Kamis. Minggu Prapaskah II, Hari Biasa (H)
- Yer 17:5-10
- Mzm 1:1-2.3.4.6
- Luk 16:19-31
Lectio
19 “Ada seseorang yang kaya, yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 20 Ada pula seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat menderita dalam nyala api ini.
25 Namun, Abraham berkata: Anakku, ingatlah bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang di sini ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain itu di antara kami dan kamu terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah bapakku, 28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka pun tidak masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. 29 Tetapi kata Abraham: Mereka memiliki kesaksian Musa dan para nabi. Hendaklah mereka mendengarkannya.
30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka juga tidak akan diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
Meditatio-Exegese
Hatinya menjauh dari pada Tuhan
Dalam hati tiap pribadi Allah menanam panggilan untuk bertobat dan setia pada perjanjian dengan-Nya. Melalui Nabi Yeremia, Ia bersabda, “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka. Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (Yer. 31:33).
Nabi Yeremia berkeluh kesah pada Allah akan kedegilan hati bangsa Yehuda untuk bertobat. Mereka menolak Allah. Mereka tidak mau Allah menjadi Allah mereka.
Mereka menjadikan Tofet, sesembahan mereka, bukah Yahwe, Allah Abraham-Ishak-Yakub. Dan Yahwe menghukum pemberontakan mereka.
“Sungguh, orang Yehuda telah melakukan apa yang jahat di mata-Ku, demikianlah firman Tuhan. Mereka telah menempatkan berhala-berhala mereka yang menjijikkan di rumah yang dinamai nama-Ku, untuk menajiskannya.
Mereka telah mendirikan tempat-tempat pemujaan bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar anak-anaknya lelaki dan perempuan. Hal itu yang tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hati-Ku.
Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa orang tidak akan menyebut lagi ‘Tofet’ dan ‘Lembah Ben-Hinom,’ melainkan ‘Lembah Pembantaian’. Orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat, bahkan mayat bangsa ini akan menjadi makanan burung-burung di udara serta binatang-binatang di darat tanpa ada yang mengganggunya.” (Yer. 7:30-33).
Orang yang hatinya menjauh dari Tuhan “akan seperti semak gundul di padang belantara, ia tidak akan melihat datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah tandus di padang gurun, di padang garam yang tidak berpenduduk.” (Yer. 17:6).
Namun, walaupun Allah tahu hati bangsa itu telah membatu, Ia terus menawarkan penebusan, pemulihan dan keselamatan. Ia menawarkan dan merentangkan tangan untuk merengkuh mereka yang bertobat, tanpa kecuali dan tanpa syarat. Ia menghendaki mereka berpegang dan melaksanakan sabda-Nya.
Melalui Nabi Yeremia, Ia bersabda (Yer. 17:8), “Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi sungai, dan tidak takut akan datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak khawatir dalam tahun kekeringan, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”, et erit quasi lignum, quod transplantatur super aquas, quod ad humorem mittit radices suas et non timebit, cum venerit aestus; et erit folium eius viride, et in anno siccitatis non erit sollicitum nec aliquando desinet facere fructum.
Ada seorang kaya
Orang yang hatinya menjauh dari Tuhan, sama seperti si kaya dalam perumpamaan Yesus ini. Kisah ini menyajikan pemutar balikan keadaan secara dramatik antara yang beriman pada Allah dan yang mengandalkan dirinya sendiri.
Santo Lukas menyajikan kontras: kaya dan miskin, surga dan neraka, bela rasa dan antipati, menerima dan menolak. Lazarus, Allah penolongku, terbaring di muka pintu rumah si kaya. Ia tak hanya miskin; tetapi koreng bernanah; najis karena dijilati anjing; tidak mampu menyuapi dirinya sendiri.
Deritanya akan makin hebat ketika anjing-anjing itu menjilati luka-lukanya. Mereka pun pasti mencuri remah dan potongan roti yang tak sempat masuk mulut Lazarus.
Si kaya itu membiarkan Lazarus di muka pintu rumahnya sampai mati. Hatinya tidak tergerak oleh belas kasih. Hati dan jiwanya dingin, beku, bahkan mati.
Kerinduan Lazarus akan Allah mengantarnya ke pangkuan Abraham. Sedangkan kematian hati membawa si kaya itu ke nereka.
Di sana pun ia masih menyombongkan diri seolah punya kuasa atas Abraham dan Lazarus. Ia pun masih menganggap mereka pesuruhnya.
Perhatikan perintah si kaya itu, “Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku.” (Luk. 16:27).
Ia tidak pernah memberi ruang bagi Allah untuk membuat hatinya yang beku menjadi lembut; yang merah seperti kirmizi menjadi putih; dan yang keras membatu menjadi lunak seperti salju. Si kaya menjadi pengemis karena ia mengganti Yahwe dengan ‘Tofet’.
Lazarus duduk di pangkuan Abraham karena ia mendengarkan hukum Tuhan yang ditanam di dalam batinnya dan melakkannya. Ia tidak mendengarkan ilah asing, seperti Tofet dan mengikuti perintahnya.
Sabda-Nya (Luk. 16:29), “Tetapi kata Abraham: Mereka memiliki kesaksian Musa dan para nabi. Hendaklah mereka mendengarkannya.”, Ait autem Abraham: “Habent Moysen et Prophetas; audiant illos.”
Katekese
Pencipta bagi si kaya dan si miskin, Santo Agustinus dari Hippo, 3540-430:
“Allah menciptakan orang kaya dan orang miskin. Maka yang kaya dan yang miskin dilahirkan dalam kesetaraan. Kalian saling berjumpa ketika berjalan bersama. Jangan menindas atau merendahkan martabat seorang pun.
Seseorang mungkin sedang miskin dan yang lain mungkin sedang berkelimpahan harta. Tetapi Allah adalah pencipta keduanya. Melalui orang yang berpunya, Ia membantu yang membutuhkan – dan melalui yang tidak berpunya, Ia menguji yang berpunya.” (Sermon 35, 7).
Meditatio-Missio
Tuhan, Engkaulah sukacita dan hartaku. Jadikan aku murah hati agar rela berbagi kekayaan spiritual dan jasmaniah yang Engkau anugerahkan kepadaku. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan untuk duduk di pangkuan Abraham?
Ait autem Abraham: “Habent Moysen et Prophetas; audiant illos.” – Lucam 16:29