Lectio Divina 19.8.2024 – Ajakan-Nya Menyebabkan Kesedihan

0
32 views
uallah milikmu dan ikutlah Aku, by Benjamin Sebi Amenortey

Senin. Minggu Biasa XX, Hari Biasa (H)

  • Yeh. 24:15-24
  • MT Ul. 32:18-19.20.21
  • Mat. 19:16-22

Lectio

16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” 17 Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.”

18 Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” 20 Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?”

21 Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” 22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Meditatio-Exegese

Kamu akan hancur lebur dalam hukumanmu

Pada saat Nebukadnezar mengepung Yerusalem dan Yehezkiel diperintahkan untuk menyampaikan perumpamaan tentang kuali, istrinya meninggal. Ia masih muda dan selalu cantik di pandang mata, tetapi sang nabi tidak boleh menampakkan perasaan duka, meratap dan menangis. Ia harus tetap diam.

Dari dulu hingga kini di Timur Tengah, tiap orang selalu mengungkapkan rasa duka mendalam pada saat kematian orang yang dikasihi. Nabi tidak diperbolehkan mengungkapkan duka.

Ia harus memakai penutup muka, bahkan harus yang berhias. Dia tidak boleh bertelanjang kaki, seperti kebiasaan saat perkabungan. Wajah harus bersih dari kumis dan jenggot, menjauhkan diri dari makanan untuk pelayat.

Saat Nabi Yehezkiel diperintahkan untuk menyampaikan perumpamaan tentang kuali, istrinya meninggal secara mendadak. Ia menjadi lambang pengepungan Nebukadnezar atas Yerusalem dan penaklukkan Yehuda.

Sang istri masih sangat muda dan elok, ‘kenikmatan bagi mata dan jiwa’ (Yeh. 24:21; bdk. Rat. 2:4). Ia menjadi lambang bagi  Bait Allah, yang dibangga-banggakan umat, dan tak seorang pun saat itu membayangkan kehancurannya.

Menangis dan meratap menunjukkan status sosial seseorang dan bagaimana perkabungan dilakukan (bdk.  2Sam. 1:2; 3:31; 14:2; 15:30.32). Pada saat pemakaman, rakyat biasa pun mengenakan kain penutup wajah, termasuk saat makan ‘roti perkabungan’ (Yeh. 24:17).

Tetapi, Nabi Yehezkiel dilarang untuk meratapi mendiang istrinya; sama seperti kaum buangan tidak boleh menunjukkan tanda kesedihan hati kepada orang banyak. Inilah tanda yang menunjukkan kemalangan yang menimpa Yerusalem. Kemalangan harus dipertanggung jawabkan sendiri antara mereka dengan Allah.

Penyebutan nama nabi (Yeh. 24:24), yang tidak muncul mulai dari judul kitab (Yeh. 1:3), menandai otoritas nabi. Ia juga akan mengalami kebisuan pada saat kematian istrinya (Yeh. 24:25-27), tetapi Allah akan memulihkannya saat datang berita tentang keruntuhan Yerusalem (bdk. Yeh. 3:25-27 dan 33:21-22).

Kehancuran Yerusalem memporak porandakan mimpi kaum buangan bahwa Yerusalem dan Yehuda tetap tegak berdiri. Allah yang hadir di Bait Suci telah pergi karena pelanggaran mereka dan pembuangan akan terus berlangsung (bdk. Yeh. 4:1-11:13; 12:1-28; 15:1-8; 16:1-63, dll.).

Sabda-Nya (Yeh. 24:23), “Kamu akan hancur lebur dalam hukumanmuamu akan hancur lebur dalam hukumanmu, dan kamu akan mengeluh seorang kepada yang lain.”, sed tabescetis in iniquitatibus vestris, et unusquisque gemet ad fratrem suum.

Hanya Satu yang baik

Yesus terlibat dalam diskusi serius dengan seorang pemuda Yahudi saleh. Ia mengharapkan suatu bentuk hidup yang lebih dalam dan bermakna dari pada sekedar memiliki apa yang bisa diberikan dunia – kekayaan, jabatan, rasa aman semu. Ia bertanya tentang bagaimana untuk memperoleh hidup kekal atau, hidup yang penuh makna. 

Yesus justru bertanya ulang, “Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.” Yesus membelokkan fokus pembicaraan dari diri-Nya kepada Allah. Bagi-Nya, hanya ada Satu yang baik, yaitu Allah.

Teks Latin Vulgata menggunakan ungkapan Unus est bonus, Satu saja baik. Sedangkan dalam teks Yunani, terbaca:  εις ο θεος, heis ho Theos, hanya Allah. Maka, bagi Yesus yang paling penting adalah Allah, Bapa-Nya.

Bapa-Nya menjadi pusat dan tujuan hidup. Ia pun berkewajiban melaksanakan perintah-Nya (Yoh. 4:34) “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.”, Meus cibus est, ut faciam voluntatem eius, qui misit me, et ut perficiam opus eius.

Yesus lalu bertanya, “Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.”  Pertanyaan ini penting, karena orang muda itu ingin memperoleh hidup yang kekal. Ia ingin hidup bahagia dan dekat dengan Allah.

Kedekatan dengan Allah, salah satu syaratnya, ternyata ditentukan juga oleh cara dia memperlakukan sesama. Saat ditanya bagaimana perintah Allah untuk memperlakukan sesamanya, Yesus bertanya tentang apa yang dilakukan sesuai dengan perintah Musa.

Musa meminta setiap pribadi umat: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Ternyata enam perintah itu telah dilakukan sejak ia masih kecil. Namun, syarat itu belum cukup. Yesus tidak menyebut tentang tiga perintah pertama, yang terkait dengan Allah: Bapa-Nya.

Datanglah ke mari dan ikutlah Aku

Yesus menjawab, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Melaksanakan perintah: mengasihi sesama manusia, hanyalah langkah pertama menuju hidup bahagia. Yesus menuntut lebih.

Tiap pribadi diminta mengasihi Allah seperti Ia mengasihi Bapa dan mengasihi sesama seperti Ia mengasihi manusia. Yesus menuntut totalitas, sabda-Nya, “Jikalau engkau hendak sempurna.”, Si vis perfectus esse.

Mengasihi Allah dan sesama diwujud nyatakan dengan menghapus semua kelekatan yang tidak teratur pada benda ciptaan atau semua kecenderungan yang menghambat pertumbuhan kasih pada-Nya. Kemudian mempersembah hidup untuk melayani Dia yang hidup dalam saudara-saudari yang paling hina (Mat. 25:40).

Sabda-Nya (Mat. 19:21), “Pergilah, juallah dan berikan kepada orang-orang miskin.”, vade, vende, quae habes, et da pauperibus.  

Kemudian, datang dan mengikuti-Nya. Santo Markus menulis bahwa Yesus memandang orang muda itu dengan penuh kasih (Mrk. 10:21). Tetapi, mendengar jawaban itu, orang muda itu kecewa dan pergi meninggalkan-Nya, karena ‘banyak hartanya’.

Katekese

Carilah hidup kekal. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430:

“Tuhan bersabda kepeda orang muda itu, “Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Ia tidak bersabda, “Jikalau engkau ingin memiliki hidup.”, tetapi “Jikalau engkau ingin memasuki hidup”, karena Ia mendefinisikan hidup sebagai hidup kekal.

Maka, pertama-tama mari kita renungkan tentang kasih akan hidup ini. Karena hidup ini begitu dicintai, apa pun kualitasnya, betapa pun kerasnya, dan betapa pun malangnya, manusia takut untuk mengakhirinya. Oleh karena itu kita harus mengerti, kita harus mempertimbangkan, betapa  hidup kekal harus dicintai.

Memang, hidup yang menyedihkan ini, yang pada akhirnya harus berakhir, begitu dicintai. Maka, pikirkan, saudara-saudaraku, betapa hidup itu harus dicintai tatkala yang kita cintai itu adalah hidupmu yang tidak pernah berakhir. Engkau mengasihi hidup ini, saat engkau membanting tulang, mengejar sesuatu, sibuk, dan terengah-engah.

Dalam hidup yang sibuk ini, kita lakukan kewajiban hampir tidak dapat dihitung: menabur, membajak, bekerja di lahan baru, berlayar, menggiling, memasak, menenun. Dan setelah semua kerja keras ini, hidupmu berakhir.

Lihatlah apa yang engkau tanggung dalam hidup yang menyedihkan dan engkau cintai ini. Dan apakah engkau mengira bahwa engkau akan selalu hidup dan tidak pernah mati? Kuil, batu karang, marmer, semua yang diperkuat oleh besi dan timah, pasti hancur. Dan dan orang masih mengira bahwa dia tidak akan pernah mati?

Maka, belajarlah, saudara-saudaraku, untuk mencari hidup kekal, ketika engkau tidak akan dapat menanggung hal-hal yang dapat binasa ini, tetapi rindu untuk ambil bagian dalam Kerajaan yang abadi.” (Sermon 84,1).

Oratio-Missio

Tuhan, hanya Engkaulah yang mampu menghapus dahaga jiwaku. Tiada satu pun harta dapat dibandingkan dengan Diri-Mu. Jauhkanlah aku dari sikap tidak tahu rasa syukur, selalu memiliki dan menguasai, tamak dan mementingkan diri sendiri. Limpahilah hatiku dengan suka cita, agar aku mampu mengenal-Mu sebagai Harta paling berharga dalam hidupku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan ketika menyimpan ‘harta yang sangat banyak’?

Si vis perfectus esse, vade, vende, quae habes, et da pauperibus, et habebis thesaurum in caelo; et veni, sequere me – Matthaeum 19:21

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here