Kamis. Hari Biasa. Pekan Biasa VI (H)
- Kej. 9:1-13.
- Mzm. 102:16-18. 19-21.29 dan 22-23.
- Mrk. 8:27-33
Lectio
27 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” 28 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”
29 Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias.” 30 Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia.
33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Meditatio-Exegese
Yesus beserta murid-Nya berangkat ke kampung di sekitar Kaisarea Filipi
Yesus dan para murid-Nya mengadakan perjalanan ke ujung utara Galilea. Mereka menuju Kaisarea Filipi, 193 km utara Yerusalem dan 16 km dari Betsaida. Kota ini terletak di kaki Gunung Hermon, tempat salah satu mata air Sungai Yordan, di Nahr Baniyas.
Kota ini dikenal juga sebagai Panias. Di situ terdapat gua, tempat air Sungai Yordan mulai mengalir. Nama kota dikaitkan dengan tempat kelahiran Dewa Pan, penguasa alam semesta dalam mitologi Yunani.
Wilayah yang dikenal sebagai Baal-Gad, di lembah Gunung Libanon, di kaki Gunung Hermon ditaklukkan Yosua. Di sini semua raja yang ditangkapnya dibunuh (Yos. 11:17). Kemudian wilayah itu menjadi tanah pusaka suku Manasye (1Taw. 5:23).
Pada tahun 2 sebelum M, Herodes Filipus, salah satu anak Herodes Agung, memugar kota ini dan menamakannya Kaisarea, untuk menghormati kaisar Romawi saat itu, Agustus. Ia juga menambahkan kata Filipus, untuk menghormati dirinya sendiri.
Kelak, Herodes Agrippa, anak lain Herodes Agung, memberi nama kota itu, Neroneas, untuk menghormati Kaisar Nero, yang berkuasa pada tahun 60-an.
Kata orang, siapakah Aku ini?
Di kota ini, Kaisarea Filipi, Yesus bertanya pada para murid, “Kata orang, siapakah Aku ini?” (Mrk. 8:27). Dari para rasul Ia ingin mengetahui pengenalan orang banyak atas identitas-Nya.
Ternyata, dari jawaban yang Ia tangkap, orang banyak sama sekali tidak mengenal-Nya dengan benar. Mereka mengenal-Nya sebagai orang yang bukan Yesus (Mrk. 8:28).
Kemudian, Yesus melanjutkan pertanyaan-Nya (Mrk. 8:29), “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”, Vos vero quem me dicitis esse?
Yesus mendesak para murid untuk merenungkan pengenalan mereka akan diri-Nya. Mewakili para rasul, Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias.” (Mrk. 8:29). Santo Markus menulis συ ει ο χριστος, su ei ho Kristos.
Paham tentang Mesias, dalam bahasa Ibrani mashiach, Mesias atau Kristus, sangat beragam. Masing-masing sekte mempunyai pemahamannya sendiri tentang sang penyelamat atau penolong.
Salah satu keyakinan, yang mungkin sangat kuat diyakini Petrus saat itu, mesias adalah pemimpin politik agung yang berasal dari wangsa Daud (Yer. 23:5). Ia akan membawa kemenangan perang melawan bangsa-bangsa
Ia juga akan menjadi hakim agung bagi kaum Israel (Yer. 33:15). Terlebih, ia adalah manusia setengah dewa, demi-god, yang memiliki kekuatan ajaib-adi kodrati.
Yesus meminta para murid untuk mengungkapkan kepercayaan mereka atas diri-Nya tepat di tempat bangsa-bangsa lain mengangkat kaisar Romawi sebagai “dewa”. Ia hendak menegaskan bahwa Ia telah mengalahkan para dewa yang dibuat dan disembah manusia.
Engkau adalah Mesias
Kristos, terjemahan Yunani untuk kata mashiach, dan dilatinkan menjadi christus, kristus, mengungkapkan makna: orang yang diurapi. Setiap raja, imam dan nabi diurapi Allah.
Tetapi dalam perkembangan berikut, makna Mesias mengalami perkembangan dengan mengacu pada pada seorang raja dari keturunan Daud yang yang diurapi dan muncul untuk membebaskan Israel dan mendirikan kerajaan semesta (bdk. Mzm 110:1; Dan 9:25-26).
Yesus tidak pernah mengenakan gelar ini untuk diri-Nya sendiri. Mungkin karena Ia menghindari pemahaman orang banyak yang hanya melihat aspek politis saja. Di lain tempat, Ia tidak menolak ketika seseorang mengakui Dia dengan gelar itu (bdk. Mrk. 14:6-62; Yoh. 4:25-26).
Anak Manusia harus menanggung penderitaan, ditolak, dibunuh dan bangkit
Pada saat itu, tak seorang pun mengharapkan Mesias, Hamba Yahwe, yang rela menderita, seperti nubuat Nabi Yesaya (Yes. 42:1-9). Yesus, Hamba Yahwe, mulai mengajarkan bahwa nubuat itu akan dipenuhi.
Ia akan dihukum mati untuk melaksanakan tugas perutusan Bapa-Nya: menegakkan Kerajaan Allah (bdk. Yes. 49:4-9; 53:1-12). Jalan yang ditempuh untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya adalah: menanggung banyak penderitaan, ditolak, bahkan dibunuh.
Santo Markus meluliskan (Mrk. 8:31), “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Oportet Filium hominis multa pati et reprobari a senioribus et a summis sacerdotibus et scribis et occidi et post tres dies resurgere.
Petrus begitu kecewa mendengar jawaban Yesus. Benar, ia telah mengimani Yesus sebagai Mesias atau Kristus. Tetapi yang ada dalam pengakuan imannya adalah mesias yang tidak dihayati Sang Guru dari Nazaret. Petrus masih terkena “ragi orang Farisi dan ragi Herodes Antipas”.
Atas penolakan Petrus, Yesus menanggapi dengan suara keras, marah, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8:33).
Dalam tradisi alkitab setan selalu bermakna sebagai penggoda, yang selalu berusaha menjauhkan manusia dari Allah. Yesus tidak mengijinkan siapa pun menghalangi tugas perutusan Bapa untuk-Nya. Maka, Petrus harus mengikuti Yesus, bukan sebaliknya.
Kelak, terbukti benar, Yesus menanggung penderitaan, ditolak, dan dibunuh. Tetapi, Ia bangkit pada hari ketiga.
Santo Paulus menulis refleksi imannya, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” (1Kor. 15:17).
Katekese
Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah yang diurapi dan Juruselamat manusia. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:
“Kalian tahu betapa Tuhan dengan cerdas bertanya pada para murid. Yesus tidak segera berkata, “Menurutmu, siapakah Aku?” Ia ingin menggali apa yang dikatakan orang di luar komunitas.
Kemudian, setelah ia menolak gagasan itu dan menunjukkan gagasan itu tidak bisa diterima, Ia mengajak mereka kembali merenungkan gagasan yang benar. Demikian cara yang ditempuh-Nya. Ketika para murid menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.”
Ia bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Betapa kalimat ini begitu bermakna bagimu! Ia memisahkan mereka dari yang lain, sehingga mereka mampu menghindarkan diri dari gagasan orang lain.
Dengan cara ini, mereka tidak akan memahami gagasan yang tak benar tentang Dia atau membenarkan pemikiran yang meragukan dan tak pasti. Kemudian, mereka juga tidak membayangkan bahwa Yohanes telah bangkit lagi, atau pun salah satu dari para nabi.
“Kalian,” sabda-Nya, “yang telah dipilih,” yang karena keputusan-Ku telah dipanggil menjadi Rasul-Ku, yang akan menjadi saksi atas perbuatan ajaib yang Kulakukan. Menurutmu, siapakah Aku?” (Commentary On Luke, Homily 49).
Oratio-Missio
Tuhan, aku percaya dan mengimani bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Ambillah hidupku, kehendakku, dan semua yang ada padaku, agar semuanya menjadi milik-Mu, selamanya. Amin.
- Kata Yesus, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
“Vos vero quem me dicitis esse?”. Respondens Petrus ait ei: “Tu es Christus.” – Marcum 8:29