Hari Minggu Biasa XXI (H)
- Yes. 22:19-23
- Mzm. 138:1-2a,2bc-3,6,8bc
- Rm. 11:33-36
- Mat. 16:13-20
Lectio
13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 14 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” 20 Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
Meditatio-Exegese
Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya
Sebna dipercaya sebagai sebagai pengurus istana (Yes. 22:15) dan panitera kerajaan (2Raj. 18:18; 19:2; Yes 36:3), dalam pemerintahan Raja Hizkia sekitar tahun 710 sebelum Masehi. Namun, kejahatannya dikecam oleh Nabi Yesaya melalui nubuat yang langsung diucapkan kepadanya.
Nabi langsung mengucapkan nubuat tentang kebinasaannya atas kejahatan yang dilakukannya. Saat Yehuda dikepung tentara Sanherib, dari Asyur, setiap orang harus bersiaga, mati raga dan mempersiapkan perlawanan, “mereka ada kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru: “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!” (Yes. 22:13).
Sebna bertindak menyimpang ketika, di tengah pengepungan, membangun kuburan batu yang dipahat mewah, megah dan mencolok mata. Penggalian arkheologi menemukan sebagian ambang atas kuburan yang tak pernah dipakai. Nama Sebna yang selengkapnya Sebanyah(u) terukir di ambang itu, yang disimpan di British Museum (www.britishmuseum.org).
Sebna, sebuah nama asing yang tidak jelas asal usul leluhurnya, gagal melaksanakan tugas dari raja keturunan Daud. Maka, Allah mengutus Nabi Yesaya untuk memecatnya dari jabatan dan menggantikan dengan pejabat yang tapat dan cakap.
Allah memilih Elyakim bin Hilkia sebagai kepala istana. Saat pelantikan, kepadanya dikenakan jubah dan ikat pinggang yang menjadi tanda jabatan tinggi (Yes. 22:21). Ia juga diberi peran sebagai “bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda” (Yes. 22:21).
Sebagai kepala istana, ia diberi kunci rumah Daud sebagai lambang kekuasaan dan memberinya kuasa untuk ‘membuka dan menutup’, yakni: putusan akhir yang mengikat, demi kebaikan seluruh kerajaan (Yes. 22:22).
Nubuat Nabi Yesaya ini bergema kuat dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Injil. Nubuatnya, “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” (Yes. 22:22) sejajar dengan wahyu Allah yang disingkapkan Rasul Yohanes, “Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup.” (Why. 3:7).
Yesus adalah Daud baru. ‘Kunci Daud’ yang Ia pegang menjadi kunci kuasa merupakan kunci kuasa ilahi-Nya untuk membuka pintu surga (Mat. 3:16; Katekismus Gereja Katolik, 1026). Dan Gereja selalu melambungkan pujian pada-Nya dalam Antifon Ibadat Sore sepekan sebelum Hari Raya Natal, “Datanglah, ya Tuhan, Engkaulah kunci kerajaan Allah. Bebaskanlah umatMu dari penjara dan kegelapan maut.” (Ibadat Sore, Antifon, 20 Desember).
Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi
Yesus sering menyingkir ke daerah yang sunyi untuk mendidik para murid atau membahas hal yang sangat penting dengan mereka. Kali ini Ia menyingkir ke Kaisarea Filipi, 40kilometer sebelah utara Danau Galilea. Kaisarea Filipi merupakan sebuah kota – tetapi, dalam Mrk. 8:27, digambarkan sebagai kumpulan kampung-kampung – yang terletak di kaki Gunung Hermon. Kota ini sangat strategis di perbatasan dengan Siria.
Secara tradisional, wilayah Kaisarea Filipi berada dalam kekuasaan suku Dan, yang ditetapkan untuk mendiami wilayah bagian utara Tanah Terjanji. Pada saat kunjungan Yesus, wilayah yang dihuni mayoritas penduduk berbangsa kafir itu, ada dalam kekuasaan Herodes Filipus. Separo Suku Manasye tinggal di wilayah itu, tempat orang Kanaan mendirikan pemujaan bagi Baal-gad (Yos. 11:17; 12:7; 13:5) dan Baal Hermon (Hak. 3:3; 1Taw. 5:23).
Pada abad ke-4 SM, ketika ditaklukkan pasukan Alexander Agung, orang Yunani mempersembahkan tempat pemujaan ini untuk Dewa Pan, pelindung alam, gembala, kawanan domba, mata air dan kesuburan. Di tempat pemujaan ini meluap air yang terus mengaliri Sungai Yordan (bdk. Flavius Yosephus, Antiquities, 15.10.3). Karena di bawah perlindungan Dewa Pan, kota ini juga disebut sebagai Panias.
Pada akhir abad 1 SM, Herodes Agung membangun kuil di dekat mata air Sungai Yordan. Kuil itu merupakan simbol pengangkatan Kaisar Agustus sebagai dewa. Setelah ayahnya mangkat, Herodes Filipus membangun kembali kota kecil ini dalam gaya Helenis dan menambahkan nama Filipus untuk menghormati dirinya sendiri.
Di tempat yang berdiri di atas batu karang ini, Yesus hendak mengundang para murid untuk menyingkapkan identitas diri-Nya sebagai Mesias dan sekaligus melambangkan penaklukan atas dewa kafir.
Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?
Yesus menanyakan identitas diriNya yang dipahami oleh orang banyak. Para murid menjawab bahwa orang banyak menyamakan Dia dia dengan Yohanes Pembaptis yang bangkit dari mati seperti Herodes Antipas (Mat. 14:2); orang lain lagi mengira bahwa Ia adalah Nabi Elia yang akan merintis jalan bagi Mesias (Mal. 2:23; 4:5); yang lainnya lagi mengita Ia adalah Nabi Yeremia atau seorang dari para nabi terdahulu.
Semua orang yang disebut para rasul adalah nabi. Kemungkinan orang banyak juga menyebut nama nabi palsu. Umat Israel sadar bahwa roh nabi sejati sudah tidak hadir di tengah umat sejak nabi terakhir, Nabi Maleaki pada abad ke-5 SM.
Mereka juga percaya pada nubuat Musa bahwa seorang Nabi seperti Musa akan dibangkit dari antara mereka (Ul. 18:15-19) dan akan mencurahkan Roh Allah pada umat dan mengumpulkan segala bangsa (bdk. Yeh. 36:26-27; Yl. 3:1-2). Tanda-tanda itulah yang mengawali jaman Sang Mesias. Dan Yesus mengajar dengan penuh kuasa, mengajarkan dengan lambang dan perumpamaan seperti para nabi serta melakukan banyak mujizat.
Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?
Dengan cepat Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Tentang pengakuan iman Petrus, Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444, salah seorang Bapa Gereja Perdana, menulis, “Petrus tidak berkata, “Engkau adalah seorang Kristus” atau “seorang putera Allah”, tetapi, “Sang Kristus, Sang Putera Allah”.
Karena banyak orang disebut kristus (yang berarti : orang yang diurapi) karena rahmat, yang mendapatkan status pengangkatan sebagai anak; tetapi hanya satu saja, yang karena kodratnya, adalah Sang Anak Allah.
Maka, dengan mengunakan kata sandang penentu, ia berkata, Sang Kristus, Sang Putera Allah. Dan dengan menyebutNya sebagai Sang Anak Allah yang hidup, Petrus menunjukkan bahwa Sang Kristus itulah hidup; dan kematian tidak pernah berkuasa atasNya.
Dan bahkan jika sebagai manusia yang lemah dan mati, Ia bangkit lagi. Karena Sang Sabda, yang tinggal di dalam Dia, tidak dapat ditaklukkan dalam ikatan maut” (dikutip dari Fragment 190).
Engkau adalah Petrus.
Yesus memuji Petrus atas pengkuan iman yang dilakukan dengan meriah, karena Allah yang menyingkapkannya padanya. Selanjutnya Ia bersabda (Mat. 16:18), “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”, Tu es Petrus, et super hanc petram aedificabo Ecclesiam meam; et portae inferi non praevalebunt adversum eam.
Menggunakan bahasa Aram, Yesus ‘bermain’ kata ‘petrus’. “Engklau adalah Petrus (Kefas) dan di atas batu karang ini (kefas) ini Aku akan mendirikan jemaatKu.” Dengan menyebut Petrus, Yesus menekankan kembali nama baru yang disandang Simon, ketika Ia pertama kali bertemu dengan-Nya di tepi Sungai Yordan sebelum memulai karya pelayananNya di Galilea.
Saat itu, Yesus bersabda, “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)” (Yoh. 1:42). Penginjil lain juga mencatat perubahan nama ini (lih. Mrk. 3:16; Luk. 6:14).
Kefas berarti “batu karang”. Dalam perikop ini, Matius menggunakan kata berjenis kelamin laki-laki, πετρος, petros, untuk menyebut nama baru bagi Simon; dan kata berjenis kelamin perempuan, πετρα, petra, batu karang.
Penyebutan nama Petros atau dilatinkan Petrus sebagai yang pertama dan utama di antara para rasul merupakan perubahan peran dalam hidupnya dari seorang nelayan menjadi batu pondasi komunitas para murid Yesus.
Yesus juga menyebut nama ayahnya, Yohanes-Yonas-Yunus. Secara simbolis Yesus menggambarkan peran baru Petrus dalam jemaat. Perannya adalah seperti Yunus: mewartakan pertobatan.
Kalau Yunus mewartakan pertobatan di kota Niniwe, di pusat kekuasaan Kekaisaran Assyiria; Petrus mewartakan Yesus Kristus di pusat kekuasaan Kekaisaran Romawi, di Roma. Ia mewartakan pertobatan dan pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
Dalam tradisi alkitabiah, ‘batu karang’ digunakan untuk menggambarkan peran Abraham. Ia seperti batu karang yang dipotong untuk menjadi landasan berdirinya bangsa Israel (Yes. 51:1-2).
Dalam Perjanjian Baru, batu karang bukan hanya kata sifat yang disematkan pada Pertus sebagai bapa rohani bagi semua anak Allah. Tetapi juga Yesus hanya menggunakan kata Petrus untuk Simon sebagai kepala dan pondasi Gereja-Nya.
Tentang hal ini, Gereja Katolik mengajarkan, ”Tuhan menjadikan hanya Simon, yang ia namakan Petrus, sebagai wadas untuk Gereja-Nya. Ia menyerahkan kepada Petrus kunci-kunci Gereja (bdk. Mat. 16:18-19) dan menugaskan dia sebagai gembala kawanan-Nya (bdk. Yoh. 21:15-17).
“Tetapi tugas mengikat dan melepaskan yang diserahkan kepada Petrus, ternyata diberikan juga kepada dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya” (LG 22). Jabatan gembala dari Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja. Di bawah kekuasaan tertinggi [primat] Paus, wewenang itu dilanjutkan oleh para Uskup” (dikutip dari Katekismu Gereja Katolik, 881).
Santo Matius menggunakan kata εκκλησιαν, ekklesian, dari kata dasar ekklesia, memanggil. Kata ini bermakna persekutuan umat yang dipanggil untuk mengimani Yesus. Kata ini sejajar maknanya dengan dengan kata kahal dalam bahasa Ibrani untuk menggambarkan persekutuan umat beriman, karena dipanggil dari dunia untuk masuk dalam perjanjian dengan Yahwe.
Santo Cyrilus menguraikan, “Karena Kristus adalah batu karang yang tidak dapat dirusak atau dihancurkan; maka, Petrus menerima nama baru dari Kristus dengan suka cita.
Nama itu menandakan bahwa Gereja didirikan atas dasar iman dan tidak tergoyahkan … Setan adalah pintu gerbang menuju maut dan selalu berusaha secepatnya melawan Gereja yang suci melalui pelbagai macam bencana dan pengejaran.
Tetapi iman para rasul, yang dididirikan di atas batu karang Yesus Kristus, selalu bertahan dan selamanya tidak goyah. Dan kunci Kerajaan Sorga diserahkan padanya, sehingga apa yang diikat di bumi akan terimat disorga; dan apa yang dilepas di bumi akan dilepas di sorga” (dikutip dari Interpretation Of The Gospels 28).
Katekese
Apa kata orang banyak, “Siapakah Anak Manusia?Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Camkan bahwa Tuhan tidak bertanya tentang pendapat mereka sendiri. Tetapi Ia menanyakan pendapat orang banyak. Mengapa? Untuk memperlawankan pendapat orang banyak dengan pendapat mereka, para murid harus menjawab pertanyaan, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Dengan cara ini, dengan menjawab pertanyaan-Nya, mereka semakin lama semakin ditenggelamkan ke dalam makna yang yang lebih murni dan tidak jatuh pada pendangan umum yang dangkal seperti dimiliki orang banyak.
“Camkan bahwa Tuhan Yesus tidak mengajukan pertanyaan ini pada awal karya pewartaan-Nya. Tetapi setelah Ia melakukan banyak mukjizat, setelah bercakap-cakap dengan mereka melalui pelbagai macam pengajaran, dan setelah memberi mereka bukti-bukti yang kuat akan keilahian-Nya serta persatuan-Nya dengan Bapa. Hanya setelah semua itu dilakukan-Nya, Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan itu pada mereka.
“Ia tidak bertanya, “Siapakah Aku menurut para ahli Kitab dan orang Farisi?” walau mereka sering mendatangi dan bersoal jawab dengan-Nya. Tetapi Ia memulai pertanyaan dengan bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” seolah-olah bertanya tentang pendapat umum. Bahkan jika pendapat umum jauh dari benar dari pada seharusnya, pendapat itu relatif lebih bebas dari kebencian seperti pendapat para pemimpin agama, yang disampaikan dengan dorongan hati yang jahat.
“Tuhan menunjukkan betapa Ia menghendaki bahwa orang mengakui rencana keselamatan-Nya ketika ia bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” karena Ia menunjukkan keilahian-Nya, yang juga ditunjukkan di banyak tempat lain.” (dikutip dari The Gospel Of Matthew, Homily 54.1.6)
Oratio-Missio
- Tuhan, aku percaya dan mengimani bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Ambillah hidupku, kehendakku, dan semua yang ada padaku, agar semuanya menjadi milik-Mu, selamanya. Amin.
- Siapakah aku menurut Yesus? Atau apa yang perlu aku lakukan untuk ikut serta membangun Jemaat-Nya?
“et ego dico tibi quia tu es Petrus et super hanc petram aedificabo ecclesiam meam et portae inferi non praevalebunt adversum eam” – Mattaeum 16: 18