Kamis. Pekan Adven III (U)
- Kid. 2:8-14
- Mzm. 33:2-3.11-12.20-21
- Luk. 1:39-45
Lectio
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
Meditatio-Exegese
Berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke rumah Zakharia
Ibu Maria selalu bersikap siap sedia untuk melayani. Setelah diberitahu tentang kehamilan Elisabet (Luk. 1:36), ia segera bersiap dan terus pergi ke rumah Keluarga Zakharia di daerah Yudea.
Ia pergi untuk membantu dan melayaninya. Bersama Bapak Yusuf mereka menempuh perjalanan kira-kira selama empat hari. Jarak dari Nazaret ke Yudea sekitar 100 km. Di tempat keluarga Zakharia tinggal, ia memulai karya pelayanan untuk umat Allah.
Tidak ada sesuatu yang istimewa. Semua berjalan seperti biasa dalam hidup sehari-hari. Selalu dijumpai di mana pun kunjungan kekeluargaan.
Dua orang ibu yang sedang hamil pun sering saling berkunjung dan membantu mengatasi masalah kehamilan, kelahiran, mendidik anak, memeluk anak yang sakit. Semuanya sangat manusiawi dan seolah kelihatan remeh temeh.
Namun, Allah selalu menyingkapkan Kabar Sukacita dan kehadiran-Nya di tengah umat yang hidup dalam denyut kegiatan yang biasa saja. Ia selalu hadir dalam tiap kesendiriaan dan perjumpaan, termasuk dalam perjumpaan kedua ibu rumah tangga yang sedang hamil itu.
Keluarga dan rumahtangga selalu menjadi tempat dan sarana yang tepat untuk mengenali kehadiran-Nya. Kisah perjumpaan ini membantu mengenali kehadiran Allah dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Diberkatilah engkau
Ibu Maria diberkati karena menjadi Ibu Tuhan. Tetapi, ternyata, seperti nubuat Simeon, ia akan mengalami kepiluan yang luar biasa (Luk. 2:35), “suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” et tuam ipsius animam pertransiet gladius.
Kelak, ia akan memandang kematian Puteranya di kayu salib (Yoh. 19:25) dan menguburkan-Nya (Mat. 27:57-61; Mrk 15:42-47; Luk 23:50-56a; Yoh. 19:38-42). Santo Anselmus, guru agung dan Uskup Agung Canterbury, 1033-1109, mengajarkan, “Tanpa Anak Allah, tidak ada satu pun diciptakan; tanpa Anak Maria, tiada satu pun ditebus.”
Ibu Maria menerima mahkota sukacita dan mahkota dukacita. Sukacitanya tidak terkikis oleh dukacita. Sukacitanya selalu membuncah, karena iman, harapan dan kasih yang kokoh akan Allah setia pada janji-Nya.
Yesus bersabda, “Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” (Yoh. 16:22).
Anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus
Ketika Ibu Maria mengucapkan salam dan Elisabet membalas salamnya, ia mengenali kehadiran Sang Mesias dalam rahim Ibu Maria. Isteri Zakharia dan anaknya dipenuhi Roh Kudus dan sukacita, karena menyadari bahwa saat pemenuhan janji keselamatan semakin dekat.
Yohanes Pembaptis sejak dalam kandungan menunjuk bahwa kedatangan Sang Mesias dan ia bersukacita. Ibunya pun bersukacita seperti yang diwartakan Nabi Zefanya karena Tuhan akan memberi kemenangan.
Musuh lama, dosa dan maut, pasti dikalahkan-Nya, “Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya.” (Ze. 3:17-18a).
Suka cita Elizabet dan anaknya diikuti seluruh umat yang mengidungkan dengan indah dalam doa Salam Maria (Luk. 1:42), “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”, Benedicta tu inter mulieres, et benedictus fructus ventris tui.
Elisabet melambungkan pujian (Luk. 1:45), “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”, Et beata, quae credidit, quoniam perficientur ea, quae dicta sunt ei a Domino.
Pujian itu tidak hanya ditujukan pada Ibu Maria. Tetapi juga ajakan kepada seluruh umat: untuk percaya pada Sang Sabda. Ia selalu membawa kehidupan dalam rahim Ibu Maria, dan dalam rahim atau hati setiap orang yang menerima-Nya dengan penuh iman.
Katekese
Yohanes bernubuat dari dalam rahim. Maximus dari Turin, wafat antara 408-423: “Sebelum lahir, Yohanes sudah bernubuat dan, sementara masih dalam rahim ibunya, menyambut kedatangan Kristus dengan gerakan yang menunjukkan suka cita; karena ia belum dapat mengungkapkan dengan mulutnya.
Saat Ibu Elizabet menyambut Ibu Maria, “Sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.” Maka, Yohanes kegirangan sebelum ia lahir. Sebelum matanya dapat melihat seperti apa rupa dunia, dia dapat mengenali Tuhan, Penguasa dunia, dengan rohnya.
Tentang hal ini, saya yakin bahwa nubuat ini benar, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau” (Yer. 1:5).
Maka, seharusnya kita tidak perlu heran karena, setelah Herodes memenjarakannya, ia terus mewartakan Kristus pada para murid-Nya dari dalam penjara, bahkan, ketika ia masih tinggal di dalam rahim ibunya, ia mewartakan Tuhan yang sama melalui gerakan yang dibuatnya.” (Sermon 5.4)
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu dan anugerahilah aku dengan suka cita untuk lebih giat menemukan-Mu dalam diri sesamaku. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk semakin sadar akan kehadiran Allah dalam hidupku?
Et beata, quae credidit, quoniam perficientur ea, quae dicta sunt ei a Domino – Lucam 1:45