Selasa. Hari Biasa. Pekan Biasa XI (H).
- 2Kor 8:1-9
- Mzm. 146:2.5-6ab.6c-7.8-9a
- Mat. 5:43-48
Lectio
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Meditatio-Exegese
Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu
Yesus mengutip sepenggal ayat dari Perjanjian Lama, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN” (Im. 19:18). Ia kemudian menambahkan kutipan, “bencilah musuhmu” (Mat. 5:43).
Kutipan tambahan tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Rupanya Yesus menambahkan pengajaran yang berasal dari para guru agama. Tetapi tidak begitu jelas musuh seperti apa yang harus dibenci.
Sebagai bangsa dan dalam konstelasi politik, Kekaisaran Romawi menjadi musuh utama dan pertama bagi bangsa Yahudi waktu itu. Namun, dalam pergaulan antar manusia, musuh bisa menjadi siapa saja.
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu
Yesus mengembalikan perintah “membenci musuh” menjadi mengasihi musuh. Ia membalikkan hukum ciptaan manusia kepada Hukum Tuhan untuk menghapus segala jenis permusuhan.
Tertulis dalam Hukum Tuhan, “Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kau kembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.” (Kel. 23:4-5).
Tuntutan Yesus sederhana sekali. Apabila seseorang merawat binatang milik musuh, hendaklah ia mengasihi juga pemilik binatang itu.
Santo Matius menggunakan kata kerja αγαπατε, agapate, dari kata dasar agapao, kasihilah. Tindakan mengasihi pasti melibatkan gerak batin yang tidak terlihat dan perwujudannya dalam tindakan nyata.
Tiap pribadi berjuang mengalahkan gelegak batin yang menyebabkan permusuhan, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Mat. 15:19).
Bagaimana mewujudkan kasih dicontohkan oleh orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:30-37). Dalam pengajarannya, Paus Fransiskus menekankan, “Perumpamaan ini secara mengesankan memperlihatkan keputusan dasar yang perlu kita buat untuk membangun ulang dunia kita yang terluka.
Berhadapan dengan begitu banyak luka dan penderitaan, arah jalan kita hanyalah mencontoh orang Samaria yang murah hati. Pilihan keputusan lain hanya akan membuat kita entah menjadi salah satu penyamun atau salah satu dari mereka yang berjalan dengan tanpa menunjukkan kepedulian pada penderitaan orang yang terkapar di pinggir jalan.
Perumpamaan menunjukkan kepada kita bagaimana sebuah komunitas dapat dibangun kembali oleh pria dan wanita yang mengenali kerapuhan sesama, yang menolak terbentuknya suatu masyarakat yang menyingkirkan, dan bertindak sebagai sesama, mengangkat serta memulihkan yang jatuh demi kepentingan bersama.
Secara bersamaan, ini memperingatkan kita tentang sikap mereka yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan gagal untuk memikul tanggungjawab yang tak terelakkan akan kehidupan sebagaimana semestinya.” (Ensiklik tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial, Fratelli Tutti, 67).
Maka, sabda-Nya (Mat 5:44), “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”, Diligite inimicos vestros et orate pro persequentibus vos.
Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
Bila pemahaman tentang kasih hanya disempitkan kepada orang-orang yang bersahabat, tindakan kasih itu tidak banyak bermakna. Tindakan kasih harus mengatasi segala hambatan, seperti Bapa melakukannya.
“Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat 5:45). Terlebih, Yesus tidak hanya membenarkan ajaran-Nya dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan.
Seorang prajurit menganyam tanaman duri menjadi mahkota dan menancapkan di kepala-Nya. Orang lain lagi mengambil sebatang paku, menancapkan di tangan-Nya, dan memakunya dengan keras di palang salib.
Para serdadu bayaran itu hanya melaksanakan perintah atasan. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, atau apa yang sedang berlangsung. Mereka terus saja mengerjakan apa yang diperintahkan.
Saat tubuh-Nya digantung di kayu salib, semua orang mengejek-Nya. “Jika Engkau adalah Mesias, selamatkanlah diri-Mu dan turunlah dari situ!” Ia tidak bergeming.
Racun kebencian yang merobek-robek hidup manusia, yang adalah citra Allah (Kej. 1:27), tidak mampu menghancurkan kasih dan hidup Yesus.
Kasih-Nya mengalir dan menenggelamkan kebencian, dosa dan maut. Dan saatnya tiba, kepada mereka yang menganiaya, Yesus berkata (Luk. 23:34), “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”, Pater dimitte illis non enim sciunt quid faciunt.
Haruslah kamu sempurna
Tiap pribadi perlu membaharui diri. Sabda-Nya (Mat. 5:48), “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” Estote ergo vos perfecti, sicut Pater vester caelestis perfectus est.
Inilah syarat untuk memasuki Kerajaan Allah. Maka, bila ingin memasuki Kerajaan Allah, Ia bersabda, “Ikutlah Aku!”, Sequere me.
Katekese
Berdoalah untuk mereka yang mengejar-kejar kamu. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Karena Kristus tidak hanya meminta untuk mengasihi, tetapi juga untuk mendoakan musuhmu. Apakah kamu melihat berapa banyak langkah yang telah Ia naiki dan bagaimana ia telah menempatkan kita pada puncak kebajikan?
Tandailah, mulai dari awal. Langkah pertama adalah tidak memulai dengan ketidakadilan. Langkah kedua, setelah seseorang memulai, ia tidak boleh membela diri dengan membalas dalam bentuk yang sama. Yang ketiga, menolak untuk membalas dengan serangan setimpal kepada orang yang melukai kita; maka, kita tetapi bersikap tenang.
Yang keempat, bahkan, kamu berani menanggung sendiri, walau menderita karena kesalahan orang lain. Kelima, tunjukkan keberanianmu lebih dari para yang bisa dituntut orang yang berlaku buruk padamu. Yang keenam, menolak untuk membenci orang yang telah menganiayamu.
Yang ketujuh, bahkan, kamu harus mengasihi orang yang berbuat demikian padamu. Yang kedelapan, bahkan, kamu harus berbuat baik untuk yang orang itu. Dan, yang kesembilan, kamu harus mendoakan musuhmu pada Tuhan sendiri.
Maka, apakah kamu sudah paham dengan keluhuran hati orang Kristiani? Maka, ganjaran yang diperoleh pun juga amat mulia.” (The Gospel Of Matthew, Homily 18.4)
Oratio-Missio
Ya Allah yang berbelas kasih, kami mohon penuhilah hati kami dengan rahmat Roh Kudus-Mu, kasih, suka cita, damai, kesabaran, kelembutan hati, kebaikan, kesetiaan, kerendahan hati dan pengendalian diri.
Ajarilah kami untuk mengasihi mereka yang membenci kami; berdoa bagi mereka yang berlaku curang pada kami; agar kami dapat menjadi anak-anakmu yang Kau kasihi, ya Bapa, Pencipta matahari yang terbit untuk orang baik dan jahat, mengirim hujan untuk yang jujur dan curang.
Dalam kesulitan anugerahilah kami rahmat untuk menjadi sabar; dalam kelimpahan jadikanlah kami rendah hati; ajarilah kami menjaga pintu bibir kami; dan ajarilah kami untuk tidak memberhalakan kesenangan duniawi, tetapi jadikanlah kami haus akan hal-hal surgawi. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin. (Doa Santo Anselmus, 1033-1109, terjemahan bebas)
- Apa yang perlu kulakukan untuk mengasihi musuhku?
Estote ergo vos perfecti, sicut Pater vester caelestis perfectus est – Matthaeum 5:48