Lectio Divina 20.8.2024 – Upah Pengikut Yesus

0
29 views
Seratus kali lipat, by Vatican News

Selasa. Perayaan Wajib Santo Bernardus (P)

  • Yeh. 28:1-10
  • Mazmur Tanggapan Ul. 32:26-27ab.27cd-28.30.35cd-36ab
  • Mat. 19:23-30

Lectio

23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. 24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” 26 Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”

27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?”

28 Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. 30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”  

Meditatio-Exegese

Aku adalah Allah

Ucapan ilahi tidak hanya ditujukan pada raja Tirus, tetapi juga kepada seluruh bangsa dan negara. Bangsa itu telah menjadi tinggi hati, seperti terlihat dalam sikap dan tindakan rajanya.

Memang, Tirus, yang terletak di pantai Laut Mediterania, berkembang menjadi pusat perdagangan. Kegiatan itu membuat negara itu berpengaruh dan mampu mengumpulkan kekayaan yang luar biasa (Yeh. 28:4). Terlebih sang raja pun sangat pandai, jauh melampaui kepandaian Daniel (Yeh. 28:3).

Semua kekayaan dan kepandaian menjadikan sang raja adalah Allah, seperti dituduhkan oleh Allah, yang bersabda melalui Nabi Yehezkiel (Yeh. 28:2). “Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah.”, Eo quod elevatum est cor tuum, et dixisti: “Deus ego sum.”

Ilusi menjadi seperti Allah mengulang kisah kejatuhan manusia pertama, karena kesombongan (Kej. 2-3). Maka, Ia menjatuhkan hukuman kepada Tirus, yakni: mati seperti dialami semua manusia (Yeh. 28:9). Bahkan cara kematian yang akan dialami adalah cara mati seperti dialami bangsa yang tidak mengenal Allah (Yeh. 28:10).

Nabi Yehezkiel menekankan bahwa kesombongan merupakan dosa yang sangat berat, seperti penyembahan berhala, karena di dalam hati terkandung kehendak untuk menjadi seperti Allah.

Dan Gereja mengajar, “Dosa memberontak terhadap kasih Allah kepada kita dan membalikkan hati kita dari Dia. Seperti dosa perdana, ia adalah satu ketidaktaatan, satu pemberontakan terhadap Allah, oleh kehendak menjadi “seperti Allah” dan olehnya mengetahui dan menentukan apa yang baik dan apa yang jahat (Kej 3:5).

Dengan demikian dosa adalah “cinta diri yang meningkat sampai menjadi penghinaan Allah” (Santo Agustinus, De Civitate Dei 14,28). Karena keangkuhan ini, maka dosa bertentangan penuh dengan ketaatan Yesus yang melaksanakan keselamatan (bdk. Flp. 2:6-9).” (Katekismus Gereja Katolik, 1850).  

Sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga

Apakah Yesus menentang kekayaan? Mengapa Ia memberi peringatan begitu keras pada orang kaya dan mereka yang ingin menjadi kaya? Yesus tidak tidak pernah menentang kekayaan per se atau orang berpunya.

Yesus memiliki banyak sahabat dari golongan masyarakat kelas atas – Maria dari Magdala, pengusaha dan eksportir  kain ungu, Yohana, istri Kuza, bendahara istana Herodes Antipas, dan Susana (bdk. Luk 8:3). Ia juga bersahabat dengan beberapa pemungut cukai yang dianggap korup. Tetapi, satu dari mereka menjadi rasul-Nya, Lewi, yang disebut juga Matius.

Mengingatkan tentang harta atau kekayaan, Yesus menggemakan kebijaksanaan ilahi, sabda Allah, Bapa-Nya, dalam Perjanjian Lama (Ams. 28: 6; bdk. Mzm. 37:16), “Lebih baik orang miskin yang bersih kelakuannya dari pada orang yang berliku-liku jalannya, sekalipun ia kaya.”, melior est pauper ambulans in simplicitate sua quam perversus in viis suis, quamquam dives.

Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum

Yesus nampaknya menyingkapkan bahwa orang yang kaya hampir tidak mungkin menjadi warga Kerajaan Surga. Kesulitan itu diungkapkan dengan peribahasa “Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat. 19:23).

Di Palestina unta merupakan binatang terbesar. Lubang jarum dapat bermakna figuratif, lubang jarum itu sendiri. Sedang makna konotatif: pintu gerbang sempit untuk masuk kota dan dibuka bagi pejalan hanya pada malam hari.

Orang berperawakan normal harus membungkukkan badan untuk masuk melalui gerbang sempit itu. Sedangkan seekor unta harus menekuk keempat kakinya dan merangkak masuk melalui gerbang yang sempit dan pendek.

Melewati pintu pintu sempit dan pendek, menundukkan badan, bahkan menekuk kaki dan merangkak, bermakna: setiap insan selalu memiliki sikap bergantung pada Allah dan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan-Nya.

Tanpa sikap batin seperti itu, tidaklah mungkin manusia mengalami damai sejahtera, ketenteraman dan keselamatan.

Santo Agustinus dari Hippo mengingatkan, “Walau kamu memiliki harta benda, kamu masih tetap miskin. Kamu dilimpahi harta benda sementara; sedang yang kamu perlukan adalah harta abadi.

Kamu harus mendengarkan kebutuhan sesamamu yang mengemis, karena kamu sendiri adalah pengemis di hadapan Allah. Apa yang kamu lakukan pada mereka yang mengemis padamu adalah apa yang akan dilakukan Allah padamu.

Kamu kaya dan kamu miskin. Penuhi kebutuhan sesamamu yang miskin dengan kekayaanmu, agar kemiskinanmu dihapus oleh kekayaan Allah.” (Sermon 56,9).

Setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan… akan menerima kembali

Yesus mengingatkan agar berhati-hati terhadap harta kekayaan. Harta berisiko membuat seseorang seolah berkuasa seperti Allah; seolah seluruh hidupnya terjamin dan bahagia. Jemaat di Laodikia diingatkan akan sikap mereka terhadap kekayaan dan rasa aman palsu, “aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa.” (Why. 3:17).

Harta juga dapat menjerat pada nafsu hampa dan mementingkan diri sendiri (bdk. 1Tim. 6:9). Selanjutnya, Santo Paulus mengingatkan, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1Tim. 6:10).

Belajarlah dari kisah orang kaya dan anak-anaknya yang menolak membantu Lazarus yang miskin (lih. Luk. 16:19-31). Mereka abai untuk melayani Allah. Hanya mereka yang percaya, mengantungkan diri pada Allah dan berbagi pada mereka yang berkekurangan  akan memperolah sukacita, damai sejahtera dan kebahagiaan sejati. Pada mereka disediakan hidup kekal.

Kitab Suci menyingkapkan apa yang serba terbalik: kehilangan apa yang dipunyai dan memperoleh apa yang diberikan. Kemurahan hati akan diganjar berkali lipat, baik pada masa sekarang atau pada masa kekekalan.

“Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” (Ams. 3: 9-10; bdk. Luk. 6:38). Dan harta itu tidak akan hancur dimakan ngengat atau hilang dicuri, seperti dijanjikan Tuhan kita.

Katekese

Siapa yang dapat masuk Kerajaan Surga? Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:

Lalu, Kristus bersabda tentang apa? ”Sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga”. Ia tidak mengecam uang itu sendiri, tetapi kehendak orang-orang yang menjadikan dirinya tawanan uang. Jika yang kaya mengalami kesulitan itu, apalagi bagi yang serakah.

Karena jika sikap batin yang kikir terhadap kekayaan menjadi  penghalang untuk masuk Kerajaan Allah, pikirkan berapa banyak bara api ketamakan yang dikumpulkan untuk mengambil milik orang lain. Tetapi mengapa Ia bersabda bahwa orang kaya sukar masuk Kerajaan-Nya kepada para murid-Nya yang miskin dan tak memiliki apapun? 

Ia mengajar mereka untuk tidak malu atas kemiskinan yang mereka tanggung dan, seolah-olah benar, memberi alasan mengapa Ia tidak mengizinkan mereka untuk memiliki apa pun.

Setelah mengatakan itu sulit, Ia juga menunjukkan kepada mereka bahwa itu tidak mungkin, dan bukan hanya tidak mungkin tetapi bahkan dengan cara yang berlebihan tidak mungkin. Ia menunjukkan hal ini dari perbandingan unta dan jarum, “lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”.

Karena itu Kristus menunjukkan bahwa disediakan anugerah yang sangat layak bagi orang kaya yang melakukan penyangkalan diri. Ia juga bersabda bahwa menyangkal diri harus menjadi karya untuk Allah, sehingga Ia menunjukkan betapa besar rahmat yang diperlukan bagia siapa pun yang hendak meraihnya.”

(The Gospel Of Matthew, Homily 63.2)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau telah menawan hatiku dan membuka bagiku harta surgawi. Semoga Engkau selalu menjadi hartaku yang paling berharga dan suka citaku. Jauhkanlah aku dari segala yang dapat memisahkan aku dari-Mu. Amin.   

  • Apa yang perlu aku lakukan agar aku selalu rendah hati dan menjadikan Yesus hartaku yang paling berharga?            

Et omnis, qui reliquit domos vel fratres aut sorores aut patrem aut matrem aut filios aut agros propter nomen meum, centuplum accipiet et vitam aeternam possidebit – Matthaeum 19:29

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here