Sabtu. Hari Biasa. Pekan Adven II (U)
- Sir. 48:1-4.9-11
- Mzm. 80:2ac.3b.15-16.18-19
- Mat. 17:10-13
Lectio
9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, 10 Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?”
11 Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu 12 dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.”
13 Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
Meditatio-Exegese
Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
Sebagai orang Yahudi para murid meminta Yesus untuk menjelaskan kedatangan Elia. Ia harus datang untuk merintis jalan bagi Dia Yang Diurapi, Mesias.
Para murid itu tetap berpegang pada nubuat Nabi Maleakhi. Ia berkarya dan menyingkapkan kepenuhan janji Allah akan Juruselamat pada abad ke-4 sebelum Masehi. Ia bernubuat, “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu” (Mal. 4:5).
Nubuat sang nabi digemakan kembali oleh penulis Putera Sirakh kira-kira 200 tahun sebelum kelahiran Yesus, “Nabi Elia … mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula.” (Sir. 48:10).
Sebelum mereka meminta penjelasan pada Yesus, tiga orang murid telah berjumpa dengan Musa dan Elia saat peristiwa Yesus dimuliakan di gunung (Mat. 17:3). Tetapi, rupanya, mereka hanya tercengang saat peristiwa itu terjadi.
Mereka tidak tahu makna peristiwa itu dan keterkaitan dengan seluruh rangkaian sejarah penyelamatan Allah. Ketiga murid hanya menangkap perjumpaan itu hanya sekedar perjumpaan antar tokoh seperti biasa.
Para murid ingin tahu apa maksud ajaran para Ahli Taurat, ketika mereka bertanya bahwa Elia harus datang lebih dulu. Karena Yesus, Sang Mesias, telah datang, dan Elia belum datang juga.
Jawab Yesus, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.” (Mat. 17:11-12). Lalu, mengertilah para murid bahwa yang dimaksud Yesus adalah Yohanes Pembaptis.
Pada masa penajajahan Romawi, umum didapati keadaan keluarga yang hancur atau luluh lantak. Nilai kebersamaan, hormat pada orang tua, merawat yang kaum lanjut usia seolah hilang. Pelaksanaan perintah Allah kedua menjadi makin sulit (Kel. 20:12).
Eksploitasi penjajah dan kaki tangannya atas segala sumber daya telah memecah belah keluarga. Elia kembali untuk memulihkan hidup bersama: memulihkan relasi orang tua dengan anak dan anak dengan orangtua. Demikian juga yang terjadi kini dan di sini, hic et nunc, sepertinya tiada beda.
Untuk memulihkan nilai hidup keluarga, Yohanes Pembaptis harus menentang arus. Ia menanggung konsekuensi dibunuh.
Untuk memulihkan relasi hidup bersama ia mewartakan apa yang harus dilakukan setiap orang (Luk. 3:7-14). Ia mengecam skandal pembunuhan Filipus dan cara Herodes Antipas memperisteri iparnya sendiri (Luk. 3:19-20).
Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka
Yesus melanjutkan apa yang diperjuangkan Yohanes Pemandi. Karena Allah adalah Bapa, seluruh umat manusia menjadi bersaudara, karena kasih. Yesus menyatukan kasih: kasih pada Allah dan kasih pada sesama.
Kasih itu terwujud dalam hidup bersama. Inilah alasan mengapa Yohanes dibunuh. Inilah alasan mengapa Anak Manusia ditangkap, diadili, disiksa, disalib dan dibunuh.
Namun, Ia dibangkitkan pada hari ketiga. Sabda-Nya (Mat. 17:12), “Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.”, sic et Filius hominis passurus est ab eis.
Katekese
Yohanes memenuhi nubuat tentang pelayanan Nabi Elia. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407 A.D.
“Mereka tidak memahami nubuat ini dari Kitab Suci, tetapi para Ahli Kitab biasanya menceritakan pada umat, dan nubuat ini diberitahukan kepada umat kebanyakan yang tidak berpengetahuan, demikian juga dengan nubuat tentang Kristus.
Maka, perempuan Samaria itu juga berkata, “Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” (Yoh. 4:25). Dan mereka sendiri bertanya pada Yohanes, “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” (Yoh. 1:21).
Seperti saya sampaikan, karena pemahaman mereka sangat kokoh, baik yang satu tentang Kristus dan yang lain tentang Elia, tetapi, sayang, mereka tidak mampu menafsirkan sebagaimana seharusnya. Karena Kitab Suci mewartakan dua kedatangan Kristus, baik yang telah terjadi dan yang akan terjadi di masa depan.
Santo Paulus berbicara tentang kedatangan-Nya, ketika ia menulis, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.” (Tit. 2:11-12).
“Perhatikan kedatangan-Nya yang pertama, dan dengarkan bagaimana Ia mewartakan kedatangan yang akan datang, “Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” (Tit. 2:13).
Para nabi juga menyebut kedua kedatangan; tentang seorang lain yang mereka namakan Elia yang menjadi sang perintis. Yohanes adalah perintis bagi Yang Utama. Yohanes yang disebut oleh Kristus sebagai Elia, bukan karena ia bernama Elia, tetapi karena ia menggenapi tugas pelayanan Nabi Elia.
Sama seperti Elia yang menjadi perintis kedatangan kedua, maka Yohanes adalah perintis yang utama. Tetapi, para ahli Kitab, karena memperumit interpretasi ini dan menghalangi umat untuk memahaminya.
Mereka menyebutkan bahwa setelah ia datang sendiri, kedatangan yang kedua, kepada umat, dan berkata, “Jika ini adalah Kristus, Elia harus datang lebih dulu”. Karena itulah para murid juga berkata, “Mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” (The Gospel Of Matthew, Homily 57.1)
Oratio-Missio
Tuhan, bimbinglah aku untuk selalu berusaha memahami kebenaran-Mu dan mewujudkan Kerajaan-Mu. Bebaskan aku dari rasa puas diri dan diam-diam menjalin kesepakaan dengan dosa dan dunia, sehingga aku tidak lagi mengabdi kepada-Mu dan Kerajaan-Mu dengan segenap hati.
- Apa yang perlu kupersiapkan untuk menyongsong kedatangan-Nya kembali?
Sic et Filius hominis passurus est ab eis – Matthaeum 17:12