Home BERITA Lectio Divina 23.10.2024 – Tak Terduga Kedatangan-Nya

Lectio Divina 23.10.2024 – Tak Terduga Kedatangan-Nya

0
0 views
Berbahagialah hamba yang melakukan tugasnya, by Vatican News

Rabu. Minggu Biasa XXIX, Hari Biasa (H)

  • Ef 3:2-12
  • Mazmur Tanggapan Yes 12:2-3.4bcd.5-6
  • Luk 12:39-48

Lectio

39 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.  40 Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” 41 Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?”

42 Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? 43  Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. 

44 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.  45 Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, 

46 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. 47 Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. 

48 Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.”

Meditatio-Exegese

Orang bukan Yahudi turut menjadi ahli waris dan anggota tubuh dan peserta dalam janji

Paulus ditangkap, dipenjara dan banding di Roma karena tuduhan orang Yahudi. Ia dituduh bahwa ia warta Injil yang disampaikannya berlawanan dengan Hukum Taurat dan membawa Trofimus, orang asing dari Efesus, ke dalam Bait Allah (Kis. 21:28-29).

Ia tidak pernah memperhatikan rantai, penjara, hakim Romawi dan sipir. Ia hanya memusatkan perhatian pada penahanannya disebabkan atas pewartaan keselamatan kepada segala bangsa dalam Yesus Kristus.

Paulus sadar sepenuhnya bahwa Allah memanggil dan menganugerahkan rahmat untuk mewartakan μυστήριον, musterion, mysterium, rahasia. Rahasia yang dimaksudnya adalah: karena warta Injil, bangsa-bangsa bukan Yahudi telah mengambil bagian dalam janji keselamatan yang dijanjikan pada bangsa Israel. Mereka semua telah menjadi satu tubuh, yakni: tubuh Kristus, Gereja.

Ia menegaskan (Ef. 3:6), “Bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus.”, esse gentes coheredes et concorporales et comparticipes promissionis in Christo Iesu per evangelium.

Dalam pewartaan Injil, Paulus sangat giat ambil bagian, terutama dalam tugas pengutusan di antara bangsa bukan Yahudi, walau di masa lampau ia menganiaya Gereja. Pelayanannya diterima oleh banyak orang dari segala bangsa, walau tak sedikit kaum sebangsanya yang menentang.

Di antara para Rasul ia merasa sangat kecil, “yang paling hina di antara para rasul” (1Kor. 5:9; 2Kor. 12:11). Tetapi di antara umat Efesus, ia lebih merendahkan diri lagi sebagai “yang paling hina di antara segala orang kudus.” (Ef. 3:8).

Di balik sikap batin yang rendah hati, Paulus justru mementingkan peran rahmat Allah. Paulus dipanggil menjadi pelayan Injil karena rahmat-Nya, bukan karena jasa dan usahanya

Pelayanan untuk menyebarkan Injil harus diteruskan oleh Gereja melalui suksesi apostolik dan keterlibatan seluruh anggota yang dibaptis. Penyebaran Injil bermakna memperkenalkan hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan kekuatan-kekuatan kosmik (Ef. 3:10).

Tujuan penyebaran Injil adalah mengajak tiap pribadi, pemerintah dan kekuatan di atas maupun di bawah tunduk pada rencana keselamatan Allah, bukan pada rencananya sendiri.

Jika tahu pukul berapa pencuri akan datang

Kedatangan kembali Anak Manusia hanya diketahui Bapa di surga. Tuhan bersabda (Mrk. 13:32), “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja.”, De die autem illo vel hora nemo scit, neque angeli in caelo neque Filius, nisi Pater.

Sejak abad pertama banyak orang terlalu mencemaskan akan hari akhir yang sering diungkapkan dengan nada pesimis sebagai hari kemurkaan, dies irae. Inilah hari pembalasan Allah atas kejahatan manusia. Nada pesimis muncul karena sikap batin yang abai pada kehadiran Allah.

Ada rentang waktu antara kedatangan-Nya yang pertama dan kedatangan-Nya kembali. Semestinya saat ini menjadi waktu untuk mempersiapkan diri menyambut-Nya. Ia mengharapkan para murid-Nya mencari wajah-Nya yang berbelas kasih.  

Santo Lukas justru dengan rinci menggambarkan perilaku jahat selama masa menanti kedatangan Sang Tuan, κυριος, kurios. Pengurus rumah mengabaikan perintah Sang Tuan. Ia memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, makan minum dan mabuk (Luk. 12:45).

Saat Sang Tuan pulang, pengurus yang jahat dibunuh dan dibuat senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Dan orang-orang yang abai pada kehendak Sang Tuan akan dipukul sesuai dengan tingkat kesalahannya.   

Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan

Anak Manusia, Yesus Kristus, seperti dalam penglihatan Nabi Daniel (Dan. 7:13-14) juga datang pada saat yang tidak diduga-duga. Ia kelak akan datang di akhir jaman dan setiap orang pasti akan menghadap ke hadirat-Nya setelah kematian.

Ungkapan iman akan kedatangan-Nya dirumuskan dalam Syahadat Para Rasul, “Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang mati.” (Puji Syukur, no. 1). Maka, Ia bersabda (Luk 12:40), Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”, qua hora non putatis, Filius hominis venit.

Kedatangan-Nya di masa yang akan datang, parousia, diawali di sini dan sekarang ini. Siapa pun yang bernurani bening pasti sadar akan kehadiran Allah, yang tinggal di antara kita, Emanuel (Mat 1:23). Ia hadir dalam peristiwa hidup sehari-hari, terutama di antara yang miskin (bdk. Mat 25:40).

Kesadaran akan kehadiran-Nya dan melayani-Nya yang hadir di antara yang miskin menjadi tolok ukur pengadilanNya. Pengadilan-Nya dilaksanakan melalui kematian. Orang Kristen mempercayai bahwa kematian merupakan pertemuan dengan-Nya dan sebagai langkah masuk dalam kehidupan abadi (bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1020).

Tentang kematian, Gereja mengajar, “Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam Kristus (bdk. 2Tim. 1:9-10). Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua.

Tetapi berulang kali Ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin (bdk. Luk. 16:22) dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik (bdk. Luk. 23:43), demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru (bdk. 2Kor. 5:8; Flp. 1:23; Ibr. 9:27; 12:23) berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa (bdk. Mat 16:26), yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia.” (Katekismus Gereja Katolik, 1021).

Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?

Setelah Tuhan mengingatkan untuk berjaga-jaga, Petrus mengajukan pertanyaan pada-Nya. Pertanyaan itu menjadi kunci untuk memahami perumpamaan ini. Di satu sisi, Yesus menekankan tiap pribadi benar-benar tidak tahu kapan Allah meminta ia menghadap-Nya untuk mempertanggung jawabkan hidup.

Di sisi lain, seraya menjawab pertanyaan Petrus, Yesus menjelaskan bahwa ajaran-Nya ditujukan pada masing-masing pendengar-Nya hingga kini. Allah akan meminta setiap orang mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya.

Ia bertanggung jawab akan tugas pengutusan yang harus ditunaikan selama hidup. Pertanggung jawaban dilakukan di hadapan pengadilan Allah berdasarkan perbuatan yang dilakukannya, entah banyak entah sedikit.   

Para bapa Konsili Vatikan II mengajar, “Tetapi karena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya, atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia hanya satu kali saja (lih. Ibr. 9:27), kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati (lih. Mat. 25:31-46), dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas (lih. Mat. 25:26) diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal (lih. Mat. 25:41), ke dalam kegelapan di luar, di tempat “ratapan dan kertakan gigi” (Mat. 22:13 dan 25:30).” (Konstitusi Dogmatik Terang Bangsa-Bangsa, Lumen Gentium, 48).

Katekese

Upah dari Allah bagi hamba yang setia dan bijaksana. Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Berbahagialah hamba yang sedang berjaga-jaga ketika Sang Tuan datang dan mendapatinya. Ganjaran yang besar dijanjikan oleh Tuan dari para hamba yang setia dan bijaksana.

Ganjaran itu seperti janji yang ia buat kepada mereka yang dikatakan padanya, “terimalah kekuasaan atas lima kota” atau “terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” (Luk. 19:17-19).

Tidak ada jalan lain untuk menjadi kepala ‘atas seluruh kepunyaan Sang Tuan’ kecuali dari pada diangkat Allah menjadi “ahli waris dan akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus” (Rm. 8:17) dan untuk memerintah bersama Kristus.

Bapa telah memberikan pada-Nya segala apa yang dimiliki-Nya, seperti sabda Kristus, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi” (Mat. 28:18).

Anak dari Bapa yang baik yang telah diberi kuasa atas seluruh kepunyaan Bapa-Nya juga membagikan kehormatan dan kemuliaan ini kepada para pembantu-Nya yang setia dan bijaksana, sehingga bersama Kristus mereka juga dapat ambil bagian dalam pemerintahan-Nya atas segala makhluk dan kuasa.

Inilah makna dari apa yang disabdakan-Nya, “Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” (Commentary On Matthew, 62)

Oratio-Missio

Tuhan, hatiku telah terpikat pada-Mu. Kuatkanlah aku dalam iman, harapan dan jadikan aku murah hati dalam kasih. Semoga aku selalu berjaga-jaga dan siap menjawab panggilakmu ketika Engkau semakin dekat pada-Ku. Amin.  

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menyongsong kedatangan Anak Manusia?

Et vos estote parati, quia qua hora non putatis, Filius hominis venit – Lucam 12:40

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here