Kamis. Minggu Biasa XXVIII (H)
- Rm. 3:21-30
- Mzm. 130:1-2.3-4b.4c-6
- Luk. 11:47-54
Lectio
47 Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. 48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya.
49 Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, 50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 51 mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.
52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
53 Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. 54 Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Meditatio-Exegese
Ahli-ahli Taurat
Formalisme dalam hidup beriman ditentang jemaat yang dibina Santo Lukas. Mentalitas ini terus saja tumbuh. Silang pendapat Yesus dengan kaum Farisi di perjamuan siang (Luk. 11:37) di rumah salah satu dari kaum itu dimanfaatkan untuk mengajarkan kebenaran injili.
Mentalitas ini mencakup sikap iman yang selalu mendua: dalam pengungkapan lahir seolah-olah seseorang benar-benar beriman. Namun di dalam hati dan jiwa yang tidak kelihatan, ia jauh dari Allah.
Nabi Yeremia mengingatkan bahwa Allah selalu disebut dalam mulut setiap umat, tetapi di dalam hati mereka menjauhi-Nya, bahkah menganggap Ia tidak ada (bdk. Yer. 12: 2). Mentalitas itu dicerminkan dalam kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat dan kaum Farisi.
Santo Lukas menggunakan kata γραμματεις, grammateis, legis peritis (Latin, jamak), ahli-ahli hukum. Para ahli Taurat bekerja secara resmi sebagai tenaga ahli dan penafsir Kitab Suci (1Mak. 2:42; 7:12-13; Sir. 38:24-29:11; 1Kor. 1:20).
Sejak usia muda mereka dididik dan mempelajari secara khusus seluruh Kitab Suci. Mereka menyelesaikan pendidikan pada usia sekitar 40 tahun. Mereka dilantik menjadi ahli hukum dan penafsir Kitab Suci oleh para senior mereka.
Pelantikan ini memberi kuasa pada mereka untuk menetapkan hukum-hukum. Maka mereka juga disebut sebagai nomikos, ahli hukum.
Biasanya mereka bekerja sebagai tenaga ahli bagi para imam yang menjadi anggota Mahkamah Agama Yahudi, Sanhedrin. Beberapa ahli Taurat juga sekaligus menjadi anggota faksi Farisi. Menyebut contoh yang terkenal adalah Gamaliel, penasihat Mahkamah Agama dan guru Paulus (Kis. 5:34; 22:3).
Yesus dan para murid-Nya tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi dan khusus itu (Yoh. 7:15). Tetapi Ia berselisih pendapat dengan mereka, karena dampak negatif mentalitas mereka yang rakus akan ketenaran.
Membangun makam nabi-nabi
“Sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.” (Luk. 11:47). Melalui sabda ini, Yesus membongkar alasan saleh di balik pembangunan makam para nabi.
Kaum Farisi seolah-olah berbuat baik dengan dan menegaskan bahwa mereka sungguh menghormati dan mendengarkan suara para nabi. Tetapi, tindakan itu justru menegaskan bahwa mereka membenarkan tindakan nenek moyang mereka sendiri.
Bagi Yesus mereka harus bertanggung jawab atas darah orang benar, dimulai dari darah Habel yang dibunuh Kain (Kej. 4:1-16) hingga kematian Zakaria, anak Yoyada, di pelataran Bait Allah (2Taw. 24:20-22). Dalam daftar Kitab Suci mereka, 2 Tawarikh merupakan kitab terakhir.
Pembunuhan terhadap para nabi, penyambung lidah Allah, membuktikan mereka tidak mau mendengarkan suara Allah. Demikian juga mereka menolak Yesus, yang lebih besar dari semua orang benar dan nabi.
Persekongkolan dan rekayasa pembunuhan terhadap Yesus, kelak, membuktikan sikap yang mendua hati dan bercabang lidah.
Mengambil kunci pengetahuan
Kelompok Farisi mengaku diri sebagai satu-satunya otoritas yang diijinkan menafsirkan Kitab Suci. Mereka memegang monopoli penafsiran dan tidak menghendaki ada lembaga atau orang lain yang memberikan pemahaman berbeda.
Sabda-Nya (Luk. 11:52), “Kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi”, Vae vobis legis peritis, quia tulistis clavem scientiae! Ipsi non introistis et eos, qui introibant, prohibuistis.
Perjumpaan mereka dengan Yesus membuyarkan monopoli kebenaran. Yesus tidak membatalkan satu titik pun dari seluruh sabda Allah. Tetapi Ia menafsirkan sabda itu sesuai dengan kehendak Bapa (bdk. Mat. 5:17).
Perjumpaan dengan Yesus ternyata menutup hati mereka untuk disapa dan dirangkul menjadi warga Kerajaan Allah. Sebaliknya, mereka justru menuduh Yesus sebagai penyesat.
Terlebih, melalui rekayasa licik, mereka menghalangi banyak orang biasa yang hendak mendengarkan suara Yesus. Penolakan pada Yesus berarti penolakan terhadap Sang Kunci Daud (bdk. Yes. 22:22; Why. 3:7)
Yesus membuka surga bagi mereka yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Dialah Sang Kebijaksanaan yang harus didengarkan, seperti madah sang pemazmur
“Aku memiliki lebih banyak pengertian daripada semua pengajarku, karena kesaksian-kesaksian-Mu adalah perenunganku. Aku mengerti melebihi orang-orang tua, karena aku mengamati titah-titahMu.
Aku telah menahan kakiku dari setiap jalan kejahatan, supaya aku dapat memelihara firman-Mu. Aku tidak berbelok dari peraturan-peraturanMu, karena Engkau telah mengajar aku.
Betapa lembut firman-Mu bagi langit-langitku! melebihi madu bagi mulutku! Dari titah-titahMu, aku mendapat pengertian, oleh karena itu, aku membenci setiap jalan kepalsuan.
Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku. Aku telah bersumpah dan akan menepatinya, supaya aku memelihara kebenaran hukum-hukum-Mu” (Mzm. 119:99-106).
Bunda Gereja kita diingatkan agar dengan rendah hati menjauhkan diri ragi orang Farisi dan ahli Taurat. Para pemimpin Gereja pun harus tunduk kepada sabda Allah, menerima, merenungkan dan melaksanakannya dengan rendah hati.
Katekese
Turuti dan lakukan apa yang mereka ajarkan, tetapi jangan turuti yang mereka lakukan. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430 :
“Demikianlah mereka yang ditegur oleh Tuhan kita Yesus Kristus, karena mereka memiliki kunci-kunci Kerajaan Surga, dan mereka sendiri tidak mau memasukinya, atau membiarkan orang lain masuk ke dalamnya. Dalam sabda ini ditemukan kesalahan pada kaum Farisi dan ahli Taurat, para guru Hukum Taurat.
Tentang hal ini, Tuhan kita bersabda di tempat lain, “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”
Mengapa disampaikan kepada kalian, “Mereka mengajarkannya dan tidak melakukan? Benar ada beberapa perbuatan yang telah disampaikan Rasul dan dengan jelas dicontohkan: Kamu yang berkhotbah bahwa seseorang tidak boleh mencuri, apakah kamu mencuri?
Kamu berkata bahwa seseorang tidak boleh berzinah, apakah kamu melakukan perzinahan? Kamu yang menolak berhala, apakah kamu justru menista kekudusan? Kamu yang bermegah atas hukum Taurat, dengan melanggar hukum Taurat bukankah kamu tidak menghormati Allah?
Sebab nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain karena kamu. Jelaslah bahwa Tuhan bersabda tentang ini, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka adalah ahli Taurat, tetapi tidak dididik untuk mengajar dalam Kerajaan Allah.” (Sermon on the New Testament, 24.2).
Oratio-Missio
Tuhan, semoga sabda-Mu berakar dalam hatiku dan mengubah seluruh pikiran dan perbuatanku. Anugerahilah aku kebijaksanaan dan pengertian agar aku mengenali kehendak-Mu dan melaksanakannya dalam hidupku. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk hidup sesuai sabda-Nya?
Propterea et sapientia Dei dixit: ”Mittam ad illos prophetas et apostolos” Lucam 11:49