Selasa. Minggu Paskah IV, Hari Biasa (P)
- Kis. 11: 19-26
- Mzm. 87:1-3.4-5.6-7
- Yoh. 10:22-30
Lectio
22 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. 23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. 24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.”
25 Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, 26 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. 27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. 30 Aku dan Bapa adalah satu.”
Meditatio-Exegese
Hari raya Pentahbisan Bait Allah
Yesus sangat pandai menggunakan kesempatan untuk menyatakan jatidiri-Nya. Saat ambil bagian dalam perayaan Hari Raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, Ia menyatakan diri-Nya (Yoh. 8:12), “Akulah terang dunia.”, εγω ειμι το φως του κοσμου, ego eimi to phos tou kosmou, Ego sum lux mundi.
Maka dalam Terang-Nya, tiap murid-Nya mengenal Allah dan menemukan jalan yang benar untuk bersatu dengan-Nya. Ratusan tahun sebelumnya, pemazmur bermadah, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm. 119:105).
Hari raya ini memperingati salah satu episode dalam sejarah bangsa Yahudi ketika Yudas Makabe membebaskan Yerusalem dari wangsa Seleusid, penguasa dari Siria pada tahun 165 SM (bdk. 1Mak. 4:36-59; 2Mak. 1-2:19; 10:1-8).
Para pejuang yang dipimpin Yudas Makabe memungkinkan Bait Suci disucikan kembali setelah dilecehkan oleh Antiokhus Epifanes (1Mak. 1:54). Mulai saat itulah, pada hari ke dua puluh lima bulan Kislev (November-Desember) dan sepanjang minggu, seluruh kaum Yahudi merayakan ulang tahun penyucian altar yang baru.
Perayaan ini juga disebut sebagai Hari Raya Terang atau Hanuka, saat umat menyalakan lampu-lampu sebagai lambang Taurat Tuhan. Lampu-lampu itu digantung di jendela-jendela rumah (bdk. 2Mak. 1:18). Saat inilah di Palestina malam berlangsung lebih panjang dari pada siang.
Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami
Ketika orang Yahudi meminta Yesus untuk berterus terang apakah Ia sungguh Sang Mesias, Yang Diurapi, Santo Agustinus menjelaskan, “Mereka bertanya dengan cara ini bukan karena mereka mengharapkan kebenaran, tetapi memasang perangkap untuk menjerat Yesus.” (In Ioannis Evangelio, 48, 3).
Kita telah menyaksikan Yesus menyingkapkan diri-Nya sendiri melalui sabda dan karya. Kesaksian-Nya membuktikan Ia adalah Putera Tunggal Allah (Yoh. 5:19-47; 7:16-52; 8:25-59).
Dengan terus terang Ia menyingkapkan pada perempuan Samaria (Yoh. 4:26) dan orang yang lahir buta (Yoh. 9:37) bahwa Ia adalah Mesias, Kristus, dan Penyelamat.
Sekarang Ia mengecam pendengar-Nya karena mereka menolak karya yang dilakukan atas nama Bapa-Nya (bdk. Yoh. 5:36; 10:38). Pada kesempatan lain, Ia menyatakan cara untuk membedakan karya-Nya dari pada karya nabi-nabi palsu, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Mat. 7:16; bdk. Mat. 12:33) .
Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal
Iman dan hidup kekal bukan berasal dari jasa manusia, tetapi merupakan anugerah Allah. Tuhan juga tidak pernah ingkar untuk menganugerahkan rahmat yang dibutuhkan agar manusia percaya dan diselamatkan, karena Ia “menghendaki supaya semua manusia diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan Kebenaran.” (1Tim. 2:4).
Maka, bila seseorang menolak anugerah iman, ketidakpercayaannya itulah sumber kesalahan. Tentang hal ini, Santo Thomas Aquinas mengajarkan, “Aku dapat melihat, terima kasih atas sinar matahari. Tetapi jika aku menutup kedua bola mataku, aku tidak dapat melihat.
Hal ini bukan karena kesalahan matahari, tetapi kesalahanku sendiri. Karena dengan menutup mata, aku menghambat sinar matahari menyentuh diriku.” (Commentary on St. John, ad loc.).
Manusia yang tidak menolak anugerah Allah datang dan percaya pada Yesus. Mereka dikenal dan dikasihi-Nya. Mereka ada dalam perlindungan dan kawanan-Nya, serta pada mereka Ia menganugerahi hidup kekal.
Dalam perlindungan-Nya mereka tidak berkekurangan. Bila terluka, mereka dirawat. Mereka aman dalam satu kawanan dan tidak cemas akan ancaman bahaya dan musuh.
Yesus, Sang Gembala, melindungi dan menopang mereka. Ia jauh lebih kuat dan perkasa dari pada kekuatan iblis.
Tetapi, para domba dituntut untuk selalu mendengarkan suara Sang Gembala. Suara-Nya harus dikenali dan diikuti, supaya tiap domba selalu ada dalam penggembalaan-Nya. Dalam penggembalaan-Nya tiap domba pasti selamat.
Sabda-Nya (Yoh. 10:27-28), Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka.”, et ego cognosco eas, et sequuntur me; et ego vitam aeternam do eis, et non peribunt in aeternum.
Aku dan Bapa adalah satu
Yesus menyingkapkan diri bahwa Ia sehakikat dengan Bapa. Bagi orang Yahudi, Ia dianggap menyamakan diri-Nya dengan Allah. Alasan ini cukup untuk menjatuhi-Nya hukum mati (bdk. Yoh. 5:18; 8:59).
Dalam perjalanan sejarah, dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel, Gereja merumuskan iman, consubstansialem Patri, sehakikat dengan Bapa. Kini Ia bersabda tentang misteri Allah yang hanya dapat kita pahami melalui pernyataan diri-Nya.
Santo Agustinus dari Hippo mengundang kita untuk merenung, “Dengarkan Putera Allah. “Aku dan Bapa adalah satu”. Ia tidak bersabda, “Aku adalah Bapa” atau “Aku dan Bapa adalah satu pribadi (persona)”.
Namun ketika Ia bersabda, “Aku dan Bapa adalah satu.”, perhatikan dua kata ‘[kami adalah]’ dan ‘satu’ … Karena jika mereka satu, maka mereka tidak berbeda. Jika ‘[kami adalah]’, maka pribadi itu adalah Bapa dan Putera.” (In Ioannis Evangelio, 36, 9).
Sabda-Nya (Yoh. 10:30), “Aku dan Bapa adalah satu.”, Ego et Pater unum sumus.
Katekese
Kuasa Tangan Kristus. Santo Clement dari Alexandria, 150-215:
“Umat juga menerima uluran tangan Kristus, sehingga setan tidak dapat menjerat mereka. Mereka yang terus menerus mengalami suka cita karena melakukan kebaikan tetap tinggal dalam perlindungan tangan Kristus.
Maka tak tak ada seorang pun atau apa pun yang mampu menjauhkan mereka dari kebahagiaan yang dikaruniakan kepada mereka. Tak seorang pun mampu memasukkan mereka ke dalam penguhukuman atau penyiksaan. Karena siapa pun yang tinggal dalam perlindungan tangan Kristus tidak mungkin dijauhkan dari-Nya untuk dihukum.
Ia memiliki kuasa yang demikian agung. Karena ‘tangan’ dalam Kitab Suci bermakna ‘kuasa’. Maka, kuasa itu tak dapat diragukan lagi, karena tangan Kristus tak terkalahkan dan berkuasa atas segala sesuatu.” (Commentary On The Gospel Of John 7.1)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkaulah Gembala yang baik. Engkau selalu menyediakan yang terbaik bagiku. Aku berharap dan percaya pada-Mu. Bukalah telingaku untuk mendengarkan suara-Mu dan melakukan kehendak-Mu. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan agar aku tinggal dalam naungan-Nya?
Ego et Pater unum sumus – Ioannem 10:30