Kamis. Pekan Biasa XVI. Pesta Santa Maria Magdalena (P)
- Kid. 3:1-4a
- 2Kor. 5:14-17
- Mzm. 63:2.3-4.5-6.8-9
- Yoh. 20:1.11-18
Lectio
1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”
16 Kata Yesus kepadanya: “Maria.” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!,” artinya Guru. 17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”
18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Meditatio-Exegese
Maria Magdalena
Kematian Yesus membuat Maria dari Magdala kehilangan seluruh kegairahan dan harapan. Tetapi, ia tidak pernah berhenti mencari Dia yang dikasihinya. Ketika yang lain pergi menjauh dari-Nya, Maria pergi ke kubur.
Perasaan kehilangan dan putus asa makin memuncak, kala ditemuinya jasad Sang Sahabat tidak di tempat yang seharusnya. Dicuri. Hilang.
Banyak peristiwa hidup terjadi dan menyebabkan terpuruk. Kematian, bencana, sakit, perendahan martabat, pengkhianatan. Banyak peristiwa membuat hidup seolah-olah tak bermakna dan hanya menimbulkan krisis.
Tetapi, peristiwa lain dapat saja terjadi dan perjumpaan dengan seorang teman yang tak disangka dapat membangkitkan dari keterpurukan. Seorang sahabat dapat menjadikan aku merasa ‘hidup’ lagi.
Seorang sahabat dapat menuntun aku menemukan kasih lebih kuat dari maut. Kisah penampakan Yesus pada Maria Magdalena menyingkapkan suka cita, yang diawali dari keterpurukan, putus asa kala mencari Sang Sahabat yang mati dan dikubur, hingga perjumpaan dengan Yesus yang bangkit dari kematian. Tahap-tahap ini juga dialami oleh masing-masing pribadi saat mencari Allah yang hidup.
Pergilah Maria Magdalena ke kubur itu
Relasi kasih antara Yesus dan Maria Magdalena begitu mendalam. Maria merupakan salah satu dari beberapa perempuan yang melayani Yesus dan para murid-Nya selama perjalanan keliling dari wilayah Galilea hingga Yudea (Luk. 8:1-3).
Bersama dengan Ibu Maria, Bunda Tuhan kita, dengan gagah berani ia berdiri dekat salib dan menyaksikan saat kematian-Nya (Yoh. 19:25). Kemudian merawat jasad-Nya dan ikut menguburkan-Nya (Luk. 23:55).
Kini, setelah kewajiban Sabat selesai, ia mengunjungi makam. Injil mencatat dengan teliti waktu ia pergi ke makam, ‘pagi-pagi benar ketika hari masih gelap’: kasih dan rasa hormat pada Dia yang dikasihinya mendorong untuk mencari-Nya sedini mungkin, tanpa penundaan.
Sayang, saat sampai di makam, yang didapatinya: batu penutup telah terbuka. Jasad Yesus telah tiada. Makam kosong.
Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis
Sambil menangis, Maria menengok ke dalam makam dan melihat dua orang malaikat berpakaian putih berkilau. Salah satu duduk di sebelah kepala Yesus dan yang lain di kaki Yesus dibaringkan. Malaikat itu bertanya, “Ibu, mengapa engkau menangis?”
Maria menjawab, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan”. Maria mencari Yesus yang sangat dikenalnya, Sosok yang dikaguminya selama tiga tahun terakhir.
Ia menoleh dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu Yesus
Maria bercakap-cakap dengan Yesus. Ia telah menemukan Dia yang dicarinya. Tetapi ia tidak mengenalNya. Pengalaman ini sama dengan pengalaman para murid yang berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan ke Emaus (Luk. 24:15-16).
Maria mengira bawa Pribadi yang dijumpainya adalah seorang tukang kebun. Yesus juga bertanya, seperti dilakukan para malaikat, “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?”
Maria berkata kepada-Nya, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Ia tetap mencari Yesus yang dijumpainya di masa lalu, mungkin tiga hari lalu.
Bayang-bayang kelam masa lalu menyelubunginya, sehingga ia gagal mengenali Yesus yang hidup di sini dan kini, ‘hic et nunc’. Ia sedang berdiri di hadapan perempuan pemilik perusahan pembuat kain ungu di Magdala.
Maria!
Suara panggilan ini menyentakkan kesadaran Maria Magdalena. Suara ini selalu bergema sama dan diucapkan Pribadi yang sama. Segera ia mengenali-Nya dan menjawab dalam bahasa Ibrani, “Rabuni,” artinya Guru.
Yesus telah kembali.
Kesan pertama adalah kematian hanyalah peristiwa menyakitkan yang sekejab berlalu. Kini segalanya telah pulih kembali seperti sedia kala. Segera Maria memeluk Yesus. Ia adalah Yesus yang dikenalnya; Yang telah wafat di salib; Pribadi yang dikenal dan dikasihinya.
Saat Yesus memanggil namanya, Ia bertindak seperti Gembala yang Baik, “Ia memanggil dengan namanya dan mereka mengenal suaraNya”; “Aku mengenal domba-dombaku dan domba-dombaKu mengenal Aku” (Yoh. 10:2.4.14).
Namun, saat hendak memelukNya, Yesus bersabda, “Janganlah engkau memegang Aku.” Ungkapan yang digunakan: μη μου απτου, ‘me mou haptou’, ungkapan negatif dalam bahasa Yunani; searti dengan noli me tenere dalam Latin Vulgata.
Yesus mau menunjukkan bahwa Maria harus melepaskan-Nya dan membiarkanNya pergi, karena ia masih memiliki kesempatan lain untuk berjumpa dengan-Nya sebelum Ia naik ke sorga.
Pergilah kepada saudara-saudaraKu
Maria diutus untuk mewartakan kebangkitan Tuhan kepada para rasul, “Pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh 20:17).
Yesus menyebut para rasul ‘saudara-saudara-Ku’. Melalui kenaikan-Nya ke sorga, Yesus membuka jalan bagi kita agar kita dapat menjalin relasi intim dengan Allah.
Relasi itu ditentukan melalui keberadaan: di mana Yesus berdiam, di situlah para murid-Nya ada bersamaNya (Yoh 17:24; 14:3), “Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku.”, Volo, ut ubi ego sum, et illi sint mecum.
Aku telah melihat Tuhan
Pesan Maria pada para murid (Yoh 20:18), ”Aku telah melihat Tuhan”, Vidi Dominum, menjadi inti iman Katolik. Tidak cukuplah bagi tiap orang Katolik mengetahui tentang Tuhan.
Tetapi tiap orang harus mengenal-Nya secara pribadi. Tidak cukup mengungkapkan pelbagai argemen tentang Dia; namun tiap orang harus menjumpai-Nya.
Dalam kebangkitan-Nya, tiap orang berjumpa dengan Tuhan yang hidup, yang mengasihi manusia secara pribadi dan membagikan kemuliaan-Nya pada masing-masing murid-Nya.
Tuhan telah menganugerahkan “mata hati” untuk melihat kebenaran kebangkitanNya dan kemenanganNya atas dosa dan maut (Ef. 1:18). Dan Ia membuka telinga tiap murid-Nya untuk mengenali suara-Nya saat mendengarkan Kabar Sukacita Injil saat ini.
Kebangkitan Kristus dari kematian menjadi landasan harapan tiap murid – harapan kita juga, yang percaya pada-Nya akan memandang Allah dan ambil bagian dalam kemuliaan dan suka cita abadi. “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya.
Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu.”
Maria Magdalena disebut murid Yesus (Luk. 8:1-2); saksi peristiwa penyaliban dan kematianNya (Mrk. 15:40-41; Mat. 27:55-56; Yoh. 19:25); ambil bagian dalam penguburanNya (Mrk. 15:47; Luk. 23: 55; Mat. 27:61); dan saksi kebangkitan-Nya (Mrk. 16:1-8; Mat. 28:1-10; Yoh. 20:1.11-18).
Kini, ia diutus menyampaikan Kabar Sukacita kepada para murid yang lain bahwa Yesus hidup.
Katekese
Kasih Kristus membakar dirinya. Santo Gregorius Agung, 540-604:
“Maria Magdalena, yang dikenal sebagai pendosa di kota tempat tinggalnya (Luk. 7:37), mengasihi Sang Kebenaran dan membasuh noda-noda dosanya dengan cucuran air mata (Luk. 7:47). Dosanya telah menjadikan hatinya dingin. Tetapi setelah itu, ia membakar hatinya dengan kasih yang meluap-luap …
Kita harus mempertimbangkan keadaan jiwa perempuan ini, yang memiliki daya kasih yang menyala-nyala di hatinya. Ketika para murid pergi dari kubur itu, perempuan ini tidak ikut pergi.
Ia mencari-Nya, yang belum pernah ditemukannya… tetapi itu belum cukup bagi seorang kekasih untuk mencari hanya sekali, karena daya kasih mendorong setiap usaha pencarian.
Pertama-tama, ia mencari-Nya dan tak menemukan apa-apa. Ia terus menerus mencari. Dengan cara inilah ia menemukanNya. Saat keinginan yang tak terpenuhi itu menggelegak, mereka pasti ingin memiliki apa yang ditemukan (Kid. 3:1-4) …
Dorongan hati yang suci, seperti telah saya sampaikan pada kalian sebelumnya, pasti membara karena pemenuhan yang tertunda.
Jika penundaan menyebabkan kegagalan, dorongan itu menjadi layu … Inilah kasih yang dimiliki Maria ketika pada kesempatan kedua ia kembali ke makan yang telah dimasukinya.
Mari kita saksikan hasil pencariannya, yang yang telah melipat-gandakan daya kasih kepadaNya” (dikutip dari Forty Gospel Homilies 25)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku tidak gagal mengenali suaraMu atau kehilangan penglihatanku akan kehadiran-Mu saat Engkau membuka Kitab Suci bagiku dan berbicara tentang sabdaMu yang membawa hidup. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk selalu mengenali Yesus yang telah bangkit dari mati?
Venit Maria Magdalene annuntians discipulis: “Vidi Dominum!”, et quia haec dixit ei” – Ioannem 20:18