Lectio Divina 2.12. 2024 – Tuhan, Aku Tidak Pantas

0
41 views
Tuhan, saya tak pantas, by Paolo Veronese

Senin. Minggu Adven I, Hari Biasa (U)

  • Yes.2:1-5 atau Yes. 4:2-6
  • Mzm. 122:1-2.3-4a.8-9
  • Mat. 8:5-11

Lectio

5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, seorang perwira datang kepada Dia dan memohon pertolongan-Nya.  6  Ia berkata, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” 7 Yesus berkata kepadanya, “Aku akan datang menyembuhkannya.”

8 Namun jawab perwira itu kepada-Nya, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Tetapi, katakan saja sepatah kata saja, dan hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: datang, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini, maka ia mengerjakannya.”

10 Mendengar hal itu, Yesus heran dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.  

Meditatio-Exegese

Seorang perwira mendapatkan Dia

Seorang perwira Romawi menemui Yesus. Ia mengepalai antara 60 hingga 100 orang prajurit. Nampaknya ia menikmati hidup karena jabatan tingginya.

Tetapi, ternyata ia mengalami tekanan, pemerasan dan penghisapan sosial, “Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit.” (Mat. 8:9).

Polybius, penulis sejarah Romawi, mendeskripsikan seorang centurion, “Mereka tidak harus menjadi perwira yang selalu gagah berani dalam setiap laga, tetapi menjadi pemimpin yang teguh, pantang menyerah dan tenang.

Mereka tidak harus menjadi prajurit yang memulai serangan dan membuka pertempuran. Tetapi menjadi benteng yang kokoh saat bertahan, mengobarkan semangat ketika mereka terpuruk dan terdesak dan siap mati di tempat tugas.”  (lih. http://penelope.uchicago.edu/Thayer/e/roman/texts/polybius/6.24*.html).

Mengabaikan semua ejekan dan pandangan buruk orang sebangsanya, ia menemui Yesus dan memohon kepada-Nya, “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” (Mat. 8:6). Ia mengatasi segala hambatan, sekat sosial-budaya, dan kepercayaan demi seorang hamba.

Si hamba Ibrani ini pasti memiliki pengabdian luar biasa pada sang perwira, sehingga ia berani membelanya ketika menghadapi maut.

Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel

Yesus menanggapi permohonan centurion itu dengan jawaban, “Aku akan datang menyembuhkannya.” (Mat. 8:7). Pergi dan masuk rumah merupakan tanda penerimaan.

Hati Yesus mampu menjangkau setiap relung jiwa manusia tanpa membedakan. Dan ketika Ia berkunjung, di situ terjadi keselamatan.

Perwira Romawi itu, ternyata, menolak kedatangan-Nya. Ia merasa tidak pantas menyambut-Nya di rumah. Di hadapan Yesus, ia merasa kecil, bukan siapa-siapa, tiada sesuatu pun yang bisa dibanggakan.

Kata perwira itu kepada-Nya, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Tetapi, katakan saja sepatah kata saja, dan hambaku itu akan sembuh.” (Mat. 8:8).

Kata-kata centurion itu selalu diulang sesaat sebelum menerima hosti suci dalam Ekaristi, “Tuhan, saya tidak pantas, Tuhan datang kepada saya, tapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” Domine, non sum dignus ut intres sub tectum meum: sed tantum dic verbo, et sanabitur anama mea.

Tetapi, dari pengalaman hidup sebagai prajurit Romawi, ia tahu sabda-Nya bisa diandalkan. Dalam benak ia membayangkan, “Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi:  datang, maka ia datang, atau pun kepada hambaku: Kerjakanlah ini, maka ia mengerjakannya.” (Mat. 8:9).

Demikian pula dengan sabda Yesus. Sabda yang penuh kuasa akan bekerja sesuai dengan kehendakNya. Yesus memuji iman perwira asing ini (Mat. 8:10), “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.”, Amen, dico vobis, non inveni tantam fidem in Israel.

Orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama di dalam Kerajaan Surga

Yesus menubuatkan, “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga.” (Mat. 8:11). Mereka dapat ikut serta dalam pesta itu setelah mereka mau menjalin persahabatan dengan Allah, seperti yang dilakukan Abraham, Ishak dan Yakub.

Nubuat itu digenapi-Nya sejak di sini dan sekarang ini, hic et nuc dalam umat Perjanjian Baru yang didirikan-Nya, Gereja. Pesta itu selalu dirayakan dalam Ekaristi dan akan terus berlangsung hingga Ekaristi abadi pada akhir zaman.

Umat Perjanjian Baru tidak hanya berhimpun dalam satu kawanan dengan satu gembala. Tetapi mereka juga mendengarkan pengajaran-Nya dan mengikuti jalan-Nya.

Delapan abad sebelum Yesus berkarya, Nabi Yesaya bernubuat bahwa orang dari segala bumi akan datang untuk berkumpul di gunung Tuhan, Sion, di Yerusalem. Di tempat itu mereka mendengarkan Allah Yakub mengajarkan jalan untuk bersatu dengan-Nya.

Seru Nabi Yesaya, “Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke Rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajarkan jalan-jalan-Nya kepada kita, dan supaya kita berjalan di jalur-Nya; sebab dari Sion akan terbit pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.” (Yes. 2:3).

Yesus memenuhi nubuat itu saat Ia menunjukkan bahwa Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup untuk menuju persahabatan mesra dengan Allah. Sabda-Nya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6).

Maka, persahabatan dengan Allah terjalin bila tiap pribadi menjadikan Yesus sebagai Jalan untuk menuju kepada Bapa; melaksanakan Kebenaran ajaran-Nya; dan hidup seturut Sang Hidup yang mengalahkan dosa dan maut.

Dengan cara itu, tiap pribadi berharap Allah Ia berkenan “membersihkan kenajisan puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan semangat keadilan dan pemurnian.” (Yes. 4:4). 

Katekese

Menyambut Tuhan dengan iman yang penuh harapan dan kerendahan hati. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430 :

“Ketika Tuhan berjanji untuk pergi ke rumah perwira Romawi itu untuk menyembuhkan budaknya, perwira itu menjawab, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh”.

Dengan memandang diri sendiri tidak layak menerima Yesus, Yesus menilik hatinya bahwa ia layak menerima-Nya, tidak hanya menerima di rumah, tetapi juga di dalam hatinya. Ia tidak mungkin berkata demikian dengan iman dan kerendahan yang kokoh jika, di hati, ia tidak menerima lebih dulu Dia yang datang ke rumahnya.

Demikian juga, tidak akan ada sukacita yang besar pada Tuhan Yesus untuk masuk ke rumah dan hatinya, jika tidak ada penerimaan. Guru yang rendah itu baik dalam kata-kata dan teladan juga singgah dan duduk di rumah orang Farisi yang sombong, Simon.

Walau Ia singgah di rumah itu, ternyata, tidak ada tempat bagi-Nya di hati si Farisi. Karena di dalam hatinya, Anak Manusia tak dapat meletakkan kepala-Nya.” (Sermon 62.1)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau menganugerahkan makanan rohani tiap hari, sabda yang menghidupkan. Semoga aku tidak kehilangan harapan dan kehabisan daya dan upaya untuk mewartakan Kerajaan-Mu. Amin.                

  • Apa yang harus aku lakukan supaya memiliki iman sekokoh perwira Romawi itu?           

Amen, dico vobis, non inveni tantam fidem in Israel – Matthaeum 8:10

Catatan: Kutipan Kitab Suci berasal dari Terjemahan Baru 2.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here