Kamis – Pesta S. Bartolomeus, Rasul (M)
- Why. 21:9b-14.
- Mzm. 145:10-13b.17-18.
- Yoh. 1:45-51.
Lectio
45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” 46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah.” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” 48 Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” 50 Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.”
51 Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Meditatio-Exegese
Filipus dan Bartolomeus
Sulit untuk lansung mempercayai dan mengimani Yesus walau telah diberi kesaksian tentang-Nya. Kisah perjalanan itu dialami juga oleh Bartolomeus.
Tentang pribadi Santo Bartolomeus, Paus Benedictus XVI mengajar, “Pada daftar kuna tentang para Kedua belas Rasul, namanya selalu ditulis sebelum Matius.
Sedangkan nama-nama sesudahnya beragam. Nama itu bisa saja Filipus (bdk. Mat. 10:3; Mrk. 3:18; Luk. 6:14) atau Thomas (bdk. Kis. 1:3).
Namanya pasti diwarisi dari ayah, karena nama itu dirumuskan dengan acuan jelas pada nama ayahnya. Mungkin nama itu berasal dari kata bahasa Aram, bar Talmay, yang bermakna: ‘anak Talmay’.
Kita tidak memiliki informasi khusus tentang Bartolomeus. Hanya saja namanya selalu dan hanya muncul dalam daftar-daftar Kedua belas Rasul yang disebut di atas. Maka ia tidak pernah menjadi tema pokok dari suatu kisah atau narasi.
Namun, dalam tradisi Gereja, ia diidentifikasi sebagai Natanael, yang bermakna ‘Allah memberi’.” (Audiensi Umum, Lapangan Santo Petrus, Rabu, 4 Oktober 2006).
Kami telah menemukan Yesus, anak Yusuf dari Nazaret
Filipus begitu menggebu menceritakan pada Natanael, yang dikenal juga sebagai Bartolomeus dalam Mat. 10:3 dan Luk. 6:14, kalau ia telah bertemu dengan Yesus dan memutuskan untuk mengikuti-Nya. Terlebih ia meyakinkan Natanael bahwa Yesus adalah nabi yang dinanti-nantikan.
Filipus meyakini nubuat Nabi Musa, “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ul. 18:15).
Sebagai orang Yahudi saleh, Natanael pasti telah mendengar, diajar dan memahami bahwa Mesias harus datang dari keturunan Daud dari Bethlehem. Maka yang disampaikan Filipus pasti berlawanan dengan keyakinan yang tertanam di hatinya.
Natanael meyakini nubuat Nabi Mikha, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mi. 5:2).
Maka, saat ia mendengar bahwa Yesus berasal dari Nazaret, ia sangat kecewa. Kata-kata Filipus berlawanan dengan nubuat para nabi (bdk. Santo Yohanes Chrysostomus, Homily on Saint John, 20,1).
Nazaret, bagi Natanael, tidak termasuk dalam lintasan sejarah keselamatan Allah. Dengan kata lain, ia bertanya-tanya apakah benar seorang Mesias akan datang dari Nazaret.
Katanya (Yoh 1:46), “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”, A Nazareth potest aliquid boni esse?
Barangkali Natanael memikirkan seorang guru agama yang hebat muncul dari Nazaret. Dan seorang guru pasti berlainan dengan seorang Mesias yang diyakininya.
Mesias itu pasti gagah, berwibawa, dan penuh kuasa. Ia akan menaklukkan penjajah dan membebaskan Israel.
Tetapi apakah ia sungguh-sungguh guru yang berpegang pada firman Allah dan mengajarkan kebenaran atau ia justru menyeret pada kehancuran. Siapa tahu ia justru telah terpengaruh oleh paham-pahan yang berasal dari kekafiran.
Orang Galilea, yang dihuni Suku Zebulon dan Naftali, termasuk Nazaret, sangat dekat dan rapat bergaul dengan orang yang berasal dari bangsa lain.
Santo Matius menulis, “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain.” (Mat. 4:15; bdk. Yes. 8:23).
Menanggapi keraguan Natanael, Filipus dengan cerdik dan bijak mengulang sabda Yesus (Yoh 1:39), “Marilah dan kamu akan melihat-Nya.”, Venite et videbitis.
Ungkapan Filipus rupanya mencerminkan kesulitan Jemaat Gereja Perdana dalam menyampaikan Warta Sukacita tentang Yesus Kristus. Mereka tidak mewartakan ajaran tentang Yesus, tetapi mewartakan Seorang Pribadi, Yesus Kristus. Mereka tidak memiliki risalah atau ajaran tentang Yesus.
Yang mereka wartakan adalah Yesus, yang sengsara, wafat dan bangkit dari kematian pada hari ketiga. Maka, jawaban Filipus bermakna undangan: untuk menjumpai, mengalami, membagikan pengalaman, memberi kesaksian dan mengantar pada Yesus.
Katanya (Yoh. 1:45), ”Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”, Quem scripsit Moyses in Lege et Prophetae invenimus, Iesum filium Ioseph a Nazareth.
Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!
Saat Yesus berjumpa dengan Natanael, Ia bersabda, “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya.”
Sabda-Nya menegaskan Ia telah mengenal Natanael sebelum ia ditemui sahabatnya, Filipus.
Yesus telah melihatnya di bawah pohon ara. Pohon yang menghasilkan buah sangat manis dan bernilai gizi tinggi ini melambangkan Israel (bdk. Mi. 4:4; Za. 3:10).
Seorang Israel sejati adalah seseorang yang mengenal dirinya sendiri dengan baik dan mampu menjadikan dirinya, dengan bantuan rahmat-Nya, pelaksana rencana Allah.
Natanael adalah pribadi yang percaya pada Allah, jujur mencari Allah, seperti Yakub, Israel; dalam hatinya tidak ada kelicikan seperti Esau (Kej. 25:27).
Ia menantikan Sang Mesias yang akan datang pada saat yang telah ditetapkan (bdk. Yoh. 7:41-42.52). Inilah alasan mengapa, pada awal mula ia tidak mau menerima Yesus.
Tetapi, ketika ia mengalami perjumpaan dengan Yesus, ia mengalami bahwa Yesus membantunya mengenal-Nya, setahap demi setahap, siapa diri-Nya.
Ia mengenenal-Nya secara pribadi, membuang keraguannya.
Akhirnya, ia mengubah cara pikir-menimbang dalam hati-bertindak, menerima dan, puncaknya, mengimani Yesus (Yoh. 1:49), ”Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”, Tu es Filius Dei, tu rex es Israel!
Pengakuan imannya membuka pintu hatinya untuk mengenal pridadi Yesus dan rencana Allah baginya. Rencana keselamatan yang ditawarkan Yesus serupa dengan apa yang dialami Yakub, “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Ia akan mengalami bahwa Yesus mengantarkan dan menyatukan manusia dengan Allah. Apa yang dirindukan Yakub, Israel, menjadi nyata dalam diri-Nya (bdk. Kej. 28:10-22; Dan. 7:13-14).
Di akhir pengajarannya, Paus Benediktus menyimpulkan, “Kita dapat menyimpulkan bahwa, walau kita tidak memiliki informasi lengkap tentang Santo Bartolomues, ia tetap berdiri teguh di muka kita sambil tetap mengingatkan bahwa kita harus tetap terlekat dan menghayati kesetiaan kita pada Yesus.
Kita juga dapat bersaksi tanpa melakukan karya yang luar biasa hebat. Yesus sendiri, yang kepadaNya masing-masing diminta untuk mempersembahkan hidup dan mati, selalu dan tetap luar biasa.” (Audiensi Umum, Lapangan Santo Petrus, Rabu, 4 Oktober 2006).
Katekese
Tuhan atas para malaikat. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
“Apakah kamu mengerti bagaimana Yesus menghantar Nathanael tahap demi tahap dari pemahamanan duniawi dan membuatnya mengenali-Nya tidak sekedar sebagai manusia? Bagaimana mungkin Ia menjadi manusia karena Ia yang dilayani para malaikat dan di hadapan-Nya para malaikat turun dan naik?
Inilah alasan mengapa Ia bersabda, “Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu”.
Untuk membuktikan sabda-Nya, Ia memperkenalkan pelayanan para malaikat. Apa yang dimaksudkan-Nya adalah seperti ini.
Hai Natanael, apakah bagimu hal ini sungguh sangat besar dan apakah engkau mengakui Aku sebagai Raja Israel? Apa yang kemudian akan engkau katakan ketika engkau melihat “malaikat-malaikan turun dan naik dihadapanKu”?
Melalui sabda ini, Ia sedang meyakinkan Nathanael untuk menerima-Nya sebagai Tuhannya dan Tuhan para malaikat. Karena di hadapan-Nya seperti dihadapan Anak Raja, para hamba naik dan turun.
Sekali saat penyaliban, diulang lagi pada saat kenaikan dan kenaikan-Nya ke surga; dan sebelum rangkaian peristiwa ini, para malaikat “datang melayani Yesus” (Mat. 4:11).
Mereka juga naik dan turun ketika mewartakan kabar suka cita akan kelahiran-Nya, saat bermadah, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk. 2:14), saat mereka mendatangi Ibu Maria dan Yusuf.
Tuhan kita membuat apa yang terjadi sekarang sebagai bukti yang terjadi di masa depan. Setelah seluruh kuasa yang Ia miliki disingkapkan, Nathanael memegang imannya yang lebih kuat dan mengikuti-Nya dengan lebih setia.” (Homilies On the Gospel of John 21.1)
Oratio-Missio
Bapa, melalui Yesus Kristus, Putera-Mu, Engkau telah membuka jalan ke surga bagi kami. Seperti halnya Engkau singkapkan kepada bapa leluhur dan para rasul kami, berkenanlah menampakkan diri pada kami, agar kami mengenali kehadiran-Mu dan mengenali kuasa Kerajaan-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan agar dapat menemukan Yesus?
Tu es Filius Dei, tu rex es Israel! – Ioannem 1:49