Jumat. Minggu Prapaskah IV, Hari Biasa (U)
- Keb. 2:1a.12-22
- Mzm. 34:17-18.19-20.21.23
- Yoh. 7:1-2.10.25-30
LECTIO
1 Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. 2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.
10 Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam. 25 Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?
26 Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? 27 Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya.”
28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. 29 Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”
30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba
Meditatio-Exegese
Sesat, karena telah dibutakan oleh kejahatan
Kitab Kebijaksanaan mengingatkan seluruh umat akan bahaya dosa atau kejahatan yang membutakan hati. Dosa atau kejahatan berperilaku seperti jerat. Sekali terkena jerat, orang sulit untuk melepaskan diri.
Allah mengingatkan Kain sebelum membunuh adiknya, Habil, “Jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:7).
Ketika merancang kejahatan, orang akan menggunakan seluruh daya untuk membenarkan kejahatannya. Ia akan menggunakan dalil-dalil hukum, pendidikan dan ilmu pengetahuan (Keb. 2:12).
Ia memutar balikkan fakta tentang tata pergaulan sosial dan ajaran agama (Keb. 2:13-16). Ia mencemooh, menganiaya, menyiksa dan, tak segan, menjatuhkan hukuman mati (Keb. 2:17-20).
Perancang kejahatan tidak pernah menyadari pikiran dan perasaan Allah. Ia selalu mengesampingkan Allah. Padahal Ia pasti membela orang benar.
Melalui Nabi Yesaya, Allah bersabda, “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes. 55:8-9).
Iapun pergi juga ke situ
Begitu mudah juga orang menolak untuk melaksanakan kehendak Allah. Penyebabnya: ketakutan, khususnya ketakutan akan kematian dan ketakutan ditolak sesama.
Yesus menyadari akan kesesatan dan rencana jahat untuk membunuh-Nya di Yerusalem (Yoh. 7:1 bdk. Keb. 2:1a,12-22). Tetapi, Ia tidak pernah mengenal ketakutan untuk menghadapi risiko yang mengancam pelaksanaan tugas perutusan dari Bapa-Nya.
Ia sadar bahwa, untuk melaksanakan kehendak Dia yang mengutus-Nya, Yesus harus harus menghadapi pengorbanan, penderitaan dan berpuncak pada kematian di kayu salib. Penderitaan dan kematian bukan sebuah akhir dari kisah Yesus, seperti dirancang para musuh.
Saat-Nya, ωρα, hora, dan di-Latin-kan: hora, akan tiba ketika Ia mengalahkan dosa, setan, dan kematian. Mengalahkan dosa, setan dan penghukuman, Ia menganugerahkan pengampunan, kemerdekaan, kemuliaan dan hidup kekal.
Saat-Nya akan tiba ketika Ia menderita dan memeluk salib untuk menebus manusia dari dosa dan memulihkan hidup dan persahabatan baru dengan Allah Bapa.
Santo Agustinus, Uskup Hippo, 354-430, menulis: “Tuhan kita memiliki kuasa untuk mencabut dan memulihkan hidup. Tetapi kita tidak dapat memilih berapa lama kita hidup, dan kematian datang sewaktu-waktu, bahkan sering berlawanan dengan kehendak kita.
Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengalahkan maut. Anugerah kemerdekaan kita dari maut hanya dapat diperoleh melalui kematian-Nya. Untuk menyelamat kita, Kristus tidak memerlukan kita.
Namun tanpa-Nya, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memberikan diri-Nya bagi kita seperti pokok anggur untuk cabang-cabangnya. Terpisah daripada-Nya, kita tidak dapat hidup.”
Memang Aku kamu kenal
Di tengah umat yang hadir di hari raya Pondok Daun di Kenisah, Yesus berkata terus terang bahwa umat mengenal-Nya. Mereka mengetahui asal usul dan apa yang dilakukan-Nya.
Ia bersabda tentang diri-Nya sendiri (Yoh. 7:28-29), ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”, Et me scitis et unde sim scitis. Et a meipso non veni, sed est verus, qui misit me, quem vos non scitis. Ego scio eum, quia ab ipso sum, et ipse me misit’.
Ia tidak sembunyi-sembunyi (Yoh. 18:20). Tetapi ternyata, apa yang dilakukan dan disabdakanNya – tanda dan mukjizat – tidak mampu menggerakkan mereka untuk menyentuh inti iman akan Mesias, Dia yang diurapi Allah; dan akan relasi yang sangat istimewa antara Yesus dengan Bapa. Bahkan, bagi para pemimpin agama, Yesus dituduh sebagai penghujat. Alasan ini cukup untuk menyeret-Nya ke tempat pembantaian.
Aku dan kamu
Setiap orang sekarang ditantang untuk mengambil sikap: memihak Yesus atau melawan Yesus. Tiap pribadi dapat mengesampingkan Yesus, Tuhan, dan menggantikan-Nya dengan cara pikir dan kebenarannya sendiri.
Tetapi, tiap pribadi juga dapat menerima-Nya dengan suka cita, agar pantas hidup dihadapan Allah. Sebab Ia membebaskan manusia dari kebutaan dosa, kesombongan, tegar tengkuk dan kebodohan.
Katekese
Tiap hari maju menghadap Allah.Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Sebagai orang Kristiani, tugas kewajiban kita adalah terus membuat kemajuan di hadapan Allah tiap hari. Peziarahan kita di dunia ini merupakan sekolah tempat Allah menjadi satu-satunya Guru.
Dan sekolah itu menuntut para murid berperilaku baik, bukan murid yang suka membolos. Dalam sekolah ini kita belajar sesuatu setiap hari. Kita belajar sesuatu dari perintah; kadang belajar dari teladan; dan dari Sakramen-Sakramen.
Yang kita pelajari merupakan obat bagi luka-luka yang kita derita dan bahan yang harus kita pelajari tiap hari.” (Sermon 16A,1)
Oratio-Missio
Allah yang kekal, Engkau menerangi budi kami agar kami mengenal Engkau. Engkaulah sukacita hati kami agar kami mengasihiMu. Engkaulah kekuatan kehendak kami agar melayaniMu.
Anugerahilah kami dengan rahmat yang cukup untuk mengenal-Mu, agar kami mampu benar-benar mengasihi-Mu; tanpa henti mengasihi-Mu; serta melayani-Mu dengan sepenuh hidup kami.
Melayani-Mu selalu menjadi kebebasan kami yang sempurna. Dalam Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin. (Doa Santo Agustinus, terjemahan bebas).
- Apa yang harus aku lakukan ketika aku menerima/mendengarkan suara panggilan-Nya untuk menjadi saksi-Nya?
Ego scio eum, quia ab ipso sum, et ipse me misit – Ioannem 7:29