Lectio Divina 24.9.2024 – Ibu dan Saudara-saudari-Nya

0
23 views
Di tengah ibu dan saudara-saudari-Nya, by Ivan Makarov, 1890

Selasa. Minggu Biasa XXV, Hari Biasa (H)

  • Ams 21:1-6.10-13
  • Mzm 119:1.27.30.34.35.44
  • Luk 8:19-21

Lectio

19 Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. 20 Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” 21 Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Meditatio-Exegese

Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan Tuhan dari pada korban

Penulis Kitab Amsal mengajak tiap pribadi sadar bahwa segala sesuatu takluk pada Allah. Hati raja-raja seperti batang air di tangan Allah. Ia dapat mengarahkan aliran air sesuai kehendak-Nya.

Nebukadnezar, maharaja Babel, dan Koresh, maharaja Persia, di mata Israel nampak gagah perkasa, tak tertaklukkan. Tetapi bagi Allah, mereka seperti onggokan rumput kering yang mudah terinjak hewan dan kereta kuda.

Di tangan Allah, mereka digunakan-Nya untuk melaksanakan rencana keselamatan-Nya. Raja Babel digunakan untuk menghukum Israel; sedangkan raja Persia mengizinkan umat-Nya pulang ke tanahair. Nampaknya, mereka melaksanakan perintah Allah.

Tiap pribadi tidak lagi berperilaku munafik. Ia melakukan apa yang nampak baik, jujur, rendah hati. Tetapi sebenarnya, ia mewujudkan rancangan jahat dan penuh dusta yang ada di kedalaman batin.

Paulus menekankan bahwa Allah memandang dan mengadili seluruh hidup manusia, yang nampak maupun yang tersembunyi (1Kor. 4:4), “Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan.”, Qui autem iudicat me, Dominus est.

Penulis Surat Kepada Umat Ibrani pun menekankan hal yang sama, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12).

Selanjutnya, tiap pribadi diajak untuk bertindak jujur dan memperhatikan kaum kecil, lemah miskin, tertindas dan difabel. Bila jeritan mereka didengarkan seperti ketika Allah mendendengarkan jeritan orang Israel di Mesir (Kel. 3:7) dan berperilaku seperti orang fasik, Allah menjatuhkan hukuman padanya (bdk. Ams. 21:10-12).

Allah bersabda (Ams. 21:13), “Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”, Qui obturat aurem suam ad clamorem pauperis, et ipse clamabit, et non exaudietur.

Allah menyukai kasih setia, bukan kurban bakaran atau sembelihan (Hos. 6:6). Ia tidak meminta untuk menambah kurban bakaran (bdk. Yer. 7:21-22).

Ia hanya meminta, “Hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia.” (Yer.7:23).

Akhirnya, Yesus bersabda, “Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” (Mat. 5:23-24).

Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya

Keluarga dan sanak saudara Yesus di Nazaret pasti mendengar kabar tentang-Nya, yang makin dikenal di Galilea. Menjadi ternama ternyata menimbulkan kecemasan bagi sanak keluarga-Nya di desa yang  berjarak 40 kilo meter ke arah barat dari Kapernaum.

Didorong oleh kecemasan itulah ibu dan saudara-saudara-Nya berusaha mencari-Nya hingga dekat rumah yang menjadi tempat-Nya menetap di kota pelabuhan ikan di tepi Danau Genezaret itu.

Rupanya mereka kesulitan untuk memasuki rumah. Mungkin banyak orang berkerumun di rumah Yesus, sehingga meminta bantuan orang lain untuk menyampaikan kedatangan mereka.

“Mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepadaNya, “Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” (Luk 8: 19-20).

Menurut Santo Markus, dari luar rumah Ibu Maria dan sanak saudara Yesus meminta seseorang untuk memanggi Yesus dan hendak mengajak-Nya pulang ke Nazaret (bdk. Mrk. 3:31). Mereka mengkhawatirkan keselamatan Yesus.

Setiap orang yang menarik perhatian banyak orang pasti diawasi dengan ketat oleh penjajah, Kekaisaran Romawi. Mata-mata tentu dikirim untuk menyelidiki apa yang dilakukan dan gerakan apa yang sedang dibangun serta menumpas sebelum pecah pemberontakan (bdk. Kis 5: 36-39).

Di samping itu, kerabatNya telah mendengar kabar yang berembus bahwa Yesus telah kehilangan akal sehat. Ia telah menjadi gila (Mrk. 3:21). Mereka hendak menyelamatkan Yesus; tetapi lupa bahwa  para tetangga mereka telah mengancam Yesus dengan kematian (Luk. 4:29).

Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku

Santo Markus melukiskan penolakan Yesus atas permintaan kerabat-Nya dengan lebih dramatis. “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudaraKu?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekelilingNya itu dan berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudaraKu! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.” (Mrk. 3:33-35).

Dengan cara ini Yesus memperluas, bahkan, mengubah sama sekali makna relasi kekeluargaan. Keluarga bukan hanya persekutuan manusia yang diikat oleh pertalian darah atau keturunan.

Tetapi, dengan menjadi murid Yesus, setiap anggota komunitas membagun relasi berdasarkan  kepercayaan, kasih, komitmen, kesetiaan, kemurahan hati, bela rasa, belas kasih, dukungan, perlindungan. Semua diikat oleh kasih dan persekutuan.

Santo Paulus menggambarkan ikatan keluarga baru sebagai tubuh mistik Kristus (bdk. 1 Kor 12:12-27). Santo Lucianus dari Antiokhia, 240-312, martir Gereja Perdana, berkata, “Sanak keluarga seorang Kristiani hanyalah para kudus.”

Yang dimaksudkannya adalah mereka yang telah ditebus oleh darah Kristus dan diangkat sebagai putera-puteri Allah melalui pembaptisan.

Mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya

Dibalik kata yang keras, sebenarnya Yesus memuji Ibu Maria. Diam-diam Yesus meneladan sikap iman ibu-Nya. Jawabannya pada Malaikat Gabriel, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38).

Sang ibu menukjukkan ketaatan pada rencana Allah. Maka, Yesus memusatkan perhatian melulu hanya pada tugas perutusan-Nya.

Ia tidak membiarkan diri dihambat oleh keluarga (Yoh. 7:3-6), Petrus (Mrk. 8:33), para murid (Mrk. 1:36-38), Herodes Antipas, yang disebut-Nya serigala (bdk. Luk. 9:58; 13:32), orang lain (Yoh. 10:18) atau Kekaisaran Romawi yang disebut-Nya sebagai burung sesuai gambar rajawali di pataka (bdk. Mat. 8:20; Luk. 9:58).

Dan Ia mengundang setiap orang untuk menjadi ibu dan saudara-saudari-Nya  (Luk. 8:21), “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”, Mater mea et fratres mei hi sunt, qui verbum Dei audiunt et faciunt.  

Katekese

Mereka yang mendengarkan sabda Allah menjadi anak Allah yang sejati. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444 :

 “Pelajaran  hari ini mengajarkan pada kita bahwa kesetiaan dan mendengarkan Allah mendatangkan setiap berkat. Beberapa orang datang dan berbicara dengan sikap hormat tentang ibu Kristus yang suci dan saudara-saudara-Nya.

Ia menjawab dengan kata-kata ini, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”. Nah, tidak boleh kalian membayangkan bahwa Kristus merendahkan kehormatan ibu-Nya atau secara sembarangan melecehkan kasih yang dicurahkan saudara-saudara-Nya.

Ia berbicara tentang Hukum Musa dan dengan jelas bersabda, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu.” (Kel. 5:16). 

Bagaimana, saya bertanya, Ia,  yang meminta kita mengasihi tidak hanya saudara-saudara kita, tetapi juga musuh-musuh kita, dapat menolak kasih hanya karena saudara-saudaraNya? Ia bersabda, “Kasihilah musuhmu.” (Mat 5:44).  

“Apa yang diinginkan Kristus dari kita melalui pengajaran-Nya? Tujuan-Nya adalah untuk menunjukkan kasihNya pada mereka yang dengan rela menyerahkan diri dan setia pada perintah-Nya. Aku hendak menjelaskan cara Ia melakukan hal ini. Penghormatan terbesar dan kasih paling sempurna harus kita curahkan pada para ibu dan saudara-saudari kita.

Jika Ia bersabda bahwa mereka yang mendengarkan sabda-Nya dan melaksanakannya adalah ibu dan saudara-saudara-Nya, bukankah hal ini jelas bagi tiap orang bahwa Ia menganugerahkan kasih dan menerima mereka yang mengikut-Nya dengan layak?

Ia akan membuat mereka bersedia mengesampingkan keinginan pribadi untuk menyerahkan pada sabda-Nya dan menyerahkan jiwanya pada kuk-Nya, dengan penuh ketaatan.” (Commentary On Luke, Homily 42).

Oratio-Missio

Bapa Surgawi, Engkaulah sumber persaudaraan dan kasih sejati. Melalui seluruh relasiku, semoga kasih-Mu terus membinbingku untuk berani memilih apa yang benar dan ajarilah aku untuk menolak apa yang bertentangan dengan kehendak-Mu . Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menumbuh-kembangkan keluarga Yesus, Gereja-Nya?

Mater mea et fratres mei hi sunt, qui verbum Dei audiunt et faciunt – Lucam 8:21

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here