Lectio Divina 19.07.2020 – Tumbuh di Antara Lalang

0
524 views
Ilustrasi - Tumbuh di antara ilalang by ist

Hari Minggu Biasa XVI (H)

  • Keb. 12:13,16-19
  • Mzm. 86:5-6,9-10,15-16a
  • Rm. 8:26-27
  • Mat. 13:24-43

Lectio

24  Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?

28  Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”

31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.”

33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” 34  Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”

36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” 37 Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.

39  Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40  Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41  Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

42  Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43  Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”

Meditatio-Exegese

Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan

Penulis Kitab Kebijaksanaan menyingkapkan iman akan Allah yang berbelas kasih. Ia memang memiliki segala kuasa, tetapi kekuasaan tidak pernah menjadikan diri-Nya sebagai penguasa yang tidak adil. Hati-Nya sangat penyayang (Keb. 12:16). Ia mengadili dengan belas kasih dan melimpahkan perhatian-Nya pada manusia tanpa batas. Ia tidak pernah berkehendak untuk menggunakan kuasa secara semena-mena (Keb. 13:18).

Melalui teladan-Nya, Allah memanggil umat yang terikat dalam perjanjian dengan-Nya untuk bertindak yang sama dalam memperlakukan sesama dan alam. Setiap anggota jemaat haruslah berindak dengan penuh bela rasa, belas kasih, dan suka mengampuni.

Perjanjian Baru menyingkapkan bahwa Tuhan Yesus mengajarkan dan melakukan hal yang sama dalam karya pelayanan-Nya.  Ia menebus umat manusia dan memenuhi harapan penulis Kitab Kebijaksanaan. Melalui Ritus Pengampunan dalam Perayaan Ekaristi, Allah mengampuni dosa ringan yang dilakukan manusia. Dan dalam Sakramen Rekonsiliasi-Tobat, Allah merentangkan tangan-Nya untuk melimpahkan pengampunan atas dosa berat dan memulihkan relasi dengan-Nya yang dirusak oleh manusia itu sendiri (bdk. Keb. 13:19).    

Gereja mengajarkan, “Karena dosa berat merusakkan prinsip hidup di dalam kita, yaitu kasih, maka ia membutuhkan satu usaha baru dari kerahiman Allah dan suatu pertobatan hati yang secara normal diperoleh dalam Sakramen Pengakuan:

“Kalau kehendak memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dalam dirinya bertentangan dengan kasih, yang mengarahkan manusia kepada tujuan akhir, maka dosa ini adalah dosa berat menurut obyeknya…. entah ia melanggar kasih kepada Allah seperti penghujatan Allah, sumpah palsu, dan sebagainya atau melawan kasih terhadap sesama seperti pembunuhan, perzinaan, dan sebagainya…

Sedangkan, kalau kehendak pendosa memutuskan untuk membuat sesuatu yang dalam dirinya mencakup satu kekacauan tertentu, tetapi tidak bertentangan dengan kasih Allah dan sesama, seperti umpamanya satu perkataan yang tidak ada gunanya, tertawa terlalu banyak, dan sebagainya, maka itu adalah dosa ringan.” (Tomas Aqu.,s.th. 1-2,88,2)” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 1856).

Allah selalu penuh dengan kerahiman dan belas kasih. Namun penolakan atas belas kasih-Nya dapat menyebabkan kemusnahan abadi, seperti diajarkan oleh Bunda Gereja, “Kerahiman Allah tidak mengenal batas; tetapi siapa yang dengan sengaja tidak bersedia menerima kerahiman Allah melalui penyesalan, ia menolak pengampunan dosa-dosanya dan keselamatan yang ditawarkan oleh Roh Kudus (bdk. DeV 46.).

Ketegaran hati semacam itu dapat menyebabkan sikap yang tidak bersedia bertobat sampai pada saat kematian dan dapat menyebabkan kemusnahan abadi.” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 1864).

Kerajaan Surga

Tugas perutusan Yesus dapat diringkas dalam dua kegiatan penting, yaitu mewartakan Injil atau Kabar Suka Cita Kerajaan dan melenyapkan segala penyakit serta kelemahan (Mat 4: 23; 9:35). Ungkapan Kerjaan disamakan dengan Kerajaan Surga, βασιλεια των ουρανων, basileia ton ouranon, atau Kerajaan Allah βασιλεια του θεου, basileian tou theou.   

Santo Matius, yang menulis Injil untuk orang Kristen dari agama Yahudi,  cenderung menggunakan istilah Kerajaan Surga sebagai ganti atas nama diri Allah, seperti pada tradisi Yahudi yang menghindari penggunaan Nama Allah seperti saat Ia menyingkapkan diriNya pada Musa (bdk. Kel 3:13-15). Ungkapan lain yang digunakan untuk mengacu pada sebutan Allah adalah Surga.

Ungkapan Kerajaan Allah tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Namun kita ketahui bahwa kedaulatan Allah atas Israel dan seluruh alam setara dengan pemahaman Perjanjian Baru tentang Allah meraja.

Kerajaan Allah sebagaimana ditampilkan dalam Perjanjian Baru menyingkapkan tindakan Allah yang memerintah dan menguasai seluruh alam raya. Ia menjadi satu-satunya Penguasa; tetapi karena Israel dan seluruh manusia bertindak menghindari kedaulatan-Nya dan berbuat dosa, mereka menciptakan situasi yang berlawaban dengan rencana keselamatanNya.

Kerajaan Allah akan ditegakkan dan semua akan tunduk pada-Nya. Saat itulah manusia dengan sadar mengakui kedaulatan-Nya dan menyadari bahwa Ia memiliki rencana keselamatan baginya.

Yesus mewartakan datangnya jaman baru (bdk. Mat. 3: 2). Jaman Kerajaan Allah sudah datang dan terjadi di dalam diri-Nya serta terus diwujud nyatakan melalui komunitas iman yang didirikanNya. Tetapi Gereja belum menjadi Kerajaan itu. Kerajaan itu tumbuh dalam diam, tersembunyi, perlahan, setahap demi setahap, hingga mencapai puncak kepenuhannya di akhir jaman.  

Orang menaburkan benih yang baik di ladangnya

Sang Pemilik ladang mempersiapkan ladang dengan baik. Ia menaburkan benih gandum di tanah yang subur. Dimintanya juga penjaga untuk mengawasi ladangnya dari gangguan. Tetapi, musuh mampu mengetahui kapan penjaga lengah dan menaburkan benih lalang.

Musuh menabur saat mereka tidur, saat gelap. Kegelapan selalu mencerminkan kuasa jahat dan hanya dapat dikalahkan oleh Sang Terang (Kej 1:2; Yoh 1:5). Maka, apabila lalang tumbuh bersama dengan gandum, pastilah, manusia melakukan kelalaian dan membiarkan sang musuh menabur racun atas hidupnya. Manusia sedang tidur.

Lalang yang tumbuh bersama dengan gandum pasti meracuni dan mempengaruhi rasa gandum. Saat dibuat roti, tak tertutup kemungkinan roti itu tidak enak, bahkan racun lalang yang terkandung di dalamnya dapat menyebabkan penyakit. Penyebaran benih lalang selalu berupa pengkhianatan, balas dendam dan kebencian. Maka, saat hamba tuan itu bertanya, “Dari manakah lalang itu?” Sang tuan menjawab, “Seorang musuh yang melakukannya.” inimicus homo hoc fecit.

Musuh lama, setan, memang, telah dikalahkan melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Tetapi setan selalu memiliki cara untuk kembali. Ia menanti saat yang baik untuk mendatangi dan menghancurkan (Luk 4: 13).

Setiap manusia, terutama para murid Tuhan, dipanggil untuk terus berjaga-jaga, tidak boleh lengah atau tertidur, serta tidak terjebak oleh kehadiran kejahatan.  Yang berberjaga-jaga mendengarkan, menerima bernih iman dan melakukan-Nya akan bersinar seperti matahari pada saat waktu menuai, Pengadilan Akhir.

Mereka, orang-orang benar, akan dikumpulkan dan dihantar ke dalam Kerajaan Bapa.

Saat itu juga, yang menyesatkan dan yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya  akan dicampakkan ke dalam dapur api, tempat terdapat ratapan dan kertakan gigi.  

Sesawi, mostar dan ragi

Biji mostar yang sangat kecil akan tumbuh menjadi pohon yang besar. Pohon itu menarik burung-burung, karena mereka suka makan biji mostar yang berwarna hitam itu. Cara kerja Kerajaan Allah sama dengan cara tumbuh biji mostar yang kecil. Bermula dari benih sabda yang kecil di hati manusia – laki-laki dan perempuan. Kemudian, di hati mereka yang mendengarkan sabda-Nya, ia tumbuh. Sabda-Nya berdaya mengubah hidup dan menarik sesamanya.

Ragi merupakan pelaku perubahan yang kuat. Jika tidak diberi ragi, adonan sebesar ibu jari tak akan mekar menjadi roti sepiring. Ragi ditambahkan untuk mengubah adonan.  Memang, dalam Kitab Suci, ragi sering bermakna negatif, dosa (Kel. 12:15, 19; 13:7; Mat. 16:6; 1Kor. 5:6-8).

Tetapi, tidak dalam perumpamaan ini. Si ibu rumah tangga mengaduk tiga sukat adonan. Tiga sukat gandum selalu melambangkan kesempurnaan. Tiga sukat adonan gandum cukup untuk menghasilkan roti yang bisa dimakan lebih dari seratus orang.  

Kerajaan Allah selalu mengubah hidup. Kekuatan untuk mengubah bukan berasal dari manusia. Santo Paulus menulis, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2Kor. 4:7).

Katekese

Iman seperti sebutir biji mostar. Santo Hieronimus, 347-420:

“Orang yang menabur di ladangnya ditafsirkan oleh banyak ahli sebagai Sang Juruselamat. Ia menabur di dalam jiwa orang yang percaya. Oleh yang lain, si penabur ditafsirkan sebagai orang yang menabur di ladangnya sendiri, yakni, dalam dirinya sendiri dan dalam hatinya. Siapa gerangan yang  menabur jika tidak dalam budi dan hati kita?

Mereka menerima benih pewartaan dan merawat tanaman dengan kelembaban iman yang sesuai, sehingga benih itu tumbuh dan berkembang di ladang hati. Pewartaan iman dalam Injil nampaknya paling kecil di antara banyak perkara.

Pasti, setiap orang yang mewartakan kebenaran tentang Allah-Manusia, Kristus, yang wafat, dan salib yang selalu menjadi penghalang, mungkin tidak segera mengira bahwa mereka hanya mewartakan iman sebagai ajaran utama.

Bandingkan sebelah-menyebelah dengan ajaran para filosof, buku-buku mereka, kemahiran bicara dan wacana mereka yang sangat canggih, maka kamu menjapati betapa benih itu sangat kecil dibandingkan dengan benih lain dari tanaman Injil.

Ketika ajaran-ajaran itu tumbuh, mereka tidak akan menghasil apa-apa yang kuat atau kokoh atau penting.

Segala sesuatu, pepohonan dan rerumputan,  akan berubah menjadi lemah dan layu ketika kering dan jatuh ke tanah. Tetapi, ajaran Injil yang kecil ini, yang nampak tak diperhitungkan pada awal mula, telah ditanam dalam jiwa mereka yang percaya atau di seluruh penjuru dunia.

Benih yang ditanam itu, tidak akan berhenti hanya sebagai sebatang tanaman. Ia pasti tumbuh menjadi sebatang pohong, sehingga burung-burung di udara, yang kita tafsirkan sebagai jiwa orang yang percaya atau perbuatan baik yang dipersembahkan untuk melayani Allah, akan datang dan tinggal di cabang-cabannya.” (dikutip dari Commentary On Matthew 2.13.31)

Oratio-Missio

  • Tuhan, bantulah aku agar sabda-Mu berakar dalam hatiku dan mengubah seluruh hidupku. Mampukanlah aku untuk menabur apa yang baik dan menyenangkan hati-Mu. Amin.
  • Apa yang harus aku lakukan agar aku diubah oleh sabda-Nya dan tumbuh menjadi pewarta sabda-Nya?

Tunc iusti fulgebunt sicut sol in regno Patris eorum. Qui habet aures, audiat – Matthaeum 13:43

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here