Lectio Divina 18.06.2023 – Hati-Nya Penuh Belas Kasih

0
348 views
Ia menyembuhkan segala penyakit, by Rembrandt.

Minggu. Minggu Biasa XI (H)

  • Kel. 19:2-6a
  • Mzm. 100:2.3.5
  • Rm. 5:6-11
  • Mat. 9:36-10:8

Lectio (Mat. 9:36-10:8)

Meditatio-Exegese

Kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa

Setelah tiga bulan keluar dari Mesir, bangsa Israel tiba di gurun Sinai dan ‘berkemah di depan gunung itu’ (Kel. 19:2). Gunung itu adalah Gunung Sinai atau Horeb (Kel. 3:1), tempat Allah menampakkan Diri-Nya, menjumpai Musa dan menyingkapkan bahwa “AKU ADALAH AKU.”, εγω ειμι, EGO EIMI, (Kel. 3:14).

Allah sekarang memanggil seluruh umat untuk menghadap-Nya di gunung ini (bdk. Kel. 3:12). Ia juga mengingatkan Musa akan karya pembebasan yang telah Ia lakukan dengan kuat dan kuasa.

Ia mengutusnya menghadap Firaun. Setelah penguasa Mesir makin menindas dan menolak untuk memberi kebebasan beribadat pada-Nya, Ia mengirim sepuluh tulah.

Sepanjang perjalanan keluar dari Mesir, Ia menaungi dan menuntun mereka  dengan tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (Kel. 13:21).

Setelah sampai di pantai Laut Teberau, Ia membelah lautan sehingga celah antar dinding air dapat dilewati seluruh bangsa.

Esok hari, Ia mengembalikan laut seperti sediakala. Seluruh tentara Mesir tenggelam. Allah memisahkan Firaun dan Mesir dengan umat-Nya. Disaksikan seluruh bangsa itu, Allah membebaskan mereka karena kehendak dan rencana-Nya.

Karya agung itu menyingkapkan Allah selalu setia pada perjanjian-Nya dan mereksa umat. Ia merawat dan memperlakukan mereka seperti ibu menyayangi anak-anaknya.

Allah menggendong bangsa Israel seperti ibu rajawali menggendong anak-anaknya di kepak sayap. Saatnya tiba anak rajawali untuk mulai terbang. Sang ibu mendorongnya dari sarang di tempat tinggi.

Ia didorong agar seluruh tubuh bergerak dan kedua sayap mungil mulai mengepak. Ia hendak diajari untuk terbang. Sang ibu selalu waspada dan siap bilamana si anak gagal terbang.

Ia segera menukik, merentangkan sayap, menjadikannya tempat pendaratan empuk dan menerbangkan mereka kembali ke sarang.

Sama seperti rajawali betina, Allah hendak mendidik umat-Nya menjadi umat yang dewasa dalam iman kepada-Nya. Kedewasaan ditandai dengan kesadaran bahwa tiap pribadi bergantung dan berpaut pada-Nya.

Allah tidak hirau pada umat yang menggerutu. Ia tetap menarik menarik semua pribadi kepada-Nya. Masing-masing menjalin relasi erat dengan-Nya, supaya beroleh keselamatan.

Ia tetap memperlakukan mereka “sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.” (1Tes 2:7). 

Sabda-Nya (Kel. 19:4), “Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.” portaverim vos super alas aquilarum et adduxerim ad me.  

Kata ganti ‘Aku’ dan ‘kamu’ menandakan Allah menghendaki kedekatan pribadi dalam menjalin relasi dengan-Nya. Kedekatan itu menjadi landasan Allah untuk menetapkan perjanjian-Nya dengan seluruh umat.

Perjanjian selalu dilandasi kebebasan penuh dari manusia untuk melakukan atau menolaknya. Perjanjian selalu berbentuk anugerah dari pihak Allah.

Maka, bila menghendaki keselamatan selalu harus mengindahkan (Kel. 19:5), “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa.”

Tiap pribadi yang menyaksikan karya agung pembebasan dari Mesir pasti tahu dan paham akan tanggung jawab mereka. Seharusnya masing-masing mendengarkan-Nya dan dan bertindak sesuai dengan kehendak Yahwe.

Bila seluruh umat melakukan dan berpaut pada perjanjian-Nya, Allah memuliakan dan menguduskan mereka.

Mereka menjadi milik Allah seperti milik pribadi seorang raja (bdk. 7:6; 14:2; 26:18).

Penulis suci mengungkapkan (Kel. 19:6), “Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.”, Et vos eritis mihi regnum sacerdotum et gens sancta.

Di samping, pembebasan dari Mesir mempralambangkan Paskah Perjanjian Baru, Allah membebaskan manusia dari cengkeraman dosa dan setan dan membawa tiap pribadi kepada-Nya, “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah.” (1Ptr. 3:18).

Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan

Yesus tidak pernah memusatkan perhatian hanya di satu tempat dan kelompok orang. Ia terus berkeliling dari kota ke keta, dari desa ke desa, dari kampung ke kampung. Karya pelayanan-Nya di Galilea dan wilayah lain mencakup seluruh wilayah dan manusia (Mat. 9:35).

Namun, saat Ia menyaksikan orang berduyun-duyun mengikuti-Nya, hati-Nya tergerak. Ia seolah tak tega menyaksikan orang mencari kesembuhan, penghiburan, peneguhan, pemulihan semangat dari-Nya.

Melukiskan perasaan hati-Nya, Santo Matius menggunakan kata Yunani εσπλαγχνισθη, esplagchnisthe, dari kata dasar: splagchnizomai, merasa kasihan, berbelarasa, tergerak hati. Dalam versi Latin, Vulgata, digunakan ungkapan Misertus est eis, Ia merasa iba.

Di dalam hati, inti hidup manusia, termasuk Yesus, selalu meluap perasaan bela rasa, turut menanggung derita, miser. Dengan kata lain, hati-Nya digerakkan oleh belas kasih, belarasa dan jatuh kasihan pada orang banyak, karena mereka dibiarkan berjuang sendiri.

Tradisi umat Perjanjian Lama menyingkapkan relasi unik antara umat pilihan Allah dengan para pemimpin atau gembala mereka.

Para pemimpin dan gembala seharus bertindak seperti Allah, Sang Gembala baik (bdk. Kej. 48:15; 49:24; Bil. 27:17; Mzm. 23:1; 28:9; 74:1; 79:13; 80:2; 95:7; Yes. 40:11; 53:6; Yer. 23:4; Yeh. 34:16; Mi. 7:14; Za 11:9).  

Tetapi mereka berlaku culas dan kejam. “Mereka merobek kulit dari tubuh bangsaku dan daging dari tulang-tulangnya; mereka memakan daging bangsaku, dan mengupas kulit dari tubuhnya; mereka meremukkan tulang-tulangnya, dan mencincangnya seperti daging dalam kuali, seperti potongan-potongan daging di dalam belanga.” (Mi. 3:2; bdk. Yeh. 34:3-6)

Pada masa Yesus berkarya, para pemimpin umat meninggalkan kawanan dan menempatkannya dalam keadaan mengenaskan. Mereka memberi beban yang tak dapat mereka sangga (bdk. Mat. 23:4; Luk. 11:46); mereka menguasai kunci pengetahuan untuk diri mereka dan kelompok sendiri (bdk. Luk. 11:52).

Mereka seperti kawanan domba tanpa gembala. Tiada seorang pun yang memperhatikan kawanan itu. Maka, Yesus bertindak sebagai gembala bagi mereka (Yoh. 10:11-14).

Tindakan Yesus, bagi jemaat yang dibina Santo Matius, memenuhi nubuat tentang Hamba Yahwe, yang “memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Mat. 8:17; bdk. Yes. 53:4).

Kepada mereka Yesus selalu menyapa agar “dapat memberi semangat kepada orang yang letih lesu” (Yes. 50:4).

Sebagai gembala, para pekerja harus bertindak sebagai gembala yang baik: mencari yang hilang, membawa pulang yang tersesat, membalut yang terluka, menguatkan yang sakit, menjaga dan melindungi yang gemuk dan kuat (Yeh. 34:16).  

Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit

Tugas pengutusan para murid Yesus sama dengan tuaian (bdk. Luk. 10:2-3; Yoh. 4:35-38). Banyak orang siap sedia menanggapi warta Injil.

Banyak orang menanti sabda kehidupan. Utusan Warta Sukacita sedikit, tetapi jumlah orang yang menantikannya tak terbilang.

Seruan-Nya untuk memohon kepada yang empunya tuaian bermakna bahwa tugas pengutusan selalu berpangkal pada Allah. Dialah pemilik tuaian dan bertanggungjawab atasnya. Dan Roh Kudus selalu siap berkarya bila tuaian itu ada.

Tuaian, pada mulanya, erat terkait dengan pengadilan terakhir (Yes. 27:12; Hos. 6:11; Yl. 3:13). Sepupu Yesus, Yohanes Pembaptis, percaya bahwa saat pengadilan terakhir telah tiba (Mat. 3:12). Tetapi, sekarang tidak ada malaikat yang diutus untuk melaksanakan karya ini.

Maka, tiap murid Yesus, bahkan tiap pribadi, harus ambil bagian dalam pelbagai cara agar sesama dapat selamat dalam menghadapi pengadilan terakhir.

Tugas masing-masing tidak untuk mengadili sesama. Karena saat ini adalah saat yang melimpah dengan belas kasih dan kerahiman, serta pengadilan belum juga datang.

Yesus memanggil

Yesus memanggil para murid dan mendidik mereka selama masa pelayanan-Nya. Panggilan dan pendidikan itu bertujuan agar mereka menjadikan Yesus pusat hidup mereka.

Setelah dirasa cukup saatnya, Yesus mengutus ke dua belas rasul untuk pergi dan mewartakan Kerajaan Surga sudah dekat.

Kerajaan itu adalah komunitas pria dan wanita yang mengenal Allah sebagai Allah Tritunggal, yang penuh kasih dan kerahiman. Komunitas itu selalu menaati dan menghormati Allah dengan suka rela sebagai Tuhan dan Raja.

Yesus pun mengajarkan agar para murid memohon Allah untuk meraja dalam hidup mereka dan di dunia: Datanglah KerajaanMu dan jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. 

Dalam tugas perutusan itu, Yesus memberi mereka kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan penyakit dan mengatasi kelemahan.

Dengan kata lain, dalam tata dunia sekarang, mereka berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

Konsili Vatikan II mengajarkan, “Kesejahteraan umum ialah: keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri.

Setiap kelompok harus memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan serta aspirasi-aspirasi kelompok-kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan umum segenap keluarga manusia” (dikutip dari Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini: Gaudium et Spes, 26).

Inilah nama

Daftar nama ke dua belas rasul sepertinya terkait dengan Perjanjian Lama. Nama Simon atau Simeon berasal dari keluarga Yakub (Kej. 29:33). Yakubus sama dengan Yakub (Kej. 25:26). Yudas atau Yehuda adalah anak laki-laki Yakub (Kej. 35:23). Matius memiliki nama lain Lewi (Mrk. 2:14), yang juga salah satu anak laki-laki Yakub (Kej. 35:23).

Nama yang disandang tujuh orang rasul berasal dari nama para Bapa Bangsa: dua orang disebut Simon/Simeon; dua disebut Yudas/Yehuda; dua disebut Yakub; dan satu Lewi. Hanya satu yang memiliki nama Yunan: Filipus.

Penginjil Matius rupanya menyingkapkan Yesus membentuk umat yang baru, dilandasi oleh ikatan dengan perjanjian Allah dengan Abraham. 

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat

Yesus mengutus para murid pergi ke wilayah sekitar Galilia. Ia memerintahkan mereka, ”Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.” (Mat 10:5-7). Perintah-Nya mengandung tiga makna:

  • jangan pergi kepada bangsa-bangsa lain,
  • jangan memasuki kota-kota Samaria, dan
  • pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.   

Memang, sepertinya ada sikap menutup diri terhadap bangsa lain dalam perintah di atas. Namun, Santo Paulus, yang sangat kuat membela keterbukaan terhadap bangsa-bangsa asing, menyatakan persetujuannya bahwa Kabar Sukacita tentang Yesus seharusnya pertama-tama diwartakan kepada bangsa Israel, setelah itu, kepada bangsa-bangsa lain (Rom. 9:1-11, 32; bdk. Kis. 1:8; 11:3; 13:46; 15:1, 5, 23-29).

Namun, yang terjadi kemudian, di Injil yang sama, saat Yesus bercakap-cakap dengan perempuan dari Kanaan, Ia merentangkan tangan untuk menerima bangsa-bangsa lain (Mat. 15:21-29).

Kepada bangsa-bangsa lain, Ia juga memerintahkan mereka untuk mewartakan Kerajaan Surga (Mat. 10:7), ”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.”, Euntes autem praedicate dicentes, “Appropinquavit regnum caelorum.”

Tugas perutusan para Rasul tidak hanya kepada bangsa Yahudi, tetapi juga kepada segala bangsa terus digemakan setelah Yesus bangkit dari mati.

Santo Matius menulis, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20).

Santo Markus menulis, ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:15-16).

Dalam Injil dan Kisah Para Rasul, Santo Lukas menulis, ”Ada tertulis bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga.

Dan, pertobatan untuk pengampunan dosa akan dinyatakan dalam nama-Nya kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi-saksi dari semua ini.” (Luk. 24:46-48; Kis. 1:8).

Santo Yohanes meringkas seluruh perintah itu hanya dalam satu kalimat (Yoh. 20:21), ”Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”, sicut misit me Pater et ego mitto vos.

Katekese

Mari bergerak keluar. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 17 Desember 1936:

“Maka marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar menawarkan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Di sini saya mengulangi bagi seluruh Gereja apa yang telah sering sayakatakan kepada para imam dan umat awam di Buenos Aires.

Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telahkeluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutupdiri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri.

Saya tidak menginginkan Gereja yang berambisi menjadi pusat dan berakhir dengan terperangkap dalam jerat obsesi dan prosedur.

Kalau ada suatu yang harus dan pantas menyusahkan kita atau mengusik hati nurani kita, hal itu adalah kenyataan bahwa begitu banyak saudara-saudari kita hidup tanpa kekuatan, terang dan penghiburan yang lahir dari persahabatan dengan Yesus Kristus, tanpa komunitas iman yang mendukung mereka, tanpa makna dan tujuan hidup.

Lebih dari pada oleh perasaan takut tersesat, saya berharap bahwa kita akan digerakkan oleh perasaan takut tetap tertutup dalam struktur-struktur yang memberikan kita rasa aman palsu,

  • dalam peraturan-peraturan yang menjadikan kita hakim-hakim yang kejam;
  • dalam kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita merasaaman;
  • sementara di luar pintu kita orang-orang sedang kelaparan dan Yesus tak lelah-lelahnya bersabda kepada kita: “Kamu harus memberi mereka makan.” (Mrk. 6:37).” (Ensiklik Sukacita Injil, Evangelii Gaudium, 49)

Oratio-Missio

Bantulah kami sekarang memperoleh semangat baru kebangkitan, supaya kami boleh menyampaikan kepada semua orang Injil kehidupan yang menang atas kematian.

Berilah kami keberanian suci untuk mencari jalan-jalan baru, supaya anugerah keindahan yang tak pudar dapat mencapai setiap orang, perempuan dan laki-laki. Amin. (Sepenggal Doa Paus Fransiskus, dalam Ensiklik Sukacita Injil, Evangelii Gaudium)

  • Aku sudah dipanggil-Nya, mengapa sulit bagiku menerima tugas perutusan dari-Nya?

Euntes autem praedicate dicentes, “Appropinquavit regnum caelorum”Matthaeum 10:7

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here