untuk pertobatan dan pembaharuan hidup sepanjang masa. Melalui Nabi Yesaya, Ia bersabda, “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita.” (Yes 40.3). Dengan cara itu, manusia mempersiapkan diri untuk menerima Mesias dan mengikuti-Nya.
Bila tidak menghasilkan perbuatan baik, kebinasaan menunggu di depan mata. Anak Zakharia dan Elizabet mengungkapkan (Luk. 3:9), “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.”, Iam enim et securis ad radicem arborum posita est; omnis ergo arbor non faciens fructum bonum exciditur et in ignem mittitur
Hati orang banyak mudah tergerak dan tersentuh oleh daya pewartaannya. Maka, mereka segera mencari cara untuk bertobat. Mereka memahami makna pewartaan Yohanes dan bersedia mempersiapkan diri untuk Injil, agar diselamatkan.
Mereka bertanya pada Yohanes (Luk. 3:18), “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?”, Quid ergo faciemus?
Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?
Hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya. Amal kasih yang ditunjukkan Yohanes Pembaptis sebagai tanda pertobatan mengacu pada apa yang paling umum dan dibutuhkan orang miskin pada saat itu: pakaian dan makanan bagi kaum miskin.
Amal kasih selalu menjadi ungkapan solidaritas, memberikan dirinya sendiri, seperti Kristus memberikan diri-Nya sendiri di salib.
Kata dua memastikan bahwa sehelai baju luar sudah cukup untuk menghangatkan badan di daerah panas seperti Palestina. Terlebih, memilki dua helai baju luar menandakan kelimpahan.
Maka yang berkelimpahan itu perlu memberi pada mereka yang tidak memiliki dan sangat membutuhkan untuk menahan dingin. Hal yang sama juga berlaku untuk untuk makanan.
Santo Ambrosius, uskup Milan, mengajar, “Tindakan amal kasih dapat diamati, karena merupakan kodrat manusia. Setiap orang tidak bisa mengelak dari kodrat itu, sehingga ia berkewajiban untuk berbagi apa yang ia punya dengan kaum miskin.
Bagi yang mampu berbagi, ia menghasilkan buah rahmat; dan yang hatinya tak terketuk, ia perlu bertobat. Amal kasih menjadi kepenuhan seluruh keutamaan.”
Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. Pemungut cukai dikenal sebagai orang yang mengisi pundi-pundinya dengan uang yang berasal dari kerja keras orang lain, terutama mereka yang miskin.
Yohanes mengingatkan kelompok orang itu untuk bekerja tidak melebihi tugas dan wewenang yang ditentukan. Penarikan pajak tidak diikuti dengan pemaksaan dan perampasan. Mereka harus ambil bagian dalam pemenuhan keadilan ekonomi.
Salah satu contoh terbaik pertobatan adalah kisah Zakhaeus. Setelah bertemu Yesus, kepala pemungut cukai yang kaya raya (Luk. 19:2) dengan lantang mengumumkan, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Luk. 19:8).
Zakhaeus mengingat kesalahannya, bertobat, dan melakukan silih. Yesus menanggapi sikap tobat Zakhaeus dengan cara menggemakan dan menguatkan pesan Yohanes Pembaptis. Yohanes telah mengingatkan bahwa menjadi keturunan Abaraham belumlah cukup untuk memperoleh karunia keselamatan (Luk 3:8).
Tentang pertobatan orang yang singkirkan dan dianggap najis itu, Yesus menyatakan (Luk 19:9), “Hari ini telah terjadi keselamatan pada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”, Hodie salus domui huic facta est, eo quod et ipse filius sit Abrahae.
Tuntutan yang sama juga berlaku bagi para prajurit Romawi yang berasal dari bangsa Yahudi. Yohanes berkata, “Jangan merampas dan jangan memeras siapa pun. Cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Luk. 3:14). Apa yang diminta Tuhan berlaku bagi semua orang dari pelbagai macam latar belakang.
Pada mereka Yohanes berseru supaya mereka tidak berpuas diri dengan kekayaan yang dimiliki dan menghindari perilaku merugikan atau mencuri hak milik orang lain. Secara mendasar, Yohanes meminta umat untuk kembali berpaling kepada Allah dan berjalan dalam jalan kasih dan kebenaran-Nya.
Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api
Menolak anggapan bahwa ia adalah Mesias yang dinubuatkan Musa dan para nabi, ia justru bernubuat (Luk. 3:16), “Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.”, ipse vos baptizabit in Spiritu Sancto et igni.
Dalam tradisi Kitab Suci, api selalu dikaitkan dengan Allah dan tindakan-Nya untuk alam semesta dan umat-Nya. Sering kali Allah menyatakan diri dalam rupa api, seperti semak yang menyala-nyala tetapi tidak hangus terbakar, ketika Ia bercakap dengan Musa (Kel. 3:2).
Citra api juga digunakan untuk melambangkan kemuliaan Allah (Yeh. 1:4.13), kehadiran-Nya yang melindungi (2Raj. 6:17), kekudusan-Nya (Ul. 4:24), pengadilan-Nya yang adil (Za. 13:9), dan kemarahan-Nya atas dosa (Yes. 66:15-16).
Pada masa Perjanjian Baru citra api digunakan untuk melambangkan Roh Kudus yang datang dan membersihkan dosa serta membuat manusia kembali suci (Mat. 3:11 dan Kis. 2:3). Api Allah selalu memurnikan manusia dari dosa.
Api itu juga terus menerus membisikkan rasa takjub dan patuh pada Allah dan sabda-Nya. Roh itu mendorong manusia untuk mengupayakan kekudusan dan suka cita untuk berjumpa dengan-Nya ketika Ia datang kembali.
Pembaptisan dalam Kristus oleh air dan Roh menjadikan manusia lahir baru dan diperkenankan kembali memasuki Kerajaan Allah sebagai putera dan puteri Allah (Yoh. 3:5). Yesus telah siap menganugerahkan api Roh-Nya agar memancarkan suka cita Injil pada dunia yang merindukan terang dan kebenaran ilahi.
Sabda-Nya memiliki daya untuk mengubah dan membaharui muka bumi, et renovabit faciem terrae. Sama seperti Yohanes Pembaptis, yang dipanggil untuk memberi kesaksian tentang Yesus, tiap murid juga dipanggil untuk menjadi saksi-Nya dan ambil bagian dalam pembaharuan yang dilaksanakan-Nya.
Tiap murid-Nya yang telah dibaptis dipanggil untuk memancarkan cahaya kebenaran. Masing-masing tidak menjadi pewarta dan penyebar: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal 5:19-21).
Alat penampi sudah di tangan-Nya
Yohanes memperluas pelukisan tentang proses pemisahan gandum dengan sekam. Alat penampi digunakan untuk memisahkan mana yang baik dan benar dan mana yang harus dimusnahkan.
Saat penampi diayunkan-ayunkan, tumpukan campuran antara gandum dan sekam ikut terangkat. Angin akan memisahkan gandum yang jatuh ke tanah dan sekam yang akan berserak dibawa hembusan angin.
Bulir-bulir gandum akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lumbung. Sedangkan sekam dikumpulkan dan dibakar.
Sekam selalu mengacu pada siapa pun yang membenarkan orang fasik dan memungkiri orang benar. Sekam atau rumput kering pasti habis lenyap dalam nyala api (bdk. Yes. 5:24).
Pemisahan antara gandum dengan debu jerami identik dengan pemisahan antara domba yang ditempatkan di sebelah kanan dan kambing yang ditempatkan di sebelah kiri.
Sabda-Nya (Mat. 25:32-33), ”Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.”
Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak
Penginjil mengakhiri pelukisannya tentang karya Yohanes Pembaptis dengan suatu ringkasan (Luk. 3:18), “Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan kabar baik kepada orang banyak.”, Multa quidem et alia exhortans evangelizabat populum.
Memberitakan Injil merupakan ungkapan yang sangat biasa didengar tiap hari dalam komunitas Kristiani. Ungkapan ini berakar dari gabungan dua kata Yunani eu ‘baik’ dan angelos ‘utusan’.
Sebenarnya, ungkapan ini diserap dari kebiasaan Graeko-Romawi, yakni: kebiasaan untuk mengabarkan kabar baik yang terjadi di kekaisaran, misalnya: kemenangan perang atau ulang tahun kaisar. Orang yang mengumumkan berita baik itu disebut sebagai evangelist, pemberita kabar baik.
Gereja Perdana mencomot ungkapan ini dan, secara khas, menggunakannya dengan makna: mewartakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Maka, seluruh kegiatan Yohanes Pembaptis pasti berpusat pada pewartaan tentang Yesus Kristus. Yohanes memberitakan atau mewartakan Yesus Kristus.
Pewartaan kabar suka cita selalu menjadi perayaan sukacita. Tuhan sudah dekat.
Santo Paulus menulis dalam surat kepada Jemaat di Filipi (Flp 4:4), “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah. Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat.”, Gaudete in Domino semper; iterum dico gaudete. Modestia vestra nota sit omnibus hominibus: Dominus prope est.
Katekese
Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan api. Santo Cyrilus dari Yerusalem, 430-543:
“Yohanes, yang dipenuhi Roh Kudus sejak dari rahim ibunya, dikuduskan untuk membaptis Tuhan. Yohanes sendiri tidak mengajarkan tentang Roh, tetapi ia mewartakan Kabar Sukacita tentang Dia yang akan mengutus Roh Kudus.
Ia berkata, “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan. Tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” (bdk. Luk 3:16, Mat 3:11).
Mengapa api? Karena saat turun dari surga, pada peristiwa Pentakosta, Roh Kudus berbentuk seperti lidah-lidah api (Kis 2:3). Tentang hal ini, Tuhan bersabda dengan suk cita, “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala.” (Luk 12:49).” (Catechetical Lectures 17.8).
Oratio-Missio
Tuhan, terangilah hatiku, agar aku mengtahui suka cita Injili. Penuhilah aku dengan Roh Kudus dan mampukan aku untuk menjadi saksi kebenaran Injilmu dan menjadi alat untuk mengantar sesama kepada Kristus, Sang Cahaya sejati. Amin.
- Jika demikian, apa yang harus aku perbuat?
Quid ergo faciemus? – Lucam 3:18