Lectio Divina 20.11.2020 – Jangan Jadikan Rumah-Ku Sarang Penyamun

0
817 views
Mengapa kau jadikan sarang penyamun? by deseret news

Jumat (H)

  • Why. 10:8-11
  • Mzm.19:14,24,72,103,111,131
  • Luk. 19:45-48

Lectio

45 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 46  kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” 47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, 48  tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

Meditatio-Exegese

Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang

Setelah melukiskan tujuan kepergian, εξοδος, exodos, Yesus pergi ke Yerusalem (Luk 9:30). Di kota itu, Ia terus berkarya, melayani Allah di Bait Allah, seperti dilukiskan Santo Lukas. 

Yesus dan para murid  memenuhi kewajiban sebagai laki-laki Yahudi berusia dewasa “menghadap ke hadirat Tuhan” di Bait Suci tiga kali dalam setahun (Kel. 23:17; 34:23-24; bdk. Luk. 19:37). Sedangkan kaum perempuan tidak diwajibkan; namun terdapat perkecualian pada Hana, ibu Samuel (1 Sam 1:3-28; 2:19) dan Ibu Maria, Bunda Penebus (Luk. 2:41-52).

Kebiasaaan ziarah ke Bait Allah diinspirasi oleh perintah ini. Dan, ketika banyak orang Yahudi yang tinggal di perantauan tidak bisa datang ke Yerusalem, dimulailah penerapan pajak untuk Bait Allah (bdk. Kel. 30:11-16). Mata uang asing harus ditukar dengan mata uang khusus Bait Allah. Dan sama seperti kuil-kuil Yunani-Romawi, Bait Allah kemudian beralih menjadi pusat keuangan, termasuk praktik perbankan, dalam dunia modern.

Persiapan kunjungan (Luk. 19: 28-36) dan pelaksanaan kunjungan dilakukan dengan baik dan teliti (Luk. 37-40). Setelah memasuki Bait Allah dari Pintu Timur, karya pelayanan Yesus di Bait Allah dimulai.

Tetapi, saat Yesus memasuki Bait Allah, Ia begitu kecewa. Rumah BapaNya telah disalah gunakan. Mengutip nubuat Nabi Yesaya dan Yeremia, demikian sabda-Nya (Luk. 19: 46; bdk. Yes. 56:7 dan  Yer. 7:11), “Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun”, Et erit domus mea domus orationis. Vos autem fecistis illam speluncam latronum.

Maka, Ia mengusir para semua pedagang di situ. Lukas menggunakan kata, εκβαλλειν, ekballein, dari kata dasar ekballo: memaksa pergi, mendorong keluar, mengusir. Kata yang sama juga digunakan ketika Yesus mengusir setan dari tubuh orang yang dirasukinya.

Perdagangan binatang korban dan perlengkapan persembahan lain di Bait Allah pasti direstui oleh keluarga imam agung. Mereka pasti mendapat komisi dari tiap transaksi dagang. Dan uang yang digunakan adalah mata uang Romawi, yang juga dipakai untuk membayar pajak Bait Allah.

Namun, karena mata uang itu najis digunakan dalam persembahan, tersedia juga tempat penukaran uang. Setiap hewan kurban dan mata uang Yahudi dari tempat itu sudah pasti mendapatkan tanda ‘halal’ dari imam. Praktik ini memang memudahkan bagi para peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Romawi.

Tetapi, harga yang ditetapkan sudah melebihi kewajaran. Rabbi Simeon, anak Gamaliel, guru Paulus, pada abad pertama, menentang pemotongan harga sepasang merpati dari dua dinar emas menjadi satu dinar perak, hanya turun 1% saja. Maka, tempat ini telah menjadi sarang penyamun, σπηλαιον, spelaion.

Tempat yang dijadikan pasar hewan korban dan penukaran uang adalah pelataran untuk bangsa kafir yang datang menyembah Allah. Seharusnya tempat ini menjadi “Rumah doa bagi segala bangsa” (Yes. 56:7).    

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah

Yesus pasti telah mempersiapkan tugas pelayanan-Nya di Bait Allah. Ia mengajar tentang Kerajaan Allah. Pasti Ia juga menerangkan alasan mengapa Ia membersihkan dan menyucikan Bait Allah. Tempat itu seharusnya menjadi tempat manusia merasakan kehadiran-Nya di tengah umat. Dan semua orang yang mendengarkan pengajaran-Nya terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia (Luk. 19: 48).

Tetapi, setelah  seluruh kedok dan kebusukan dibuka Yesus, para pemuka Bait Allah – imam, kaum Lewi dan ahli Taurat – merasa terluka, berusaha untuk membinasakan Dia (Luk. 19:47). Mereka tidak haus dan rindu akan sabda Allah, yang menghidupkan.

Bila kita mau mendengarkan sabda Allah dengan rendah hati dan bersedia diajar oleh-Nya, kita membiarkan sabdaNya berkembang dan memenuhi seluruh hidup. Dengan cara ini Ia mengubah diri kita menjadi serupa dengan Yesus Kristus.

Ia menghendaki agar kita hidup kudus dengan mengikuti jalan kebenaran dan keadilan. Penulis Surat kepada jemaat Ibrani menulis (Ibr. 12:10), “Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya”, erudiebant nos hic autem ad id quod utile est in recipiendo sanctificationem eius

Katekese

Rumah yang kudus. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430:

“Allah tidak menghedaki Bait-Nya menjadi tempat untuk berdagang, tetapi tempat untuk menuju kesucian. Ia tidak mempertahankan praktik pelayanan imamat karena kewajiban agama yang tidak jujurm tetapi ketaatan dari hati yang rela. Renungkan  seluruh tindakan yang dilakukan Tuhan pada-Mu sebagai teladan hidup…

Secara umum Ia mengajarkan bahwa segala perkara duniawi harus dijauhkan dari Bait Suci, terutama penukaran uang yang dijungkir-balikkan-Nya. Jika tidak, dapatkah mereka yang mencari keuntungan dari uang persembahan untuk Tuhan membedakan antara yang baik dan yang jahat? Kitab Suci adalah uang Tuhan.” (dikutip dari Exposition Of The Gospel Of Luke 9.17–18)

Oratio-Missio

  • Tuhan, bukalah pintu rumah-Mu dan izinkanlah aku memasukinya untuk menyembah-Mu dalam roh dan kebenaran. Bantulah aku untuk mendekat pada-Mu dengan rasa syukur dan suka cita karena kerahiman dan belas kasih-Mu. Amin.
  • Apa yang perlu aku lakukan supaya layak berjumpa dengan Yesus dan mendengarkan pengajaran-Nya?   

Domus mea domus orationis est – Lucam 19:46 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here