Lectio Divina 23.08.2023 – Racun Iri Hati

0
259 views
Kamu juga bekerjalah di kebunku, by Vatican News

Rabu. Pekan Biasa XX (H)

  • Hak. 9:6-15
  • Mzm. 21:2-7
  • Mat. 20:1-16a

Lectio (Mat. 20:1-16a)

Meditatio-Exegese

Jika kamu mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah berlindung di bawah naunganku

Abimelekh, anak Hakim Gideon dadi selir asal Sikhem, melakukan apa yang tidak dikehendaki Allah. Dibantu keluarga besar ibunya, ia membunuh ke-70 saudara laki-laki seayah (Hak. 8:30) untuk menjadikannya pewaris kepemimpinan ayahnya. Si bungsu, Yotam lolos dan hidup dalam pelarian.

Di Sikhem, kota asal ibunya, Abimelekh meyakinkan kerabat ibunya untuk mendukungnya menjadi raja. Tanpa penolakan, ia dinobatkan sebagai raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan.

Ironis, di tempat Yosua mengambil sumpah setia umat Israel pada Allah dan tempat ia meletakkan salinan Hukum Tuhan (Yos. 24:23-26) justru dilakukan pengingkaran dan pemberontakan melawan Allah.

Allah belum menetapkan satu wangsa pun dari bangsa itu untuk menggembalakan umat-Nya dan masih ada yang tersisa dari pewaris Gideon.

Pengangkatan Abimelekh sebagai raja dilaporkan pada Yotam, anak bungsu Gideon. Dari Gunung Gerizim, tempat Allah memberkati umat-Nya atas kesetiaan mereka (Ul. 11:29; 27:12; Yos.:8:33) ia menanggapi penobatan itu dengan perumpamaan. 

Semua pohon yang dianggap layak menjadi raja menolak penobatan karena merasa diri tidak layak dan tetap setia melaksanakan tugas pokok.

Zaitun menghasilkan minyak; ara menghasilkan manisan dan anggur menyediakan minuman.

Hanya semak duri yang mau menjadi raja atas semua pohon. Tetapi, masing-masing harus tunduk dan menyembah padanya. Ia tidak akan menjadi pelindung, tetapi bertangan besi.

Semak duri mengingatkan bahwa ia akan menindas pohon aras atau siapa, bila mereka menentangnya.

Kata semak duri (Hak. 9:15), “Biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung Libanon.”, sin autem non vultis, egrediatur ignis de rhamno et devoret cedros Libani.   

Tiga tahun setelah penobatannya, Abimelekh berperang hingga mencapai menara Tebes. Dari atas, seorang perempuan menimpakan batu kilangan dan membuat kepala orang Sikhem itu remuk.

Tak mau kehilangan kehormatan karena mati di tangan perempuan, ia meminta pembawa senjatanya menghunus pedang dan menusuknya untuk membuat nyawanya melayang (Hak. 9:50-54).

Seorang pemilik kebun anggur keluar, mencari orang untuk bekerja di kebun anggurnya

Yesus nampaknya perlu menjelaskan lebih lanjut maksud sabda-Nya, “Banyak orang yang sekarang ini pertama akan menjadi yang terakhir dan yang sekarang ini terakhir akan menjadi yang pertama.” (Mat 19:30).

Sabda itu juga diulang pada Mat. 20:16, sehingga perikop ini merupakan menjadi kisah berbingkai.

Dalam perumpamaan ini, disingkapkan kemurahan hati dan kebaikan hati pemilik kebun anggur, οικοδεσποτη, oikodespote

Sang pemilik melihat kenyataan yang saling bertentangan: kebun anggurnya menghasilkan panen berkelimpahan.

Sedangkan di luar kebun, ada begitu banyak penganggur, laki-laki dan perempuan. Bila tidak bekerja, pasti mereka tidak mendapatkan upah. Dampaknya: tidak ada makanan di meja untuk seluruh keluarga.

Lima kali sang pemilik keluar rumah untuk mencari pekerja. Sesuai kesepakatan-kontrak ia mempekerjakan orang pada pagi hari, pukul sembilan, pukul dua belas, pukul tiga dan, terakhir, pukul lima, sesuai jam kerja orang Yahudi saat itu.

Semuanya sepakat dengan besarnya upah: satu uang perak sehari. Upah dibayarkan sebelum matahari terbenam, sesuai peraturan dalam Ul. 24:14-15.

Saat menjelang matahari terbenam, ketika pembayaran dilakukan, timbullah ketidakpuasan di pihak pekerja. Pekerja yang dipekerjakan dari pagi hari menuntut bayaran lebih, karena waktu kerjanya lebih lama dibandingkan dengan pekerja yang datang pada pukul lima.

Kata mereka, “Pekerja-pekerja yang datang terakhir itu cuma bekerja satu jam. Sedangkan kami bekerja seharian di bawah panas terik matahari, namun Tuan membayar mereka sama dengan kami!”

Keluhan ini sama dengan keluhan si sulung dalam perumpamaan tentang Anak Yang Hilang dalam Luk. 15:11-32, yang juga melambangkan  bangsa Israel pada Perjanjian Lama (Kel. 4:22). Si pekerja lupa bahwa ia dan pemilik kebun anggur telah membuat kesepakatan upah.

Protes yang dilayangkannya lebih didasari oleh sikap iri hati atau dursila, karena ketidakmampuan untuk bermurah hati (Ul. 15:9). Kain membunuh adiknya, Habel, karena iri hati (Kej. 4:3-8).

Alasan ini juga dipakai para pemimpin agama membunuh Yesus (Mat. 27:18). Alasan ini juga menghambat orang Yahudi kolot menerima bangsa lain masuk dalam Perjanjian Baru (bdk. Kis. 15:1; 21:18-22).

Pemilik, kebun anggur, upah, pekerja, pasar, waktu, mandur, panen

Perumpamaan ini menyingkapkan bahwa pemilik kebun anggur adalah Allah. Ia tidak hanya membuka pintu kebun anggur-Nya, Kerajaan Surga, tetapi juga pergi ke luar rumah, mencari pekerja.

Ia mendatangi para pekerja, pria dan wanita, yang berasal dari pelbagai tempat di dunia, pasar, untuk masuk dan bekerja di kebun anggur-Nya.

Ia menawari upah, jaminan keselamatan untuk hidup, sehingga mampu ambil bagian dalam pengelolaan kebun-Nya. Setelah selesai bekerja para pekerja mengadakan perhitungan upah dengan mandur, Yesus Kristus.

Dialah yang memberi upah, keselamatan, untuk jaminan hidup si pekerja dan keluarganya.

Waktu dan saat, chronos dan kairos, terus bergerak. Keduanya merupakan masa sejarah keselamatan yang selalu menawarkan peluang untuk perubahan.

Tiap orang diharapkan mengubah iri hati, benci, dengki dan dursila menjadi murah hati, berbelas kasih dan mengampuni, agar layak menyongsong hari penghakiman.

Yang terakhir akan menjadi yang pertama dan yang pertama menjadi yang terakhir

Kata ‘pertama’ dan ‘terakhir’ dipermainkan. Orang pertama menerima panggilan Allah dan menjadi pekerja-Nya untuk keselamatan.

Tetapi para pekerja dituntut untuk memiliki disposisi atau sikap batin yang tepat, yakni: terus menerus setia pada Mandur, Yesus Kristus, dan Allah.

Bercermin dari sikap batin pekerja pertama, setiap pekerja tidak diijinkan berbalik menentang Pemilik kebun anggur.

Maka, setia pada Mandur sama dengan taat melakukan tugas pengutusan dari-Nya.

Sikap batin ini menggemakan sabda-Nya (Mat. 12:50), ”Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”, quicumque enim fecerit voluntatem Patris mei qui in caelis est ipse meus et frater et soror et mater est

Bila setia pada Mandur, para pekerja diangkat sebagai saudara-Nya laki-laki dan perempuan, bahkan ibu-Nya. Bagi mereka telah dibukakan-Nya pintu Kerajaan Surga pada saat pembaptisan-Nya (Mat 3:16).

Mereka akan selalu menjadi yang pertama (Mat 20:16), ”Begitu juga orang-orang yang terakhir akan menjadi yang pertama, dan orang-orang yang pertama akan menjadi yang terakhir.”, Sic erunt novissimi primi, et primi novissimi.

Santo Paulus mengingatkan, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (Kol 3:23-24).

Katekese

Tuhan merawat kita seperti merawat kebun anggur. Santo Agustinus dari Hippo, 354-430:

“Kamu telah mendengar dari Injil tentang perumpamaan yang sesuai untuk jaman kita sekarang ini, tentang pekerja di kebun anggur. Karena sekarang ini adalah masa panen tidak hanya untuk hal duniawi, tetapi juga masa panen hal rohani. Pada masa inilah Allah bersukacita atas buah yang dihasilkan di kebun anggur-Nya.

Ketika kita merawat Allah, Allah juga merawat kita. Tetapi kita tidak merawat Allah sebagaimana mestinya dan mengupayakan Ia lebih bersukacita. Perawatan yang kita lakukan adalah pekerjaan hati, bukan pekerjaan kedua tangan kita.

Ia mempekerjakan sebagai pekerja untuk mengolah kebun-Nya. Di situlah Ia merawat kita; Ia membuat kita menjadi lebih bersuka cita; karena demikianlah dilakukan pekerja untuk mengusahakan kebunnya lebih subur dengan mengolahnya sebaik mungkin. Dan buah yang Ia cari dalam diri kita adalah Dia, yang kita rawat.

Perawatan yang Ia lakukan pada kita adalah bahwa Ia tidak berhenti mencabut benih kejahatan dalam hati kita agar Sabda-Nya terus berakar kuat.

Dan Kita harus membuka hati seperti mencangkul dengan SabdaNya untuk menanam benih kebenaran-Nya, dan menanti buah keutamaan masak.

Karena ketika kita menerima pemeliharaan dalam hati kita, seperti merawat Diri-Nya, kita bukan tidak bersyukur pada pemilik kebun anggur, tetapi kita menyerahkan buah yang membuat-Nya bersuka cita.

Dan buah yang berikan tidak pernah membuat-Nya semakin kaya, tetapi membuat kita semakin bahagia.” (Sermon XXXVII.1).

Oratio-Missio

Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku mengabdi-Mu dengan penih suka cita dan melayani sesama dengan riang dan murah hati. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya aku dapat bekerja pada-Nya dan seperasaan dengan-Nya?

Sic erunt novissimi primi, et primi novissimi – Matthaeum 20:16

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here