Lectio Divina 22.12.2022 – Jiwaku Memuliakan Tuhan

0
341 views
Magnificat anima mea Dominum, by Sister Mary Grace Thul

Kamis. Hari Biasa Khusus Adven (U)

  • 1Sam. 1:24-28
  • 1Sam. 2:1.4-5.6-7.8abcd
  • Luk. 1:46-56 

Lectio

46 Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,

48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;

54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56  Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Meditatio-Exegese

Akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN

Pribadi tertentu diiringi peristiwa luar biasa saat ia dilahirkan, termasuk Samuel. Kelahirannya penuh peristiwa luar biasa, karena melibatkan penyelenggaraan ilahi.

Hana, perempuan mandul yang hanya berharap kepada Allah, selalu diejek Penina, madunya. Suaminya, Elkana, mengasihinya, tetapi tak mau mengerti dan memahami (1Sam. 1:8).

Eli, imam di Rumah Tuhan di Silo, memberkatinya, walau menganggap perempuan saleh itu berdoa dalam keadaan mabuk anggur (1Sam. 1:15-17). Hanya Allah yang mendengarkannya. Ia mendengarkan jeritan hatinya (1Sam 1:11).

Hana mengikuti jejak Sara, Rahel dan ibu Samson, serta banyak perempuan lain yang hanya bergantung kepada Allah untuk membuka kandungannya. Rahmat-Nya membebaskan para perempuan itu dari cemooh atas kemandulan yang diderita. 

Hana melahirkan Samuel. Walau ia mandul, ia percaya pada Allah dan berdoa pada-Nya, “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” (1Sam. 1:11).

Origenes, Bapa Gereja dari Mesir, menulis, “[…] Berapa banyak kebaikan yang dapat kita ceritakan jika kita mengingat-ingat dengan rasa syukur anugerah yang kita terima untuk memuji Allah karena kebaikan hati-Nya!

Ketika mereka dipenuhi dengan anugerah Roh Kudus melalui doa terus-menerus, jiwa-jiwa yang telah pergi begitu lama tanpa menghasilkan buah apa pun, mandul dalam hidup mereka dan dengan tanda-tanda kematian, menjadi sembuh dan dipenuhi dengan pengetahuan akan kebenaran.” (De Oratione, 13, 2-3).

Tentang Hana, yang mengandung Samuel sebagai pralambang Ibu Maria dan Gereja, Santo Cyprianus mengajarkan bahwa ia merupakan ,  “Lambang Gereja, yang membawa Tuhan. Doanya tidak diungkapkan dengan seruan yang lantang dan membahana, tetapi tenang dan murni. Ia berdoa dari kedalaman hati, karena ia tahu bahwa Allah mendengarkan doanya di rumah-Nya.” (De Oratione Dominica, 5).

Samuel lahir ke dunia sebagai anugerah dari Allah. Ibunya mengungkapkan jati dirinya sebagai seorang yang ‘diminta dari Allah’(bdk. 1Sam. 1:20), sesuai dengan makna namanya.

Tugas perutusannya juga akan sangat istimewa, seperti caranya dilahirkan. Hana mempersembahkannya kepada Allah (1Sam’ 1:28), “Aku pun menyerahkannya kepada TUHAN.”,  et ego commodavi eum Domino.

Magnificat anima mea Dominum

Injil Lukas menyingkapkan kehadiran dan kuasa Roh Kudus dalam hidup Ibu Maria. Ketika Ibu Maria dan Elisabet saling mengucapkan salam, berdua dipenuhi Roh Kudus dan suka cita, karena di situ juga hadir Sang Juruselamat (Luk. 1:40).

Tidak hanya mereka yang bersuka cita, Yohanes, yang masih dalam kandungan Elisabet, melonjak kegirangan. Roh inilah yang meraja di hati masing-masing sekarang.

Ibu Maria menerima tugas perutusan Allah dengan iman dan kepatuhan kokoh. Ia meluhurkan Allah dengan menggemakan kidung pujian Hana (1Sam. 2:1-10) dan mewartakan bahwa Allah melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar.

Sama dengan Ibu Maria, Hana memperoleh anugerah anak dengan cara yang ajaib. Ia memohon pada Allah dan Ia mendengarkan doanya. Maka, anak itu diberi nama Samuel, dan dipersembahkan untuk melayani Tuhan sejak masa mudanya (1Sam. 1:24-28).

Ibu Maria melakukan hal yang  sama. Ia mempersembahkan anaknya sebagai Hamba Allah yang mempersembahkan hidup pada-Nya hingga disalibkan di Golgota (Yoh. 19:25) dan menguburkan-Nya (Mat. 27:57-61;  Mrk. 15:42-47; Luk. 23:50-56a; Yoh. 19:38-42).

Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya

Ibu Maria memadahkan kepercayaannya pada Allah dan mewartakan bahwa Ia akan bertindak dan membela mereka yang miskin dan lapar. Ungkapan “perbuatan tanganNya” mengingatkan pada pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.

Para panglima perang dan ahli nujum Mesir dibuat ketakutan, ketika berseru (Kel. 8:19), “Inilah tangan Allah.”, digitus Dei est

Kuasa Yahwe inilah yang akan membawa keselamatan dan pembebasan: mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya (Luk. 1:51). Ia menurunkan para penguasa congkak dari tahta dan meninggikan orang yang rendah (Luk. 1: 52)

Dan Ia melimpahkah segala hal yang baik kepada yang lapar, dan mengusir yang kaya dengan tangan hampa (Luk. 1:53).Allah menaruh hati-Nya pada orang yang bergantung pada-Nya, bukan pada diri dan miliknya sendiri.

Ia menolong Israel, hamba-Nya

Ibu Maria mengingatkan akan belas kasih Allah pada umatNya dan janji yang dibuat-Nya pada Abraham. Kabar Sukacita bukan merupakan ganjaran karena ketaatan pada Hukum, tetapi ungkapan kesediaan untuk dengan rela hati melaksanakan tugas pengutusan-Nya dan kepercayaan pada janji-Nya.  

Katekese

Maria mewartakan kerajaan baru, oleh Santo Ephrem, Orang Siria, 306-373:

“[Maria] menyingkapkan kepada Elisabet apa yang dikatakan malaikat Allah secara rahasia, dan bahwa malaikat itu menyebutnya berbahagia karena ia percaya akan nubuat para nabi dan pengajaran yang didengarkannya (Luk 1:46-55).

Lalu dengan lembut Ibu Maria memadahkan syukur atas apa yang didengar dari malaikat Allah dan Elisabet, “Jiwaku memuliakan Tuhan”. Elisabet melambungkan pujian, “Berbahagialah ia yang telah percaya”.

Maka Ibu Maria membalas, “Mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia”.  Kemudian, mulai saat itulah Ibu Maria mulai mewartakan kerajaan baru.

“Ia kembali ke rumahnya setelah tiga bulan bersama Elisabet”, sehingga Tuhan yang sedang dikandungnya tidak memulai karya pelayanannya sebelum apa yang dilakukan hambanya.

Ia pulang ke rumah kepada suaminya untuk menjelaskan segala yang terjadi. Jika ia mengandung dari buah perbuatan manusia, ia pasti sudah memiliki kesempatan tepat untuk melarikan diri dari suaminya.” (Commentary On Tatian’s Diatessaron 1.28)

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk mencari-Mu dengan rendah hati dan penuh iman. Kuatkanlah aku untuk selalu percaya pada janji-Mu, nyalakanlah harapanku akan hidup abadi. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk membantu Ibu Maria: menciptakan kesetaraan Luk 1: 51); menciptakan tata kelola hidup bersama yang adil (Luk 1: 52); menghapus kemiskinan (Luk 1: 53)?

Magnificat anima mea Dominum,  et exsultavit spiritus meus in Deo salvatore meo – Lucam 1:46-47 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here