Lectio Divina 16.09.2023 – Buah Yang Baik Dari Pohon Yang Baik

0
193 views
Setiap pohon dikenal pada buahnya, by Vatican News

Sabtu. Peringatan Wajib Santo Kornelius, Paus dan Santo Siprianus (M)

  • 1Tim. 1:15-17
  • Mzm. 113:1-2.3-4.5a,6-7
  • Luk. 6:43-49

Lectio

43 “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.

45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”

46 “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan –,

 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.

49 Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.”

Meditatio-Exegese

Setiap pohon dikenal pada buahnya

Masih ingatkah permintaan orang tua/anda pada Gereja saat pembaptisan? Untuk mengingatkan, berikut dialog saat mengawali Penerimaan Sakramen Baptis.

              P: Apakah yang saudara minta dari Gereja Allah? 

              C: Kami minta iman.

              P: Apakah yang saudara harapkan dari iman?

              C: Kami mengharapkan kehidupan kekal.

Iman memang sudah ditanam, tetapi hidup kekal perlu diperjuangkan. Maka, dari iman, harapan dan kasih buah-buah Roh Kudus tumbuh, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Di Palestina pada waktu itu, pohon ara merupakan pohon kesukaan semua orang. Pohon ara, ficus carica, yang tumbuh subur di daerah Mediterania, termasuk Palestina, melambangkan kesuburan, damai sejahtera dan kemakmuran.

Pohon anggur, sebaliknya, menjadi lambang suka cita, karena minuman anggur yang dihasilkannya.

Semak duri hanya cocok untuk bahan bakar di rumah tangga. Hal serupa berlaku terhadap seseorang; ia akan menjadi baik atau buruk, tergantung dari apa yang tumbuh di hatinya.

“Menabur perilaku, anda memanen kebiasaan. Menabur kebiasan, anda memanen karakter. Menabur karakter, anda memanen takdir,” kata Charles Read tentang pendidikan karakter.

Sama seperti buah, kebiasaan dan karakter tidak tumbuh dalam semalam. Masing-masing butuh waktu lama untuk matang. 

Nabi Yesaya mengecam tindakan atau buah busuk yang dihasilkan oleh pikiran hati yang busuk. “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” (Yes. 5:20).

Buah yang busuk hanya menghasilkan penghayatan agama asal-asalan. Penghayatan itu mencabut salib dari kekatolikan; melunakkan tuntutan keras Tuhan; menghilangkan pengadilan Tuhan dan menghibur dengan ucapan, “Kita hanya melakukan dosa ringan.”

Agar tidak menghasilkan buah-buah yang busuk, Santo Paulus menasihati agar hidup dipimpin oleh Roh, tidak saling menantang dan tidak saling membenci. Kata Rasul bangsa-bangsa bukan Yahudi, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.” (Gal. 5:25-26).

Terlebih, Putera Sirakh memberi nasihat, “Kukuhkanlah nasehat hatimu sendiri, sebab tidak ada sesuatupun yang lebih setia kepadamu. Sebab kerapkali dugaan hati lebih teliti dalam memberitahu dari pada tujuh peninjau yang berkawal di atas menara yang tinggi. Tetapi terlebih berdoalah kepada Yang Mahatinggi, supaya tindakanmu dibimbing-Nya menurut kebenaran.” (Sir. 37:13-15).

Sabda-Nya (Luk. 6:45), “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”, Bonus homo de bono thesauro cordis profert bonum, et malus homo de malo profert malum: ex abundantia enim cordis os eius loquitur.

Menggali dan meletakkan dasarnya di atas batu

Landasan iman yang kokoh adalah Allah. Pemazmur berseru, “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku.” (Mzm. 18:3).

Allah menjadi batu karang, kubu pertahanan dan penyelemat, ketika orang bertindak sesuai dengan kebenaran, mengikuti jalan-Nya, memperhatikan hukum dan ketetapan-Nya (bdk. Mzm. 18:21-23).

Maka, ketika menyingkapkan perumpamaan ini, Yesus mengingatkan kebenaran sabda-Nya (Ams. 10:25), “Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi”. Quasi tempestas transiens non erit impius, iustus autem quasi fundamentum sempiternum.

Katekese

Kitab Suci adalah pondasi tempat kita mendirikan rumah. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Tuhan bersabada di salah satu bagian Injil bahwa orang bijaksana yang mendengarkan sabda-Nya sama seperti orang yang yang sedang membangun rumah. Ia menggali dalam-dalam hingga mencapai tanah padas untuk meletakkan pondasi.

Tanpa keraguan, di sanalah ia membangun rumah yang kokoh untuk menghadapi terjangan banjir. Hingga saat banjir datang, terjangan air akan dihalau karena kekuatan bangunan dan tidak akan roboh berantakan.

Mari kita renungkan Kitab Suci yang dianugerahkan Allah sebagai wadas tempat kita mendirikan bangunan rumah kita. Janganlah kita malas atau berpuas diri hanya dengan membaca permukaan.

Mari kita menggali lebih dalam hingga kita menemukan wadas: “batu karang itu ialah Kristus.” (1Kor. 10:4).”  (Tractates On The Gospel Of John 23.1)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah benteng dan landasan hidupku. Kuatkanlah aku, agar aku selalu hidup seturut dengan kebenaran-Mu dan menolak setiap kepalsuan. Amin.

  • Di atas  Yesuskah aku bangun landasan iman dan hidupku? 

Bonus homo de bono thesauro cordis profert bonum, et malus homo de malo profert malum: ex abundantia enim cordis os eius loquitur – Lucam 6:45

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here