Lectio Divina 17.1.2025 – Ia Berkuasa Mengampuni Dosa

0
0 views
Menurunkan si lumpuh di hadapan Yesus, by James Tissot

Jumat. Peringatan Wajib Santo Antonius (P)

  • Ibr.  4:1-5.11
  • Mzm. 78:3.4bc.6c-7.8
  • Mrk. 2:1-12

Lectio

1 Beberapa hari kemudian, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. 2 Orang-orang datang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak.  Ia memberitakan firman kepada mereka. 3 Lalu orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.

4 Namun, mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas Yesus; sesudah terbuka mereka menurunkan tikar, tempat orang lumpuh itu terbaring. 5 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” 6 Beberapa ahli Taurat sedang duduk di situ dan berpikir dalam hatinya,

7 “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” 8 Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian di antara mereka, lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? 9 Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosa-dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tikarmu dan berjalan? 

10 Namun, supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa di dunia ini” – berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu – 11 “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tikarmu dan pulanglah ke rumahmu.”

12 Orang itu pun bangun, dan di hadapan mereka semua ia mengangkat tikarnya dan pergi ke luar, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, “Yang begini belum pernah kita lihat.”

Meditatio-Exegese

Orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang

Ketika menulis Injil, tahun 70-an, jemaat Santo Markus menghadapi tantangan yang sangat berat. Warta Kabar Gembira ternyata tidak mudah diterima.

Injil selalu menghadapi penentang, antara lain: kelompok yang mau menyatakan bahwa Yesus – hidup, karya dan ajaran-Nya – adalah salah dan berlawanan dengan kehendak Allah.

Saat Yesus pulang, banyak orang berkumpul dan berdesakan di setiap jengkal di rumah-Nya. Yang mendatangi-Nya tidak hanya orang biasa, tetapi juga para Ahli Taurat dan kelompok Farisi.

Ia menerima mereka, tanpa kecuali dan mempersilakan duduk di dekat-Nya di dalam rumah. Lalu Ia mulai mengajar.

Tiba-tiba datanglah empat orang membawa kawan mereka yang lumpuh pada-Nya. Kerumunan orang banyak menyulitkan mereka untuk mendekati Yesus.

Lalu, mereka mencari akal bagaimana cara agar si sakit itu sampai di depan Yesus. Inilah yang mereka perbuat: keempat orang itu memikul si sakit ke atap rumah, membongkar atap, dan dengan tali menurunkan tilam yang ditiduri si sakit tepat di hadapan Yesus.

Usaha yang luar biasa ini berhasil. Atap rumah di Israel pada saat itu umumnya terbuat dari kayu yang ditutup dengan lumpur serta jerami atau dedaunan.

Pada waktu itu, penyakit berat, kemiskinan, dan kelumpuhan menjadi tanda dan bukti bahwa si penyandang dikutuk Allah atas perbuatan dosa di masa lalu.

Melihat apa yang mereka lakukan dan harapan yang gantungan si sakit pada-Nya, Yesus bersabda (Mrk. 2:5), “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.”, Fili, dimittuntur peccata tua.

Para Ahli Taurat dan golongan Farisi mengajarkan bahwa orang yang dikutuk selalu najis. Maka, mereka tidak boleh berdekatan dengan sesama, apalagi mendekati Allah dalam peribadatan.

Ajaran ini memaksa kaum miskin, lemah sakit dan menderita merasa bahwa mereka disingkirkan dan ditolak Allah. Tetapi Yesus ternyata menerima orang lumpuh itu.

Sabda-Nya, “Dosamu sudah diampuni”, bermakna bahwa Allah mengampuni dosanya. Ia menerimanya dan memulihkan seluruh martabat manusiawinya sebagai citra-Nya sendiri (bdk. Kej. 1:27).

Di lain pihak, para Ahli Taurat dan orang Farisi menentang apa yang diwartakan-Nya. Mereka berpegang teguh bahwa yang berhak mengampuni dosa adalah Allah (Kel. 34:7; Yes. 43:25; Mzm. 130:3; 1 Raj. 8:39).

Allah mengampuni dosa ketika umat datang mempersembahkan korban penghapus dosa di Bait Allah pada Hari Raya Pendamaian (Im. 16).

Konsekuensinya, ketika Yesus bersabda, “Dosamu telah diampuni”, berarti Ia menghujat Allah dan hukuman atas penghujatan adalah hukum rajam sampai mati  (Im. 24:11-13; Bil. 30-31).

Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa

Menghadapi tuduhan penghujatan, walau dalam hati, Yesus justu memberi para penuduh suatu dilema, “Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?” (Mrk. 2: 9).

Mengampuni dosa adalah kewenangan Allah dan membuat mukjizat juga kuasa-Nya. Yesus mengajak mereka untuk berefleksi tentang siapa Dia sebenarnya.

Untuk pertama kali Yesus mengenakan gelar Anak Manusia. Gelar ini muncul dalam nubuat Nabi Daniel (Dan. 7:13-14). Dengan mengenakan gelar itu, Yesus menghindari bahwa Ia menghujat Allah, BapaNya.

Di samping itu, mengetahui apa yang dipertimbangkan dalam batin juga merupakan kemampuan yang dimiliki oleh Allah sendiri (1Sam. 16:7; 1Raj. 8:39; Mzm. 7:10).

Melaui penyebutan gelar ini, Yesus mengajak orang yang tertutup hatinya untuk membuka wawasan dan warisan iman, agar iman selalu disegarkan dengan pembaharuan. Ketertutupan karena kepicikan dan kepentingan manusiawi dapat disingkirkan.

Sabda Yesus untuk menyembuhkan si sakit menjadi lebih sukar dilakukan, karena sabda itu harus nyata dilihat. Sabda pengampunan menjadi lebih mudah dikatakan, karena sukar untuk mengetahui apakah dosa seseorang diampuni atau tidak.

Maka, sabda penyembuhan-Nya menjadi nyata ketika Ia bersabda (Mrk. 2:11), “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu.”, Surge, tolle grabatum tuum et vade in domum tuam.

Tujuan yang hendak dicapai-Nya adalah supaya tiap pribadi yang menyaksikan “supaya tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa di dunia ini.” (Mrk. 2:10), ut autem sciatis quia potestatem habet Filius hominis interra dimittendi peccata.

Si lumpuh mampu bangkit, mengangkat tilam dan pulang (Mrk. 2:12). Mengalami kebaikan Allah, ia bersuka cita dan memuliakan-Nya.  

Katekese 

Penyembuhan orang lumpuh dan kebangkitan-Nya. Santo Ambrosius, Uskup Milan, 339-397:

“Tuhan, yang menghendaki untuk menyelamatkan pendosa, menunjukkan diri-Nya sebagai Allah baik melalui pengetahuan akan rahasia dan tanda heran dari tindakan-Nya. Ia bersabda, ”Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan?”

Dalam perikop ini Yesus menunjukkan keserupaan dengan kebangkitan-Nya. Di samping menyembukan luka-luka badan dan jiwa, Ia juga mengampuni dosa roh, menyingkirkan kelemahan daging, dan, oleh sebab itu, menyembuhkan seluruh pribadi manusia.

Agunglah tindakan mengampuni dosa manusia – siapa yang dapat mengampuni dosa, kalau bukan Allah sendiri?

Karena Allah juga mengampuni melalui mereka yang diberiNya kuasa untuk mengampuni. Maka jauh lebih ilahi untuk menganugerahkan kebangkitan bagi tubuh, karena Tuhan sendirilah Sang Kebangkitan.” (Exposition Of The Gospel Of Luke 5.12–13.5).

Oratio-Missio

Tuhan, melalui belas kasih danpengampunan-Mu, Engkau menyembuhkan dan memulihkan tubuh, jiwa dan roh. Semoga daya dan kuasa penyembuhan itu menyentuh seluruh hidupku. Ampunilah kesalahan dan dosaku, agar aku selalu berjalan dalam kasih dan kebenaran-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya sesamaku mengenal Allahku dan Gereja-Nya? “

Ut autem sciatis quia potestatem habet Filius hominis interra dimittendi peccata – Marcum 2:10

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here