Lectio Divina 19.07.2023 – Kebenaran Dinyatakan Kepada Yang Kecil

0
176 views
Engkau menyatakan kepada yang kecil, by Vatican News.

Rabu. Hari Biasa. Pekan Biasa XV (H)

  • Kel. 3:1-6.9-12.
  • Mzm. 103:1b-2.3-4.6-7.
  • Mat. 11:25-27.

Lectio

25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. 26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. 

Meditatio-Exegese

Pergilah, Aku mengutus engkau untuk membawa umat-Ku keluar dari Mesir

Dua tokoh utama disingkapkan penulis suci dalam kisah awal pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir: Musa dan Allah. Proses pembebasan dilakukan oleh Allah melalui cara yang sangat mengagumkan, mukjizat.

Setelah Allah menampakkan Diri-Nya dalam semak duri yang terbakar (Kel. 3:1-10), Ia menganugerahi Musa karunia yang dibutuhkannya untuk melaksanakan tugas pengutusan dari-Nya:

  • Bantuan dan perlindungan (Kel. 3:11-12);
  • Nama Allah agar umat mengenal-Nya (Kel. 3:13-23);
  • Kemampuan untuk melakukan mukjizat atas nama-Nya (Kel. 4:1-9); dan
  • Mengangkat Harun sebagai pembantu dan juru bicaranya (Kel. 4:10-17).

Allah berinisiatif dan merancang pembebasan bangsa terpilih hingga rincian terpenting dan terkecil, agar bangsa itu mampu melaksanakan rencana-Nya. Namun, Ia sangat tergantung pada pada pengantara yang sangat rapuh dan dipanggil-Nya. Maka, Musa dilatih dan dipersiapkan untuk melaksanakan rencana-Nya.

Gunung Tuhan, Horeb atau Sinai, terletak di sebelah tenggara Semenanjung Sinai, tempat penggembalaan kambing domba yang banyak disinari matahari. Kelak di gunung ini, Allah memeteraikan Perjanjian-Nya dengan umat dan mewahyukan Diri-Nya dengan peristiwa dahsyat. Nabi Elia pun ke tempat ini untuk menjumpai-Nya (1Raj. 19:8-19).  

Saat menampakkan Diri-Nya, dalam tradisi Kitab Suci awali, digunakan sebutan malaikat Tuhan, yang segera diikuti Allah sendiri yang berbicara. Karena Ia tidak dapat dilihat mata telanjang, kehadiran-Nya diperankan sebagai ‘malaikat Allah’ (Kej. 16:7; 22:11.14; 31:11.13).

Pada masa berikut, masa kerajaan, keberadaan utusan dari surga dibedakan dari Allah sendiri (2Sam 19:27; 24:16; 1Raj. 19:5.7; dsb.).

Saat Allah menampakkan Diri-Nya dan mengutus Musa, serangkaian dialog dilakukan seolah seperti kawan lama.

  • Allah memanggilnya dengan menyebut namanya (Kel. 3:4);
  • Ia memperkenalkan Diri-Nya sebagai Allah dari leluhur Musa (Kel. 3:6);
  • Ia menyampaikan rencana pembebasan bangsa pilihan-Nya, karena perlakuan yang menyedikan hati-Nya (Kel. 3:7-9); dan
  • Ia mengutus Musa untuk melaksanakan rencana-Nya (Kel. 3:10).

Perulangan panggilan-Nya, “Musa, Musa!” (Kel. 3:4) menunjukkan betapa penting momentum ini, seperti saat Allah memanggil Abraham menghentikan tindakan untuk mengurbankan anaknya sesuai perintah-Nya, “Abraham, Abraham!” (Kej. 22:11). 

Perulangan juga ditemukan dalam Perjanjian Baru, saat Yesus mengingatkan Simon Petrus akan bahaya kehilangan iman karena godaan iblis segera setelah penetapan Ekaristi dan keharusannya untuk menguatkan pada saudara-saudarinya setelah ia insaf. Sabda-Nya, “Simon, Simon!” (Luk. 22:31).

Meneladani sikap batin dan tindakan Musa yang  melepaskan kasut, saat berjumpa dengan Allah, beberapa komunitas iman dari ritus Ortodox yang setia pada Gereja Roma mempraktikkan kebiasaan untuk telanjang kaki atau mengenakan alas kaki khusus saat menyelenggarakan dan mengikuti liturgi.

Praktek ini menunjukkan sikap batin yang rendah hati dan tidak pantas di hadapan wajah Allah. Seorang penulis suci mengungkapkan, “Tak seorang pun memiliki hak istimewa untuk berjumpa dengan Allah jika ia pertama-tama dan terutama mencampakkan keinginan duniawinya.” (Glossa Ordinaria in Exodum, 3, 4).

Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi

Yesus bersyukur kepada Bapa di surga karena Ia berkenan menyatakan kebijaksanaan dan kasih kepada para muridNya. Ungkapan syukur-Nya bermakna pengakuan bahwa Allah adalah Bapa dan Tuhan langit dan bumi.

Ia adalah Sang Pencipta dan Khalik, Pemilik atas apa yang diciptakan-Nya. Dari-Nya segala sesuatu bermula dan kuasa-Nya mutlak mengatasi segala. Saat bersamaan Ia menyatakan kasih dan kerahiman kepada semua anak-Nya.

Gereja mengajarkan, “Santo Yohanes berlangkah lebih jauh lagi dan berkata: “Allah adalah kasih” (1Yoh. 4:8-16): Cinta adalah kodrat Allah. Dengan mengutus Putera-Nya yang tunggal dan Roh cinta pada kepenuhan waktu, Allah mewahyukan rahasia-Nya yang paling dalam;

Ia sendiri adalah pertukaran cinta abadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan Ia telah menentukan supaya kita mengambil bagian dalam pertukaran itu.” (Katekismus Gereja Katolik, 221).

Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil

Yang menghalangi relasi kasih antara manusia dengan Allah adalah kesombongan budi, kebekuan hati dan kehendak yang tak teratur. Semua menutup kebaikan hati Allah untuk menganugerahkan damai, sukacita dan kebenaran.

Kesombongan menjadi akar segala niat jahat dan dorongan hati yang mengarahkan pada dosa. Kesombongan selalu berupaya menguasa hati, menjadikannya beku dan memberontak pada Allah.

Lalu apa itu kesombongan? Kesombongan adalah cinta diri yang tak teratur dan menganggap diri sendiri paling unggul dan utama.

Yesus memperlawankan kata bijak dan pandai, sapientibus et prudentibus dengan kecil, parvulis. Orang kecil sering diidentifikasi sebagai orang yang memiliki hati seperi ‘anak-anak’.

Anak-anak selalu mengungkapkan kepercayaan dan ketergantungan kepada mereka yang dipandangnya lebih dewasa, bijak dan dipercaya.

Dalam kilasan sejarah tahun 597 sebelum Masehi, saat kerajaan dari timur, Babilonia yang dikuasai Nebukadnesar, menguasai Yehuda, para penduduk dibuang ke Babel. Yang dibuang adalah para elite atau petinggi.

Maka, yang dibuang kaum penjajah adalah anggota keluarga kerajaan, bangsawan, pengawai, prajurit dan para pengrajin atau orang cerdik pandai. Yang diizinkan tinggal hanya mereka yang melarat atau tidak memiliki apa-apa, selain Allah.

Kaum sisa-sisa, anawim, sama dengan anak-anak selalu mencari summum bonum, atau kebaikan tertinggi, yaitu Allah sendiri. Hati yang sederhana berakar dari kerendahan hati, mahkota keutamaan. Karena kerendahan hati selalu mengandalkan rahmat dan kebenaran dari-Nya.

Sama seperti kesombongan yang menjadi akar dosa dan kejahatan, kerendahan hati menjadi satu-satunya tanah yang subur tempat rahmat Allah dapar berakar dengan dalam dan kuat. Kerendahan hati memungkinkan manusia mengambil sikap tepat di hadapan Allah.

Ibu kebijaksanaan Israel mengajarkan (Yak. 4:6; bdk. Ams. 3:34), ”Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”, Deus superbis resistit humilibus autem dat gratiam.

Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak

Yesus menyatakan bahwa Dialah wahyu Allah yang sempurna. Salah satu kebenaran iman Katolik adalah bahwa kita dapat mengenal Allah yang hidup.  Pengenalan akan Allah tidak sekedar dibatasi pada mengetahui segala sesuatu tentang Allah, tetapi tiap pribadi dapat mengenal Allah secara pribadi.

Inti iman Katolik, dan yang membedakan dari agama Yahudi dan agama-agama lain, adalah bahwa orang Katolik mengenal Allah sebagai Bapa kami. Yesus memungkinkan setiap orang Katolik mengenal Allah sebagai Bapa kami. Maka, memandang Yesus sama dengan memandang Allah.

Dalam Yesus kita mengenal kasih Allah yang sempurna, Allah yang memperhatikan dan melindungi tiap kaum laki-laki dan perempuan. Ia mengasihi hingga menyerahkan hidupnya bagi setiap manusia di kayu salib.

Yesus mewahyukan Allah pada manusia dengan sempurna. Dia mengasihi manusia secara penuh, tanpa syarat dan sempurna. Yesus juga berjanji bahwa Allah Bapa mendengarkan doa kita ketika manusia berdoa dalam nama-Nya.

Maka, Yesus mengajarkan pada tiap murid-Nya dengan penuh keyakinan berdoa: Bapa kami yang ada di surga… Berilah kami rezeki pada hari ini… 

Katekese

Disingkapkan kepada anak-anak. Santo Epiphanius, Orang Latin (akhir abad kelima) :

“Dan Ia menyingkapkan semua ini kepada anak-anak. Kepada anak-anak yang mana? Bukan anak-anak yang diukur dari umur, tetapi bagi mereka yang adalah anak-anak dalam hal dosa dan kejahatan.

Kepada mereka, Yesus menyingkapkan  bagaimana mencari berkat surgawi dan hal-hal yang akan datang dalam Kerajaan Surga.

Karena hal itulah yang berkenan di hadapan Allah bahwa “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” (Mat. 8:11-12).” (Interpretation Of The Gospels 26).

Oratio-Missio

Tuhan, anugerahilah aku kesederhanaan dan kemurnian iman seperti kanak-kanak yang bergantung padaMu. Hapuslah keraguan, ketakutan, kesombongan yang selalu menghalangai untuk menerima sabdaMu dengan suka cita. Amin.    

  • Apa yang perlu aku lakukan agar selalu rendah hati di hadapan Allah dan sesama? 

Confiteor tibi, Pater, Domine caeli et terrae, quia abscondisti haec a sapientibus et prudentibus et revelasti ea parvulis – Matthaeum 11:25

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here