Lectio Divina 18.03.2021 – Kesaksian-Nya tidak Dihiraukan

0
322 views
Kesaksian-Nya tidak dihiraukan by Vatican News.

Kamis. Pekan Prapaskah IV (U)

  • Kel. 32:7-14.
  • Mzm.106:19-20.21-22.23
  • Yoh.5:31-47

Lectio

31Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; 32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. 33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; 34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.

35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. 36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, 38  dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. 39  Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, 40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

41 Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. 42 Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. 43 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia.

44 Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? 45 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu.

46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. 47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

Meditatio-Exegese

Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu

Bisa dirasakan betapa kecewa hati Allah ketika menyaksikan bangsa Israel, yang dibebaskan-Nya dari perbudakan Mesir dengan tangan kuat, berbalik dari pada-Nya. Mereka lupa akan karya agung-Nya saat membebaskan mereka dari Mesir beberapa saat lalu.

Mereka mengingkari-Nya, bahkan mencampakkan Allah dan mengganti dengan buatan tangan manusia, patung lembu emas.

Mereka berseru-seru di depan patung lembu itu di padang gurun, “Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” (Kel 32:8).

Allah sangat murka. Penulis menggambarkan kemurkaan-Nya seperti api yang menyala-nyala (Kel. 32:12). Ia juga telah mengambil keputusan untuk membinasakan mereka (Kel. 32:10).

Tetapi, Ia menyurutkan kemurkaan-Nya ketika Ia mendengarkan permohonan Musa. Dalam permohonannya, Musa mengingatkan Allah akan karya pembebasan-Nya dan perjanjian-Nya dengan para bapa bangsa, Abraham-Ishak-Yakub. Maka, Ia sangat menyesal atas malapetaka yang rancangkan-Nya atas umat-Nya (Kel. 32:11-14).

Tidak sekali ini Allah menyurutkan amarah-Nya. Amarah-Nya surut ketika Abraham meminta tidak menghancurkan Sodom dan Gomora demi sepuluh orang benar di kota yang bejat itu (Kej. 18:16-33).

Daniel pun di Babel memohon agar amarah Allah berlalu dan tidak ditimpakan kepada Yerusalem. Karena dosa dan kesalahan umat dan para leluhur, mereka telah menjadi cela bagi semua orang di sekeliling mereka (Dan. 9:16).

Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri

Perdebatan antara Yesus dengan para pemuka agama Yahudi meruncing karena kesaksian. Hukum Musa menegaskan bahwa kesaksian dipandang sah bila didukung bukti dan minimal dua atau tiga orang saksi (Ul. 17:16).

Mereka menganggap bahwa kesaksian Yesus adalah kesaksian palsu dan Ia adalah penghujat Allah (bdk. Yoh. 5:31).  Orang yang memberikan kesaksian dusta harus dihapus dari tengah-tengah umat (Ul. 19:19).

Yesus membela diri dengan menyebutkan kesaksian Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis memang bersaksi bahwa ia bukan Mesias yang dijanjikan, tetapi ia menunjuk pada Yesus (Yoh. 1:19.20.26.29.35.36).

Yesus menerima kesaksian sepupu-Nya itu, tetapi Ia tidak tergantung pada kesaksian Yohanes dan memandang ada kesaksian lain yang jauh lebih penting dari kesaksian itu.

Kesaksian yang jauh lebih besar dari kesaksian Yohanes adalah karya yang harus diselesaikan-Nya atas perintah Bapa.

Sabda-Nya, “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” (Yoh. 14:10-11).

Bapa juga bersaksi tentang Yesus. Ia bersabda, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” (Yoh. 8:47). Tetapi pemimpin agama Yahudi, para penuduh itu, tidak membuka budi dan hati pada Allah.

Maka, mereka tidak sampai pada inti iman untuk percaya kepada-Nya. Sedangkan Kitab Suci yang mereka pelajari bersaksi tentang Yesus, seperti nubuat Musa, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ul. 18:15; bdk. Yoh. 5:46; 12:16.41; 20:9).

Di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah

Yesus mengecam para pemimpin agama itu, karena menolak kesaksian-Nya. Mereka menolak karena mereka tidak memiliki kasih setia kepada Allah.

Yesus bersabda (Yoh. 5:42), “Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.”, Sed cognovi vos, quia dilectionem Dei non habetis in vobis

Yesus menekankan bahwa yang mereka tolak sebenarnya bukan diri-Nya, melainkan Bapa yang mengutus-Nya. Dan sebelumnya, Yesus bersabda bahwa menolak Anak sama dengan menolak Bapa yang mengutus Sang Anak. 

Maka, Ia menuntut para murid-Nya untuk menjadi rendah hati, memiliki hati seorang murid yang setia mendengarkan pengajaran Sang Guru.

Santo Augustinus, uskup Hippo, 430-543, menulis, “Sebagai pengikut Kristus, tugas kita adalah membuat kemajuan menuju Allah setiap hari. Peziarahan kita di bumi adalah sekolah di mana Allah adalah satu-satunya guru, dan sekolah itu menuntut murid yang baik, bukan murid yang suka membohong.

Dalam sekolah itu kita mempelajari sesuatu setiap hari. Kita belajar sesuatu dari perintah-perintah, dari teladan, dan dari sakramen. Semua ini menjadi obat untuk luka-luka kita dan bahan untuk terus dipelajari.”

Katekese

Kristus adalah Guru yang mengajar kita. Santo Augustinus dari Hippo, 354- 430:

“Ada Guru yang mengajar di dalam diri kita. Kristus adalah Guru kita. Ilham dan sentuhan lembut-Nya mengajar kita. Bilamana ilham dan sentuhan lembut-Nya hampir-hampir tak terdengar, sia-sialah sabda-Nya bergaung di telinga kita. Terlebih Santo Paulus, Sang Rasul, berkata, “Aku menanam benih dan Apolos menyiraminya, tetapi Allahlah yang membuat tanaman itu tumbuh.”

Maka, bila kita menanam atau bila kita menyirap melalui kata-kata kita sendiri, itu pekerjaan sia-sia. Hanyalah Allah yang  memberi pertumbuhan; sentuhan tangan-Nya mengajarkan padamu segala hal.” (Sermon on 1 John 3,13

Oratio-Missio

  • Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku mampu mendengarkan sabda-Mu dengan sepenuh hidupku dan melaksanakan dengan suka cita. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk mempercayai kesaksianNya?

Si autem illius litteris non creditis, quomodo meis verbis credetis? – Ioannem 5:47  

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here