Sabtu. Pekan Paskah II (P)
- Kis.6:1-7
- Mzm.33:1-2.4-5.18-19
- Yoh.6:16-21
Lectio
16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, 18 sedang laut bergelora karena angin kencang.
19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. 20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” 21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
Meditatio-Exegese
Perahu
Pada saat Santo Yohanes menulis Injil, anggota komunitas masih sangat sedikit. Mereka diumpamakan seperti jumlah sahabat Yesus yang berjumlah dua belas dan sedang mengarungi laut dengan perahu kecil, sampan.
Mereka berasal dari bangsa Yahudi dan asing. Sama seperti kedua belas orang rasul itu, masing-masing kelompok dan orang memiliki sifat, watak, motivasi, asal-muasal, dan pemikiran yang berbeda-beda.
Benturan-benturan yang tak pernah terselesaikan di antara pelbagai macam unsur itu, pasti, membuat perahu goncang. Bila tak terkendali, pasti karam.
Orang banyak dan para rasul
Setelah melihat bahwa Yesus mampu memberi mereka makan hanya dengan lima potong roti dan dua ekor ikan, orang-orang itu yakin bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang mereka rindukan.
Yesus menggenapi harapan mereka, seperti Musa memberi makan di gurun (Kel. 16:1-35).
Mereka kemudian memaksa Yesus untuk menjadi raja atas mereka (Yoh. 6:15-15). Permintaan mereka sama seperti pencobaan yang dialami Yesus di gurun. Saat Ia dibawa ke atas gunung yang sangat tinggi, iblis memperlihatkan seluruh kemegahan dunia.
Katanya, “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Mat. 4:8-9; Luk. 4:6-7).
Pencobaan ini tidak hanya dialami oleh Yesus, tetapi juga para murid dan pengikut-Nya kemudian. Yesus tahu bahwa “ragi orang Farisi dan ragi Herodes” (Mrk. 8:15) telah merusak jiwa dan pikiran orang-orang itu dan para rasul.
Kongkalikong, permufakatan jahat dan persekongkolan untuk menggunakan kuasa mengajarkan agama yang sarat kemunafikan dan kuasa politik untuk menindas dan meganiaya umat. Pasti, cara ini menjadi musuh Kerajaan Allah.
Yesus menolak. Ia kembali menyendiri di gunung, seperti Musa, menghadap Allah.
Hari sudah mulai malam
Yesus menyuruh para murid berangkat lebih dahulu. Mereka mengarahkan perahu ke Kapernaum, di seberang danau. Saat hari sudah gelap, Yesus juga belum ada bersama mereka di perahu.
Gelap dan laut, yang ada sejak awal mula, selalu melambangkan kematian (bdk. Kej. 1:2; Why. 13: 1). Jemaat yang tinggal di dalam perahu seolah hidup tanpa harapan, karena tekanan dari Kekaisaran Romawi.
Di samping itu, sekelompok orang ingin mendesakkan supaya seluruh jemaat mengikuti adat kebiasaan mereka, seperti: adat istiadat Yahudi. Kelompok lain menghendaki jemaat berkompromi dengan penguasa dunia demi hidup tenang dan damai.
Santo Yohanes mengingatkan bahwa proses keluaran dari perbudakan di Mesir, dahulu kala, bukan merupakan proses mudah.
Aku ini, jangan takut
Di saat para rasul kesulitan mendayung perahu menuju Kapernaum, di tengah laut, Yesus mendekati mereka. Mereka tidak mengenali-Nya, seperti dua orang murid yang berjalan bersama-Nya ke Emaus (Luk. 24:28).
Ia menyapa mereka yang menggigil ketakutan (Yoh. 6:20), “Aku ini, jangan takut!”, Ego sum, nolite timere. Ungkapan Yunani, εγω ειμι, ego eimi, Ego sum, inilah AKU, sering kali digunakan dalam Injil Yohanes.
Ungkapan ini mengingatkan akan kisah Musa yang mengalami penampakan diri Allah di semak duri di padang gurun, saat Allah bersabda, εγω ειμι, ego eimi, inilah AKU (bdk. Kel. 3:15).
Ungkapan ini juga sering digunakan oleh Nabi Yesaya untuk menyingkapkan kehadiran Allah pada peristiwa Keluaran baru, yang digenapi dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. εγω ειμι, ego eimi, inilah AKU (bdk. Yes. 42: 8; 43: 5.11-13; 44: 6.25; 45: 5-7).
Santo Yohanes tidak menampilkan Yesus yang mengatasi kuasa alam seperti dikisahkan Santo Matius, Markus dan Lukas. Santo Yohanes menyingkapkan identitas Yesus yang sejati. Maka, ketika seluruh jemaat bersama dengan-Nya, mereka akan dituntun ke pantai yang tenang.
Pemazmur mengidungkan ungkapan syukur, “Dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.” (Mzm. 107, 29-30).
Katekese
Kristus Sang Penyembuh. Santo Augustinus, Uskup Hippo, 354-430:
“Allah mengutus seorang penyembuh, penyelamat untuk manusia. Dia menyembuhkan tanpa memungut bayaran. Kristus juga datang untuk memberi anugerah bagi mereka yang akan Ia sembuhkan.
Kristus menyembuhkan yang sakit. Ia juga menganugerahkan rahmat pada mereka yang disembuhkan-Nya. Dan rahmat yang Ia berikan adalah Diri-Nya sendiri.” (dikutip dari Sermon 102,2)
Oratio-Missio
- Tuhan, semoga aku tak pernah ragu akan uluran tanganMu yang menyelamatkan, terutama saat aku mengalami masa sulit. Kuatkanlah imanku dan berilah aku harapan yang kuat agar keperyaanku padaMu tak pernah luntur. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan ketika aku atau komunitas imanku ada dalam kegelapan?
Ego sum, nolite timere! – Ioannem 6: 20