Rabu. Pekan Biasa XI (H)
- 2Kor. 9: 6-11.
- Mzm. 112:1-2.3-4.9.
- Mat. 6:1-6.16-18.
Lectio
1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Meditatio-Exegese
Jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat
Yesus mengecam orang yang melakukan doa, amal kasih dan puasa hanya untuk dilihat orang (Mat. 6:1). Sebaliknya, Yesus meminta para murid-Nya sadar akan sikap/disposisi batin. Sikap batin yang benar adalah ‘bukan apa yang harus aku lakukan untuk Allah, tetapi apa yang dilakukan Allah untukku’.
Bila membandingkan teks Indonesia (TB) dengan teks lain yang diakui Gereja Katolik, didapati ungkapan dalam TB ‘kewajiban agama’. Sementara, teks Yunani menggunakan kata ελεημοσυνην, eleemosunen, yang berakar dari kata eleos, belas kasih, amal kasih, pemberian.
Teks Vulgata menggunakan kata iustitia, keadilan, kelemah lembutan hati, bela rasa, kesederajadan.
Teks Inggris yang umum diterima Gereja Katolik, Douay-Rheims, menggunakan istilah: justice.
Maka, kalau memperhatikan konteks, keadilan mencakup: amal kasih atau bela rasa. Dari teks Vulgata, Latin, dapat dibandingkan (Mat 6:1), “Dengarkanlah, jangan kamu melakukan keadilan di hadapan orang, supaya dilihat orang.” Attendite, ne iustitiam vestram faciatis coram hominibus, ut videamini ab eis.
Ungkapan amal kasih sesuai dengan tiga pilar hidup keagamaan orang Yahudi: doa, puasa dan amal kasih atau sedekah. Di atas tiga pilar ini hidup pantas di hadapan Allah dilandaskan. Tetapi Yesus tidak mau berhenti pada apa yang nampak baik di permukaan.
Ia menukik ke kedalaman makna sabda. Dari disposisi batin ini, terbentuklah relasi dengan Allah yang unik dan baru: “Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat. 6:4).
“Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.” (Mat. 6:8). “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.” (Mat. 6:14).
Inilah cara baru untuk membuka hati agar manusia mampu memasuki dan merasakan kehangatan Hati Allah, Bapa kita. Yesus tidak pernah menghendaki praktik doa, amal kasih/sedekah dan puasa menjadi sarana menyombongkan diri di hadapan Allah dan komunitas (Mat. 6:2.5.16).
Apabila engkau memberi sedekah
Memberi sedekah sangat dianjurkan oleh jemaat Gereja Perdana (Kis. 2:44-45; 4: 32-35). Tetapi, orang yang melakukannya hanya untuk mencari ketenaran dirinya sendiri dan menginjak harga diri komunitas, pasti dikeluarkan dari komunitas iman, seperti terjadi pada Ananias dan Safira (Kis. 5: 1-11).
Hari ini, di lingkungan masyarakat kita dan Gereja, mudah ditemukan liputan luas atas karya amal kasih. “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:3-4).
Karya amal kasih/sedekah merupakan ungkapan pemberian diri dan anugerah kasih yang dicurahkan untuk siapa saja. Hendaknya orang percaya dan meneladani apa yang Dia lakukan-Nya terus menerus tanpa henti dalam keheningan.
Janganlah berdoa seperti orang munafik
Kaum Farisi mengubah doa menjadi kesempatan untuk memamerkan kesalehan pribadi. Pada saat itu, ketika terompet dibunyikan pada kesepatan doa, pagi, siang dan sore, mereka berhenti di tempat mereka berada, termasuk di tempat-tempat umum.
Sikap seperti ini menghalangi relasi pribadi dan intim dengan Allah. Oleh sebab itu, Yesus menyarankan untuk masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan berdoa kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Allah melihat apa yang tersembunyi dan selalu mendengarkan doa. Anjuran Yesus diarahkan untuk mengembangkan relasi pribadi dalam doa, bukan doa komunitas.
Santo Augustinus menulis, “Orang munafik adalah ia yang berpura-pura menjadi pribadi yang penting, tetapi ternyata tidak demikian. Orang ini berpura-pura menjadi suci, tetapi tanpa bukti kesuciannya…
Mereka tidak mendapatkan ganjaran sedikit pun dari Allah, yang menelisik hati manusia, “yang mencela tipu daya mereka. Mereka mungkin mendapat ganjaran dari manusia.
Tetapi dari Allah mereka hanya mendengar, “Enyahlah dari hadapanku, kalian para pembuat dusta. Engkau mungkin bicara atas nama-Ku, menyerukan nama-Ku, tetapi kalian tidak melakukan kehendak-Ku.” (dikutip dari Sermon on the Mount 2.2.5).
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik
Pada jaman itu, berpuasa selalu diikuti beberapa gerak tubuh yang kelihatan: tidak membasuh muka, tidak menyisir rambut, dan mengenakan pakaian sederhana. Inilah cara berpuasa yang nampak di depan mata.
Yesus mengecam sikap seperti ini. Ia meminta para murid melakukan hal yang sebaliknya, sehingga orang lain tidak tahu kalau mereka berpuasa: mandi, mengenakan minyak wangi, dan menyisir rambut.
Dengan cara ini Bapa tahu kalau tiap murid-Nya berpuasa dan mengganjar tindakan yang tidak dilihat orang.
Katekese
Berdoalah bersama para malaikat. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407 :
“Ketika kamu berdoa, lakukan seolah-olah kamu sedang memasuki istani – bukan istana di dunia. Tetapi, itu adalah istana yang jauh lebih luhur, istana di surga. Ketika kamu memasukinya, kamu harus melangkah dengan perhatian penuh dan sikap hormat yang sempurna.
Karena di rumah para raja, semua perilaku yang tidak patut harus disingkirkan. Ketenangan memenuhi istana.
Namun, di istana ini, kamu digabungkan dengan paduan suara para malaikat. Kamu disatukan dengan para malaikat dan bermadah bersama para serafim, yang melantunkan madah rohani dan kidung suci dengan suara penuh hormat-bakti bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Maka, ketika kamu berdoa, satukan doamu dengan suara mereka. Kamu harus meneladani sikap mereka yang penuh hormat-bakti pada Allah. Kamu tidak berdoa pada manusia, tetapi pada Allah. Dialah Sang Mahatahu dan Mahaada.
Ia mendengarkan doamu sebelum kamu bicara dan mengenali seluruh rahasia di lubuk hatimu. Bila kamu berdoa pada-Nya, kamu akan menerima anugerah besar. “Karena Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Ia tidak hanya berbicara akan memberikan anugerah kepadamu, tetapi Ia pasti membalasnya kepadamu, seolah-olah Ia sendiri telah membuat perjanjian denganmu. Maka, Ia sangat menghormatimu. Karena Allah sendiri tersembunyi, doamu harus tersembunyi juga.” (dikutip dari The Gospel Of Matthew, Homily 19.3)
Oratio-Missio
Ya Allahku, ketika aku bersatu sepenuhnya denganMu, aku tidak tak pernah mengalami kesedihan atau cobaan. Hidupku akan selalu sejahtera. Amin. (doa Santo Agustinus, Uskup Hippo, 354-430, dalam Confessiones, terjemahan bebas)
- Apa yang harus aku lakukan untuk menjalin relasi dengan Allah dan relasi sosial dengan sesama?
et Pater tuus, qui videt in abscondito, reddet tibi – Matthaeum 6:4