Senin. Pekan Biasa XVI (H)
- Kel. 14:5-18
- Mzm. Tanggapan Kel. 15:1-6
- Mat. 12:38-42
Lectio
38 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” 39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. 41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga.
Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus. 42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo.”
Meditatio-Exegese
Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku
Firaun ingkar janji. Ia mencabut persetujuannya agar bangsa Israel pergi untuk beribadat kepada Allah dan memohonkan berkat baginya (Kel. 12:31-32), seperti yang telah dilakukannya sebelumnya (Kel. 8:1-11; Kel. 8:16-28; Kel. 9:22-35; Kel. 10:16-20).
Firaun kemudian mengambil tindakan militer untuk menghentikan pelarian bangsa Israel. Tindakannya segera, tidak menunda-nunda: mempersiapkan kereta perang, pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki.
Masing-masing kesatuan bergerak cepat untuk mengejar bangsa Israel. Akhirnya, mampu mendekati umat Israel di dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon.
Gerakan pasukan Mesir menandai keputus asaan mereka menghadapi umat yang tanpa pasukan bersenjata terlatih. Seluruh bangsa itu harus dibawa kembali dipekerjakan paksa dan menyelesaikan seluruh proyek pembangunan besar yang mereka rancang.
Maka, seluruh kekuatan militer dan negara anti-Allah digerakkan untuk mengejar-kejar umat-Nya. Tindakan itu melukiskan akan apa yang akan dialami para utusan Allah, seperti dialami Esther dan Yudit. Para murid Kristus pun mengalami hal serupa.
Saat kekuatan militer Mesir makin dekat, bangsa pilihan Allah makin ketakutan. Rasa takut itu melenyapkan kepercayaan mereka pada Musa dan Allah. Yang ada dihadapan mereka adalah kematian yang datang segera.
Mereka memilih tetap diperbudak di Mesir dari pada hidup sebagai orang merdeka. Kata mereka, “Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini.” (Kel. 14:12). Mereka tidak sadar kalau mereka dipimpin oleh Tangan yang dinaikkan (Kel. 14:8).
Namun Musa meyakinkan mereka untuk tidak takut dan percaya bahwa Allah akan berkarya membebaskan mereka. Tuhan akan berjuang untuk mereka dan mereka hanya perlu diam.
Sebaliknya, Allah justru menegur Musa karena tindakan bodohnya. Kalau Musa menyuruh seluruh bangsa berhenti dan diam di tempat, Allah menyuruh Musa terus bergerak. Dengan demikian, peristiwa pembebasan bukan melulu karya Musa, tetapi pekerjaan Allah.
Sabda-Nya (14:16), “Angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering.”, Tu autem eleva virgam tuam et extende manum tuam super mare et divide illud, ut gradiantur filii Israel in medio mari per siccum.
Kisah pembebasan dari perbudakan Mesir menjadi salah satu pertunjukan sempurna akan kuasa dan kemenangan Allah atas seluruh kuasa baik kelihatan maupun tak kelihatan. Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya.
Origenes, guru dari Alexandria, menulis, “Demikian juga kamu, jika kamu menjauhkan diri dari bangsa Mesir dan menjauh dari kuasa setan, kamu akan menyaksikan pertolongan besar yang disediakan bagimu tiap hari. Perlindungan juga disediakan bagimu. Yang diminta dari kamu hanya teguhlah dalam beriman dan janganlah kamu takut dan digentarkan oleh pasukan berkuda Mesir atau kebisingan roda kereta perang mereka.” (Homiliae in Exodum, 5, 4).
Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus
Yesus sedang bertukar pendapat dengan para pejabat majelis agama. Kali ini Ia bertukar pendapat dengan ahli Taurat dan kaum Farisi, yang meminta tanda pada-Nya.
Yesus telah membuat mukjizat: menyembuhkan orang kusta (Mat. 8:1-4), pembantu perwira Romawi (Mat. 8:5-13), ibu mertua Petrus (Mat. 8:14-15), orang sakit dan kerasukan (Mat. 8:16).
Ia juga telah menenangkan danau yang bergolak karena badai (Mat. 8:23-27), mengusir setan (Mat. 8:28-34), dan banyak tanda heran lainnya.
Tetapi, tanda-tanda itu belum cukup meyakinkan bagi para pemimpin agama. Mereka tidak mampu menangkap makna di balik tanda. Mereka menghendaki tanda yang luar biasa.
Tentu keyakinan para pemimpin agama berbeda dengan umat biasa, yang memandang Yesus sebagai Hamba Yahwe (Mat. 8:17; 12:17-21).
Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda
Para pemuka agama itu berkata, “Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” Mereka menghendaki Yesus membuat mukjizat untuk membuktikan apakah Ia benar-benar utusan Allah sesuai dengan gagasan dan harapan mereka. Mereka menghendaki kepastian dari-Nya.
Mereka ingin memaksakan paham mereka sendiri tentang Mesias yang dinantikan. Wawasan pikir mereka telah beku, sehingga tiada keterbukaan hati untuk melihat dan menimbang tanda-tanda heran yang telah dibuat Yesus. Maka, mereka tidak tahu apa-apa tentang karya Yesus.
Menanggapi permintaan mereka, Yesus bersabda (Mat. 12:39), ”Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda.”, Generatio mala et adultera signum requirit.
Ungkapan yang digunakan adalah ‘mala et adultera’ untuk menerangkan kata angkatan. Kedua kata sifat itu bermakna: ‘jahat’ dan ‘seperti sundal’.
Sabda Yesus sangat keras mengecam para ahli Taurat dan kaum Farisi. Ia menggemakan kemarahan Nabi Hosea pada umat Israel, “sebab ibu mereka telah menjadi sundal; dia yang mengandung mereka telah berlaku tidak senonoh.” (Hos. 2:4).
Mereka menulikan diri dari sabda Allah. Membutakan diri terhadap perilaku sesuai sabda-Nya. Akhirnya, melakukan segala yang jahat dengan membabi buta.
Injil Markus, ternyata, melukiskan kesedihan hati Yesus karena permintaan atas tanda ini (Mrk 8: 12). Hati-Nya terluka karena mata hati mereka telah buta dan tidak mau disembuhkan. Mereka yang buta pasti tidak melihat. Tanda yang mereka terima hanyalah tanda Yunus.
Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus
Dengan tanda Yunus Yesus sebenarnya mau menyingkapkan misteri wafat dan kebangkitan-Nya. “Kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Mat. 12:40) .
Inilah tanda yang harus mereka baca sebagai bukti sahih akan pribadi, tugas perutusan dan pengajaran Yesus.
Santo Paulus mengakui bahwa Yesus Kristus “telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” (1Kor. 15:3-4).
Rumus Santo Paulus ‘sesuai dengan Kitab Suci’ terus bergema sepanjang sejarah Gereja melalui Credo Nicea-Konstantinopel, pengakuan iman yang digunakan dalam teks Misa.
Tentang pralambang Yunus, Tuhan juga bersabda secara singkat, setelah membuat mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka (Luk. 24:45-46), “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, Sic scriptum est, Christum pati et resurgere a mortuis die tertia.
Apa yang membuat orang bertobat adalah kesaksian, bukan mukjizat. “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus.” (Mat. 12:41).
Penduduk Niniwe bertobat karena kesaksian Yunus. Maka, mereka mengecam ketidak percayaan para pemuka agama Yahudi, “dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”
Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!
Pertobatan orang Ninive juga terkait erat dengan kisah ratu dari Selatan yang menemui Salomo, karena hikmatnya. “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga.” (Mat 12:42).
Para pemuka agama Yahudi gagal mengenali bahwa yang mereka ajak bicara adalah Kristus, Hikmat Allah (1Kor. 1:24).
Katekese
Salib sebagai batu sandungan. Guru tanpa nama dari Gereja Perdana.
“Apakah tanda Yunus itu? Salib sebagai batu sandungan. Maka, yang menyelamatkan bukanlah pengetahun mereka yang menentang iman, tetapi mereka yang percaya akan ajaran yang benar pasti diselamatkan. Karena salib Kristus menjadi batu sandungan bagi mereka yang menentang pengajaran akan keselamatan.
Santo Paulus memberi saksian ini, “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” (1Kor. 1:23-24).
Mengapa orang Yahudi mencari tanda dan orang Yunani mencari kebijaksanaan? Allah telah menunjukkan tanda yang menjadi batu sandungan, yaitu: salib, bagi orang Yahudi dan orang Yunani. Maka, siapa pun yang hendak menemukan Kristus tidak melalui iman tetapi melalui kebijaksanaan akan mati karena batu sandungan kebodohan.
Siapa pun yang hendak mengenal Anak Allah bukan melalui iman tetapi melalui pamer tanda akan terjebak dalam ketidak-percayaan mereka, karena jatuh pada batu sandungan kematian-Nya.
Walaupun orang Yahudi tahu akan kematian Kristus, mereka tidak memperhitungkan sebagai mukjizat. Mereka tetap memenganggap Kristus hanya sebagai manusia biasa.
Bahkan orang Kristen, tidak seperti yang seharusnya mereka percayai, enggan mewartakan Anak Allah yang tunggal, Yang Disalibkan, Yang Mahamulia, karena kematian-Nya.” (Incomplete Work On Matthew, Homily 30)
Oratio-Missio
Tuhan, penuhilah hatiku dengan Roh Kudus, agar aku tumbuh dalam kebijaksanaan dan pengetahuan akan kasih dan kebenaran-Mu. Bebaskanlah aku dari sikap keras kepala dan sombong, agar aku selalu mau melakkukan kehendak-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk tidak menolak pertobatan?
et ecce plus quam Iona hic! – Matthaeum 12:3