Jumat. Pekan Biasa XII. Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus (P)
- Yeh. 34:11-16.
- Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6.
- Rm. 5:5b-11.
- Luk. 15:3-7.
Lectio
3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 4 “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
Meditatio-Exegese
Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya
597 Sebelum Masehi, Nebukadnezar, raja Babilon, menyerang Kerajaan Yehuda dan memaksa kerajaan terakhir Israel menyerah. Istana dan Bait Suci dijarah. Raja, para bangsawan, pejabat ditawan dan dibuang ke Babel, termasuk Yehezkiel.
Seorang raja boneka diangkat untuk memerintah atas nama penakluk, tetapi, di kemudian hari memberontak. Hingga akhirnya, kerajaan itu ditumpas habis pada penyerbuan kedua, 587. Yerusalem dan Bait Suci dihancur-leburkan. Lebih banyak orang dipaksa pergi ke pembuangan.
Di antara dua peristiwa itu Yehezkiel dipanggil sebagai nabi, pada tahun 597. Ia melayani umat Allah sejak awal mula pembuangan bangsa Israel, khususnya Yehuda.
Mengabaikan peringatan Nabi Yehezkiel akan penghancuran dan pembuangan, Yerusalem memberontak dan ditindas Babilon pada 597. Namun, tak semuanya lenyap. Sang nabi kini dipanggil untuk menguatkan hati umat bahwa Allah akan memulihkan mereka kembali.
Melalui mulut Nabi Yehezkiel, Allah bersabda, “Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.”, Ecce ego ipse requiram oves meas et visitabo eas.
Penggunaan kata ganti pertama, Aku dan sendiri menyingkapkan bahwa hanya Allah, Dia saja, yang akan memperhatikan dan mencari domba-domba. Ia tidak percaya lagi pada gembala-gembala yang dipanggil-Nya.
Perilaku gembala atau pemimpin umat Israel seperti parasit dan kanibal (Yeh 34:2). Mereka tidak membantu, tetapi memaksa para domba memenuhi kepentingan dan nafsu mereka. Hedonis, koruptif, kriminal, licik dan selalu mengubah hukum menjadi racun bagi kaum miskin.
Pengabaian pada kawanan membuat domba-domba berserakan, berpencar dan mudah dimangsa binatang hutan (Yeh. 34:4-6). Maka, Allah sendiri berjanji akan memulihkan kerusakan yang dibuat para gembala palsu.
Allah pasti bertindak sebagai Gembala yang baik (bdk. Kej. 48:15; Mzm. 23; Mrk. 6:34; Yoh. 10:1-18). Ia mencari dan mengumpulkan kawanan dombanya yang telah terserak ke mana-mana.
Ia menyelamatkan mereka dari segala penjuru, di tempat mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan, saat penghancuran Yerusalem, Bait Allah dan perjalanan panjang ke timur, pembuangan di Babel (Yeh 34:12). Dan Ia membawa mereka pulang ke tanah mereka sendiri.
Ia akan menggembalakan dan mencarikan padang rumput di gunung-gunung Israel, sumber-sumber air yang segar dan menempatkan mereka berdiam di masing-masing tempat kediaman mereka. Allah akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel yang tinggi.
Di tempat-tempat inilah bangsa itu mendirikan mezbah bagi Baal, berhala yang mereka sembah dan melupakan Allah.
Maka, dengan cara ini Allah akan memulihkan kedaulatanNya dan mengembalikan kesuburan tanah yang dibuat gersang, kebun anggur yang ditelantarkan, dan kota yang dikosongkan (bdk. Yer. 9:9-11; Yer. 25:11)
Bertindak sebagai Gembala yang baik, belas kasih-Nya merentang pada tanpa batas. Ia menggembalakan domba sebagaimana seharusnya.
Ia bersabda melalui Nabi Yehezkiel (Yeh. 34:16), “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi.”, Quod perierat, requiram et, quod eiectum erat, reducam et, quod confractum fuerat, alligabo et, quod infirmum erat, consolidabo et, quod pingue et forte, custodiam et pascam illas in iudicio.
Yang dinubuatkan Nabi Yehezkiel dipenuhi Yesus Kristus, saat Ia bersabda (Yoh. 10:11), “Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.”, Ego sum pastor bonus; bonus pastor animam suam ponit pro ovibus.
Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat
Santo Lukas melukiskan belas kasih Allah dalam tiga kisah berurutan: domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang. Ketiga kisah ini hanya memiliki citra yang tunggal : betapa berharganya setiap pribadi di hadapan Allah, Bapa.
Ketiga kisah itu juga menyingkapkan makna terdalam inkarnasi dan hidup Tuhan di dunia : keselamatan bagi semua. Tak seorang pun dibiarkannya tinggal di luar pesta perjamuan belas kasihNya.
Setiap pribadi diundang, “Bersukacitalah bersama aku”.
Ia mengundang tiap pribadi untuk menjadi tamu-Nya dan ambil bagian dalam suka cita-Nya. Namun, ternyata, ada sekelompok orang yang tidak mau ambil bagian, dan justru menentang undangan-Nya. Kelompok ini menganggap bahwa menerima bangsa lain berarti menentang ajaran Yesus Kristus.
Maka, Santo Lukas, sang tabib, hendak menyingkapkan Allah yang berkenan membuka hati dan merentangkan tangan untuk menyambut semua, tanpa kecuali. Yesus menampakkan wajah Allah yang kaya akan belas kasih, Deus autem qui dives est in misericordia (Ef 2:4, vulgata).
Memperhatikan permainan kata: 99 dan 9, Allah menghendaki keutuhan: 100 dan 10. Ia tidak akan pernah meninggalkan seorang pun tertinggal, terbuang atau tersingkirkan. Satu hilang, bagi Allah, begitu penting untuk dicari, ditemukan, dipanggul dan dibawa pulang.
Dalam membina jemaat Santo Lukas mengecam mentalitas pembuangan, penyingkiran dan pengabaian. Komunitas iman tidak boleh bermentalitas ini 99 ekor domba dan itu seekor domba. Seolah-olah yang berjumlah banyak adalah yang terbaik; sedangkan yang sedikit yang terburuk.
Namun dalam kenyataan, mungkin juga terjadi hanya tinggal satu domba yang benar; sedangkan jumlah yang banyak itu pergi menyesatkan diri.
Maka, dalam membina jemaat Santo Lukas memandang setiap pribadi, setiap domba, sangat berarti bagi Allah dan jemaat. Tidak boleh berkembang cara pandang seperti kaum Farisi dan ahli kitab, “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” (Yoh 18:14).
Kehilangan satu di antaranya
Sebenarnya, mengabaikan seekor domba tidak menjadi masalah besar bagi si gembala. Mereka masih memiliki sembilan puluh sembilan ekor domba. Tetapi, seekor tetap berharga mahal baginya, dan, terlebih, nilai tanggung jawab.
Karena, kalau ia seorang upahan, pertanggung jawaban atas pekerjaan pasti dituntut oleh yang empunya. Bila milik keluarga, bapa keluarga pasti bertanya dan meminta penjelasan secara terinci.
Ketika mendapati seekor domba hilang, si gembala segera meninggalkan yang 99 tetap dalam kawanan. Ia tidak khawatir, karena dalam kawanan domba-domba itu akan aman. Sedangkan yang tersesat, pasti, akan panik, tertekan dan ketakutan.
Saat sendirian dan dalam kepanikan dan ketakutan, si domba yang hilang rentan terhadap serangan pemangsa ganas, seperti serigala dan pencuri.
Sang gembala terus berusaha mencari ke setiap jengkal padang gembalaan dan gurun sampai domba yang hilang itu ditemukan. Ia khawatir karena domba itu “meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut.” (Mzm 49:15).
Si gembala segera mencari, tanpa pernah mengenal kata: menyerah. Ia tidak berpikir untuk kembali atau pulang. Nampaknya ia tidak memperhatikan yang sembilan puluh sembilan ekor. Bahkan, ia pergi sampai menemukannya.
Hatinya begitu terikat, pikirannya terlekat, dan tenaganya tercurah hanya untuk satu yang hilang. Ia mencari ke setiap jengkal tanah dan bebatuan, memeriksa jejak kaki, yang begitu dikenalinya, seperti Allah yang telah melukiskan engkau di telapak tanganNya (Yes. 49:16).
Sang gembala bertanya pada keheningan gurun, mendengarkan apakah ada gema suara domba yang hilang itu. Ia terus memanggil nama dan mengulang-ulang suara yang dikenal si domba. Harapannya: yang hilang mengenal suara panggilan itu. Akhirnya, ia menemukan yang hilang.
Tanpa menghukum domba, ia meletakkannya di pundak, membawanya pulang dengan suka cita. Tak diceritakan lagi tentang 99 domba yang tidak tersesat. Catat: domba tanpa gembala pasti mati, seperti ranting terpisah dari pokok anggur.
Sabda-Nya (Yoh. 15:5), “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”, Ego sum vitis, vos palmites. Qui manet in me, et ego in eo, hic fert fructum multum, quia sine me nihil potestis facere.
Domba yang hilang memanggil setiap anggota komunitas iman untuk: membebaskan diri dari praduga pasti ia bersalah, dan menanggalkan kuk kenyamanan yang dinikmati. Tetapi juga, memanggil untuk menempat diri ada posisi pendosa, yang najis dan perampok.
Di padang gurun
Padang gurun merupakan tempat yang nampaknya adil, tanpa dosa, benar, dan tak bernoda. Tetapi tempat ini belum menjadi bagian dari Tanah Terjanji.
Orang-orang Farisi dan ahli Kitab masih ada di luar, jauh dari tempat yang penuh suka cita, di seberang tempat belas kasih melimpah ruah. Sama seperti yang belum menerima undangan ke perjamuan raja atau yang mengundurkan diri, atau berdalih untuk tidak datang.
Setiap orang yang berada di gurun, seperti yang hilang itu, pasti tidak masuk ke dalam rumah. Tidak duduk mengelilingi meja si gembala.
Meja perjamuan disiapkan sendiri oleh Tuhan: Tubuh-Nya dan Darahnya. Ia sendiri, Sang Gembala menjadi Domba tak bercela, yang mencurahkan hidup bagi dunia, agar yang bersatu denganNya memiliki hidup.
Barang siapa tidak mengasihi saudara-saudarinya, yang tidak membuka hati untuk belas kasih, seperti Sang Gembala pada kawanan dombaNya, tidak diijinkan masuk dalam ruang perjamuan. Mereka harus tinggal di luar, di gurun. Di situ pasti tidak tersedia roti, air, padang rumput, atau kandang domba untuk berlindung.
Yesus makan bersama dengan pendosa, pemungut cukai dan pelacur, yangan yang paling kecil, yang dicampakkan. Bagi mereka Ia mempersiapkan perjamuan-Nya “dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.” (Yes. 25:6).
Undangan-Nya juga berlaku untuk anda dan saya.
Katekese
Allah, Sang Gembala domba. Santo Agustinus, Uskup Hippo, 354-430.
“Tuhan terus menjaga kita ketika kita berjaga dan ketika kita terlelap. Jika sekawanan domba aman dalam penjagaan gembala manusiawi, betapa kita jauh lebih aman, karena kita memiliki Allah sebagai gembala. Bukan karena Ia berkehendak mengajar dan membantu kita; tetapi karena Ia adalah Pencipta kita.
“Dan hai kamu domba-domba-Ku, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan.” (Yeh. 34:17). Mengapa ada kambing jantan ditemukan di antara kawanan Tuhan?
Kambing yang akan ditempatkan di sebelah kiri, dan domba yang akan dipanggil ke sebelah kanan Allah, ditemukan di padang rumput yang sama dan di tepi anak sungai yang sama. Ia berkehendak mengumpulkan keduanya dan kemudian akan memisahkannya.
Domba memiliki kesabaran dan hati yang lembut setelah mereka meneladan kesabaran dan kelembutan hati Allah. Kelak, Ia memisahkan kawanan itu, beberapa ditempatkan di kanan dan yang lain di kiri.” (Sermones, 47).
Oratio-Missio
Tuhan, terangilah kami agar kegelapan dosa di hati kami sirna dan kami dipulihkan. Buatlah kami menjadi terang-Mu yang memancar di lingkungan hidup kami sehari-hari agar sesama kami melihat kasih, kebenaran, damai dan harapan di dalam Engkau. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan supaya tidak jatuh dalam dosa dan tersesat dari jalan Tuhan?
epulari autem et gaudere oportebat, quia frater tuus hic mortuus erat et revixit, perierat et inventus est – Lucam 15:32