Lectio Divina 21.09.2020 – Tidak Menunda Dipanggil-Nya

0
432 views
Ilustrasi -- Yesus memanggil Matius by Thyssen-Bornemisza Collections

Senin. Pesta Santo Matiuss, Rasul dan Pengarang Injil (M)

  • Ef.4:1-7.11-13
  • Mzm 19:2-3-5
  • Mat.9:9-13

Lectio

9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.

11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 12 Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Meditatio-Exegese

Ia melihat seorang yang bernama Matius

Para rasul yang pertama kali dipanggil Yesus adalah para nelayan, yang semuanya berbangsa Yahudi (Mat. 4:18-22). Sekarang, Yesus memanggil seorang pemungut cukai, Matius. Di Injil lain, pemungut cukai ini dipanggil dengan nama Lewi. Dalam Injil ini, ia dipanggil sebagai Matius, yang bermakna rahmat Allah atau dianugerahkan oleh Allah.

Pekerjaan Matius sebagai pemungut cukai mau tidak mau menjadikannya sebagai pengkhianat bangsa Yahudi, orang yang secara sosial disingkirkan. Ia juga secara keagamaan dianggap najis, dilarang memasuki sinagoga, dilarang mempersembahkan korban bakaran dan dilarang beribadat di Bait Allah.

Senyatanya, keadaan Matius dalam hidup keagamaan jauh lebih buruk dari pada bangsa bukan Yahudi.

Saat menggambarkan perbandingan seorang pemungut cukai dengan seorang Farisi Santo Lukas melukiskan si pemungut cukai berdiri jauh dari hadapan Tuhan. Ia harus berdiri di luar pelataran Bait Allah yang diperuntukkan bagi bangsa bukan Yahudi. Pemungut cukai pasti sangat dibenci dan digolongkan sebagai pendosa.

Pemungut cukai, dalam bahasa Latin publicanus, dibagi dalam dua golongan gabbai dan mokhes.

Gabbai adalah pemungut cukai umum. Mereka memungut pajak atas hak milik, pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak-pajak ini sudah ditetapkan berdasarkan penaksiran resmi dan cermat, sehingga sulit untuk menarik lebih.

Sedangkah mokhes penarik pajak barang impor dan ekspor, barang yang dijual di dalam negeri, dan segala jenis barang yang berlalu-lalang di jalan.

Para mokhes mendirikan rumah cukai di jalan dan jembatan, untuk menarik bea atas hewan penarik beban dan roda-roda kereta, barang kiriman, surat atau apa pun yang dapat dikenai bea masuk dan bea keluar. Penaksiran atas jumlah pajak/bea sangat tergantung dari penilaian pribadi.

Mokhes dibagi lagi menjadi dua kelompok: mokhes besar dan mokhes kecil. Mokhes besar dalam Perjanjian Baru disebut sebagai kepala pemungut cukai. Biasanya ia bekerja dari balik meja dan mempekerjakan mokhes kecil.

Zakheus dikenal sebagai seorang mokhes besar, kepala pemungut cukai (Luk. 19:2). Sedangkan Matius merupakan mokhes kecil. Ia duduk di rumah cukai, karena ia mengelola penarikan cukai dan bea, bertemu muka dengan siapa pun yang melintas di depan rumah cukainya. Tiap hari ia dilihat orang dan menanggung risiko dimarahi banyak orang.  

Sama seperti keempat rasul pertama, Matius meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus menuntut orang untuk melepaskan segala hal yang mengikat dan menghambat relasi mesra dengan-Nya. Matius meninggalkan kantor/pos cukai, penghasilan dan sumber kekayaannya yang besar, hanya untuk mengikuti Yesus!

Dikisahkan (Mat 9:9), “Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai.”, vidit hominem sedentem in teloneo, Matthaeum nomine. Di rumah cukai itu, yang terpampang pasti pernak-pernik kafir, khas Romawi.

Inilah yang dilihat orang kebanyakan: Matius adalah antek penjajah. Tetapi, Yesus melihat Matius seperti Samuel melihat anak-anak Isai, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1Sam. 16:7).

Sama seperti saat Yesus memanggil Simon Petrus, Ia memanggil Matius di tempat kerja. Santo Yohanes Chrysostomus, bapa Gereja abad kelima, menggambarkan panggilan Matius, “Mengapa Yesus tidak memanggil Matius pada saat yang bersamaan dengan panggilanNya pada Petrus, Yohanes dan murid lainnya? Ia mendatangi masing-masing pada saat yang tepat. Pada saat itulah Ia tahu bahwa mereka akan menanggapi dengan tepat pula.

Ia datang pada saat berbeda untuk memanggil Matius ketika Ia yakin bahwa Matius pasti tunduk pada panggilanNya. Serupa juga dengan saat Ia memanggil Paulus ketika ia dalam keadaan ringkih, setelah bangun, seperti seorang pemburu yang lunglai pulang dari perburuannya.

Karena Ia mengenal relung-relung hati kita yang paling dalam dan mengetahui rahasia pikiran kita dan kapan masing-masing dari kita akan menjawab panggilanNya dengan sepenuh hati dan jiwa.

Maka, Ia tidak memanggil mereka bersama-sama, ketika hati Matius masih membatu. Tetapi, setelah berita tentang mukjizat, dan namaNya dikenal luas, Ia memanggil Matius. Ia tahu hati Matius telah melembut dan siap menjawab seruanNya.” (dikutip dari Homily XXX)

Sama seperti murid yang lain, Yesus bersabda kepadanya (Mat9:9),  “Ikutlah Aku.”, Sequere me,  Matius segera berdiri dan mengambil langkah untuk menjadi muridNya. Matius ambil bagian dalam tugas perutusan dan hidup Yesus.

Ia dimasukkan dalam daftar para rasul, lengkap dengan profesi yang digeluti sebagai pemungut cukai (Mat 10:3), “Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai.”, Philippus et Bartholomaeus, Thomas et Matthaeus publicanus.

Yesus makan di rumah Matius

Yesus mendobrak hukum agama yang memisahkan seorang terhadap yang lain. Maksud hukum itu semula untuk membina kemurnian hati, dalam mengabdi Tuhan, misalnya: Neh. 10:30.

Tetapi setelah generasi Ezra-Nehemia, abad ke-5 SM, hukum itu tidak diperbaharui, bahkan ditambah dengan begitu banyak golongan orang yang tidak dikehendaki. Yesus makan bersama mereka menandakan bahwa Ia mau memulihkan relasi yang retak menjadi utuh.

Ia membangun jembatan, pontifex, yang menghubungkan hati setiap orang, terutama dan pertama-tama kaum yang disingkirkan dan tidak dikehendaki, dengan hati-Nya. Mengutip perkataan Nabi Hosea, Yesus menyingkapkan Allah membutuhkan  belas kasih dan hati yang mau mendengarkan serta mengasihi-.Nya (bdk. Hos 6:6).

Inilah daftar orang yang diterima Yesus: penderita (Mat. 8:1-4), orang asing (Mat. 8:5-13), perempuan (Mt. 8:14-15), orang sakit (Mt. 8:16-17), orang kerasukan setan (Mat. 8:28-34), orang lumpuh (Mt. 9:1-8), pemungut cukai (Mat. 9:9-13), perempuan sakit pendarahan (Mat. 9:20-22), dan banyak lagi. 

Katekese

Matius tidak menunda ketika ia dipanggil Yesus. SantoChromatius, wafat 406.

“Tuhan, yang hendak menganugerahkan keselamantan kepada semua pendosa yang percaya kepadaNya, sesuai kehendak-Nya memilih Matius, mantan pemungut cukai. Anugerah penghormatan-Nya pada Matius menjadi teladan bagi keselamatan kita. Setiap pendosa harus dipilih oleh Allah dan dapat menerima rahmat keselamatan abadi bila ia selalu memiliki jiwa yang beriman dan hati yang berbakti pada-Nya.

Maka Matius dipilih Allah sesuai dengan  kehendak-Nya. Dan, walaupun ia ternggelam dalam urusan duniawi, karena lubuk hatinya selalu berbakti kepada Allah, ia dipandang layak untuk dipanggil oleh Tuhan kita, “Ikutlah Aku”, yang karena pertimbangan ilahi-Nya mengenali niat yang tersembunyi di kedalaman lubuk hati dan jiwa terdalam.

Dari apa yang terjadi kemudian, kita tahu bahwa Matius diterima Tuhan bukan karena alasan kedudukannya, tetapi karena iman dan baktinya pada Allah. Segera setelah Tuhan bersabda padanya, “Ikutlah Aku”, Matius tidak berlambat-lambat atau menunda, tetapi, “berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” (dikutip dari Tractate On Matthew 45.1)

Oratio-Missio

  • Tuhan Yesus, Juruselamat kami, ijinkan kami datang pada-Mu: Hati kami begitu dingin; Tuhan hangatkanlah hati kami dengan kasih-Mu yang tanpa pamrih. Hati kami penuh noda dosa; bersihkanlah dengan darah-Mu yang tak ternilai. Hati kami lemah; kuatkanlah dengan Roh-Mu yang penuh suka cita. Hati kami hampa; penuhilah dengan kehadiran-Mu. Tuhan Yesus, Engkaulah pemilik hati kami; buatlah supaya selalu menjadi milik-Mu. Amin. (doa Santo Agustinus, Uskup Hippo, 354-430)
  • Apa yang perlu aku tinggalkan untuk menjawab Yesus saat bersabda, “Ikutlah Aku!”?

Sequere me! – Matthaeum 9:9

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here