Lectio Divina 23.05.2021 – Dibimbing Roh Kudus Menjadi Saksi-Nya

0
866 views
Roh Kudus turun by the Catholic Miscellany.

Minggu. Hari Raya Pentakosta (P).

  • Kis. 2: 1-11.
  • Mzm. 104:1ab.24ac.29c-30.31.34.
  • Gal. 5: 16-25.
  • Yoh. 15: 26-27; 16:12-15.

Lectio

26 Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. 27  Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”

12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.

13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.

14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.

15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”

Meditatio – Exegese

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat

Pentakosta, salah satu dari tiga hari raya penting bagi orang Yahudi,  adalah nama Yunani untuk Hari Raya Menuai (Kel 23: 16). Kaum laki-laki Yahudi wajib hadir di hadapan Yahwe pada hari raya ini di Bait Allah (bdk. Kel 23:17).

Hari raya ini ditandai dengan persembahan buah pertama panen. Kepenuhan makna hari raya ini terjadi saat bangsa Israel merayakan pengikatan perjanjian dan kesediaan melaksanakan Hukum Taurat yang diberikan pada Musa di Sinai (Kel 24:1-11). Pesta Pentakosta dirayakan lima puluh hari setelah Paskah.

Dalam Perjanjian Lama, Allah menyingkapkan kehadiran-Nya di tengan umat dalam Tiang Awan dan Tiang Api (Kel. 13:21-22; 14:19, 24; 33:9-10; Bil. 12:5; 14:14; Ul. 31:15).

Ia hadir dalam angin taufan dahsyat di Gunung Sinai (Kel. 19:16-25), dalam awan yang menutupi Kemah Suci dan di Bait Allah di Yerusalem (Kel. 40:34-38; 1Raj. 8:10-11; 2Taw. 5:13-14).

Allah berjanji, “Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel dan Aku akan menjadi Allah mereka.” (Kel. 29:45).  Umat tidak dapat melihat Allah, tetapi mereka dapat bersaksi tentang kehadiran ilahi-Nya.

Berabad kemudian pada abad ke-6 sebelum Masehi, Allah menjajikan kehadiran-Nya di masa depan dan mendirikan perjanjian abadi dalan diri Sang Mesias.

Melalui Nabi Yehezkiel, Ia bersabda, “Dan, hamba-Ku Daud akan menjadi raja mereka selamanya. Aku akan membuat perjanjian damai dengan mereka.

Perjanjian itu akan menjadi perjanjian abadi dengan mereka. Aku akan menempatkan mereka, memperbanyak mereka, dan menaruh tempat-Ku yang kudus di tengah-tengah mereka selama-lamanya. Kediaman-Ku juga akan ada bersama mereka; Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (Yeh 37:25c-27).

Yesus dari Nazaret memenuhi janji Allah.

Dalam tradisi Gereja Katolik, Hari Raya Pentakosta bukan merupakan peristiwa yang berdiri sediri. “Kita memiliki hak, kewajiban dan suka cita untuk memberitakan bahwa Pentakosta terus terjadi. Kita secara absah dapat menyampaikan ‘nilai-nilai’ Pentakosta yang tak tergoyahkan.

Kita tahu bahwa lima puluh hari setelah Paskah, para murid berkumpul di Ruang Perjamuan yang digunakan untuk perayaan Ekaristi pertama. Dari ruang itu pulalah mereka pergi untuk menjumpai Tuhan yang telah bangkit. Mereka ‘menemukan’ kembali dalam diri mereka daya kuasa Roh Kudus yang turun atas mereka, kekuatan dari Tuhan yang sering dijanjikan-Nya, karena mengalir dari penderitaan-Nya di Salib.

Dikuatkan dengan pencurahan Roh Kudus, mereka mulai bertindak, yakni, melaksanakan peran mereka. […] Maka lahirlah “Gereja apostolik”. Bahkan sekarang – di sini terus berlanjut.

Basilika Santo Petrus di Roma dan setiap Gereja, ruang doa, dan setiap tempat di mana para murid Tuhan berkumpul, merupakan perluasan Ruang Perjamuan yang asli.” (Santo Yohanes Paulus II, Homili, 25 Mei 1980).

Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa

Yesus sadar para murid-Nya akan mengahadapi kesulitan yang sangat berat, seperti dialami-Nya. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yoh 14: 18).

Maka Ia meminta kepada Bapa untuk mengutus Roh Kudus. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yoh. 14: 16). Penolong yang lain, parakletos: pembela, penolong, penghibur. Maka, yang dijanjikan hanya Roh Kudus, bukan pribadi lain.   

Roh Kudus adalah Sang Pembela ketika para murid menghadapi penentangan dan membimbing ketika menghadapi pengadilan manusia. Ia menolong dan menguatkan ketika para murid menghadapi hujan argumentasi, bersakasi dan membuktikan kebenaran. 

Saat harus menghadapi pengadilan dunia, para murid-Nya tidak perlu mempersiapkan pembelaan  dengan mengumpulkan seluruh pemikiran sendiri (Luk. 21:14).

Para murid hanya perlu membuka pintu hati bagi kehadiran Roh Kudus. Ia akan bebicara, beradu gagasan dan membuktikan kebenaran.

Santo Paulus mengisahkan pengalamannya sendiri. “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku -kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka- tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.” (2Tim 4:16-17).

Roh Kudus pula mengantar dan membimbing tiap murid untuk mencapai kepenuhan kebenaran (Yoh. 16:13). Kepenuhan kebenaran adalah Yesus sendiri (Yoh. 14:6), “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup.” Ego sum via et veritas et vita.

Di samping mendampingi dalam masa gelap dalam hidup, Roh Kudus membimbing manusia untuk menerima anugerah damai sejahtera. Damai sejahtera selalu menjadi buah dari pelayanan kepada sesama manusia, terutama mereka yang miskin dari yang termiskin.

Damai selalu merupakan buah dari ketaatan dan kasih manusia kepada sabda Allah. Maka mengasihi Kristus Yesus membawa anugerah suka cita dan penghiburan, sekalipun dihadapkan pada pengadilan dan siksaan.

Maka, Roh itu membimbing untuk mengasihi Yesus (Yoh 14: 26), “Dia akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkanmu pada semua yang telah Kukatakan kepadamu.”,ille vos docebit omnia et suggeret vobis omnia, quae dixi vobis.

Kamu juga harus bersaksi

Tiap murid Yesus merenda relasi dengan Roh Kudus agar mampu menjadi saksi-Nya.  Menjadi saksi berarti memberitakan kebenaran dengan menyampaikan bukti.

Roh Kudus pertama-tama memberi bukti di mana pun, kapan pun, terus menerus.

Roh Kudus selalu menggerakkan hati, mengubah pikiran yang bengkok dan melunakkan hati yang keras. Roh mendekatkan yang berjauhan, mendamaikan dan memaafkan, serta menyatukan yang tercerai berai.

Ia menyembuhkan jiwa yang sakit, memulihkan yang putus asa. Ia mengobati, merawat badan dan hati. Ia mendidik, melatih dan menjadikan sikap kasar lembut, membuat yang tinggi hati bijaksana dan sederhana. Ia dekat dengan mereka yang miskin dalam roh dan berhati murni.

Roh Kudus bersaksi tentang Yesus Kristus melalui seluruh karya, sentuhan kasih dan uluran tangan untuk merangkul mereka yang hilang dan kesepian di bumi yang gersang. Ia membenarkan penyaliban dan derita yang ditanggung Yesus karena kasih-Nya.

Ia berseru-seru dengan nyaring tentang Dia yang dibangkitkan dan mengalahkan maut selamanya. Ia bersaksi akan Dia yang hidup dan mulia hingga akhir jaman.

Roh Kudus bersaksi tentang semua. Maka para murid-Nya tidak diperkenankan melawan kesaksian-Nya, abai dan ingkar. Dialah Kebenaran.

Dan hanya ada satu kebenaran: Anak-Nya, Yesus Kristus. 

Tiap murid-Nya dipanggil menjadi saksi atas seluruh peristiwa dan kebenaran tentang Yesus Kristus. Menjadi saksi sama dengan menjadi martir kasih. Saksi-Nya tidak pernah bersaksi sendirian, atas dasar kekuatan sendiri atau kebijaksanaan pribadi.

Tetapi Ia memanggil (Yoh. 15:27), “Kamu juga harus bersaksi.” et vos testimonium perhibetis.

Di penghujung abad ke dua puluh, Santo Paus Yohanes Paulus II mengajarkan tentang saksi dan kesaksian, “Di mana kebencian nampak hendak menghancurkan seluruh kehidupan dan seolah tidak ada jalan untuk lepas dari cengkeramannya, para saksi membuktikan bahwa “kasih lebih kuat dari kematian”.

Dalam sistem penindasan yang sangat jahat dan melecehkan martabat manusia, di tempat yang penuh derita, di tengah kesulitan yang paling berat sekali pun, mereka dengan nyaring menyatakan kesetiaan pada Kristus yang disalib dan bangkit dari mati.

Mereka mengalami penyiksaan di luar batas, kedinginan dan kelaparan, dan pelbagai bentuk penderitaan lain yang tak terperikan. Dalam waktu yang tak terlalu lama kita akan mendengarkan kesaksian mereka yang mengguncang jiwa.

Banyak anggota tubuh-Nya menolak untuk tunduk pada penyembahan berhala abad kedua puluh dan mereka dikorbankan oleh komunisme, naziisme, dan pemujaan pada negara atau ras. Banyak sekali yang gugur dalam perang etnis atau suku, karena mereka menolak cara pikir yang melawan Injil Kristus.

Beberapa menghadapi kematian, karena, seperti Sang Gembala Baik, mereka memutuskan untuk bersatu dengan umatnya, walau menghadapi intimidasi. Di tiap benua dan sepanjang abad kedua puluh, kita jumpai banyak orang memilih untuk mati dari pada mengkhianati tugas perutusan yang mereka emban.

Para biarawan-biarawati menghayati hidup bakti mereka hingga berani menumpahkan darah. Pria dan wanita, para awam, mati karena mempersembahkan hidup mereka demi kasih pada saudara-saudari mereka, khususnya kaum miskin dan lemah.

Para wanita mengorbankan hidup mereka untuk mempertahankan martabat dan kemurnian hidup mereka.” (dikutip dari Homily Of His Holiness Pope John Paul II, Third Sunday of Easter, 7 May 2000).

Segala sesuatu yang Bapa punya

Saat Roh Kudus tinggal di hati, Ia menghantar para murid pada Yesus. Ikatan kesatuan ini akhirnya menuntun pada perjumpaan dengan Bapa. Roh selalu berbicara tentang Yesus dan menggunakan kata-kata yang berasal dari Bapa.

Ia mengulang apa yang didengar-Nya dari Bapa. Tempat-Nya tinggal pun sama dengan tempat di mana Bapa dan Putera tinggal. Dan dari tempat itu pula Ia menjumpai para murid Yesus. Akhirnya, ke tempat itu pula lah para murid akan kembali.

Setelah menerima Roh Yesus, para murid menemukan kembali bahwa masing-masing juga berasal dari Bapa. Ia lahir dari dan hidup dalam Dia. Jika mencari diri sendiri, mencari jalan kembali kepada-Nya, dan makna hidup, semua sudah ditulis dalam sabda yang diucapkan Roh Kudus pada masing-masing murid-Nya.

Yang diperlukan hanya hening di tengah hiruk pikuk, agar mampu mendengarkan suara-Nya. Saat itulah tiap murid akan menyadari untuk kembali kepada Bapa dan berkata, “Ini sudah cukup! Aku telah lama tersesat… Aku hendak pulang ke rumah Bapa.”

Pasti tidak akan terjadi Pentakosta pada murid-Nya bila ia tidak membuka diri dan bersedia dibimbing Roh Kudus.

Katekese

Roh Kudus di Hari Pentakosta. Santo Leo Agung, 400-461:

“Pada orang Ibrani, yang dibebaskan dari Mesir, hukum diberikan di Gunung Sinai lima puluh hari setelah kurban domba paskah. Serupa, setelah sengsara Kristus, Anak Domba Allah yang sejati, dikorbankan, lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya, Roh Kudus turun pada para rasul dan seluruh anggota jemaat yang percaya pada-Nya.

Maka orang Kristiani menerima bahwa awal mula Perjanjian Lama adalah melayani permulaan Injil dan Roh yang sama yang menetapkan perjanjian pertama sekarang menetapkan Perjanjian Kedua.” (dikutip dari Sermon 75.1)

Oratio-Missio

  • Ya Allah, Engkaulah mata air damai sejahtera yang tak kunjung kering, lautan kasih yang kedalamannya tak terperi, air terjun berkat dan sumber kasih. Engkau selalu menganugerahkan damai sejahtera kepada mereka yang bersedia menerimanya. Bukakanlah kami pada hari hari ini samudera dan air kasihMu, yang meluap dari mata air rahmat dan mengalir dari sungai kebaikan hatiMu.  Jadikanlah kami anak-anak keheningan dan pewaris damai sejahtera;  nyalakanlah dalam hati kami kasih akan Dikau; taburkanlah dalam hati rasa takut terpisah dariMu; kuatkanlah saat kami lemah; dan ikatlah kami agar selalu dekat padaMu dan semakin erat dengan sesama dalam ikatan persatuan yang tak terpatahkan. (doa kuno dari tradisi liturgi Klementin Siria, terjemahan bebas).
  • Apa yang harus kita lakukan untuk selalu setia pada bimbingan Roh Kudus?

ille vos docebit omnia et suggeret vobis omnia, quae dixi vobis – Iohannem 14:26

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here