Minggu. Minggu Biasa XII (H)
- Yer.20:10-13
- Mzm 69:8-10.14.17.33-35
- Rm.5:12-15
- Mat.10:26-33
Lectio
26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 27 Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.
28 Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. 29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. 30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.
31 Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. 32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. 33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.”
Meditatio-Exegese
Ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat
Nabi Yeremia mengungkapkan perasaan bahwa seluruh hidup dan karyanya untuk Allah gagal. Seluruh hidup dan usahanya sia-sia, tidak membuahkan hasil.
Perasaan hatinya teriris-iris. Hatinya miris. Allah seoalah-olah meninggalkannya seorang diri, katanya (Yer. 20:7), “Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.”
Ungkapan perasaan nabi yang kesepian sangat mirip dengan kesepian yang dialami Ayub (Ayb. 3:1-10). Nabi Yeremia mengalami sekitar tahun 605-604 sebelum masehi saat ia dikejar-kejar Raja Yoyakim.
Ia merasa seluruh upaya menyampaikan kebenaran sabda Allah sia-sia. Di lembah Ben Hinom, nabi menuduh seluruh bangsa telah berbalik dari Allah dan menyembah Dewa Baal. Mereka mengurbankan anak-anak sebagai kurban bakaran bagi dewa kafir itu (Yer. 19).
Umat, baik Raja Yoyakim, kerabat raja, pejabat dan orang biasa, justru tidak mau berbalik pada Allah. Mereka menentang dan melawan. Bahkan, Imam Pasyhur memasung Nabi Yeremia di pintu gerbang Benyamin di Bait Allah (Yer. 20:1-3).
Kalangan istana raja Yoyakim, anak Yosia (Yer. 26:1-9) tidak hanya mengancam nabi, tetapi juga Barukh, juru tulis nabi (Yer. 36:26). Semua pihak mengejeknya seolah wartanya salah dan palsu (Yer. 28).
Selanjutnya, kerabat Raja Zedekia, yang menggantikan Konya bin Yoyakim, menyuruh orang suruhan untuk menangkap, memukuli, menuduh dengan tuduhan palsu dan memenjarakan Yeremia (Yer. 37:1-15). Kemudian ia dijatuhkan ke dalam sumur kering yang dalam (Yer. 38:1-6).
Ia hidup dalam kesendirian dan kesepian, dilarang menikah (Yer. 16:2) dan seluruh keluarga tidak mau menerimanya, bahkan merencanakan kematiannya (Yer. 1:8; 11:21-23; 12:6).
Maka, ia berteriak, “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia.”
Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia.” (Yer. 20:10)
Saat ia mengalami tekanan hidup berat, kesepian, frustrasi dan kesepian karena ditinggalkan Allah, ia ingin mengakhiri tugas sebagai nabi. Tetapi, ia tidak mampu. Panggilan itu seperti nyala api di hatinya dan tak mampu dipadamkan.
Jerit hatinya (Yer. 20:9), “Apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,” maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.”, Et dixi: “Non recordabor eius neque loquar ultra in nomine illius ”.Et factus est in corde meo quasi ignis xaestuans claususque in ossibus meis:et defeci, ferre non sustinens.
Saat tanpa harapan, sia-sia, terpuruk, nabi ternyata sadar akan Allah yang mengatasi segala kepahitan. Ia selalu setia menyertai tiap kaum yang dimiskinkan, ditindas, disepelekan, diabaikan, dilecehkan, dibunuh, termasuk nabi.
Nabi Yeremia sadar seperti Musa saat mendengarkan Allah meyakinkannya untuk diutus ke Mesir. Ia menyertai dan menjaga nabi seperti seorang pahlawan perang melindungi si kecil, miskin, tertindas. Sabda-Nya (Kel. 3:12; bdk. Yer. 20:11), “Bukankah Aku akan menyertai engkau?”, Ego ero tecum.
Allah, seperti keyakinan dan harapan nabi, pasti membuat rancangan jahat tidak berhasil. “Orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
“Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.” (Yer. 20:11-12).
Santo Yohanes dari Salib menulis tentang ‘pengakuan’ Nabi Yeremia, “Sungguh sukar sekali memahami dengan sepenuhnya sabda dan tindakan Allah, bahkan menentukan apa maknanya, tanpa sering jatuh dalam kekeliruan atau menjadi bingung sendiri.
Para nabi yang percaya pada sabda Allah memahami hal ini dengan baik. Tugas pengutusan untuk menyampaikan nubuat sering sangat menakutkan, karena umat tidak selalu mampu melihat apa yang disampaikan akan terjadi.
Maka mereka mencela dan menjadikan nabi bahan tertawaan, sama seperti Nabi Yeremia saat berkata, “Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.” (Yer. 20:7).
Walau para nabi berbicara karena telah menjadi tugas dan kewajibannya, dalam suara kaum lemah yang tak mampu lagi menanggung kesusahan karena melaksanakan perintah Allah, ia sadar akan perbedaan antara bernubuat dan pemenuhannya serta akal sehat yang terkandung dalam sabda Allah.
Sebab ia sadar bahwa nabi sering dianggap sebagai pembuat keonaran.” (Ascent of Mount Carmel, 2, 20, 6).
Janganlah kamu takut
Apa hubungan antara takut dengan Kerajaan Allah? Takut merupakan kekuatan yang sangat ampuh. Takut dapat menyebabkan kepanikan dan kekacauan atau takut dapat mengaburkan iman dan pebuatan. Takut akan Allah menjadi anti-racun atas ketakutan akan kehilangan nyawa.
Sang pemazmur bermadah, “Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia. Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu.” (Mzm. 34:5.10.12).
Yesus meminta para murid untuk tidak takut akan fitnah dan kesaksian palsu. Dalam pesan-Nya, Ia menempatkan pasangan ungkapan menarik: tertutup/dibuka; tersembunyi/diketahui; dalam gelap/dalam terang; dan dibisikkan/beritakanlah.
Ketika bersaksi tentang Dia, para murid-Nya akan menderita karena dianggap berbohong, penyebar kebencian atau penderitaan. Tetapi, tuduhan yang tersembunyi ini pasti akan diberitakan kebenarannya.
Yesus juga meminta para murid berbicara dengan gamblang. Yesus memang sering menggunakan perumpamaan untuk mengajar, agar para pendengar-Nya mampu mencerna dan memahami ajaran dan diri-Nya sendiri setahap demi setahap dengan mudah.
Namun, setelah Roh Kudus dicurahkan (bdk. Kis. 1:8), para murid harus mewartakan dari atap rumah tentang apa yang telah diajarkan Yesus.
Kita juga harus menjamin bahwa ajaran Tuhan dipahami dengan benar dan lengkap, tanpa makna bias, tanpa dipengaruhi oleh kepalsuan atau ketakutan akan dampak yang mungkin timbul.
Yesus juga mengingatkan para murid akan ketakutan palsu. Mereka harus tidak takut pada mereka yang hanya dapat membunuh raga.
Hanya Allah yang dapat membuang tubuh dan jiwa ke neraka. Maka, pada Allahlah kita seharusnya merasa takut dan gentar. Ia adalah Pangeran dan Hakim Agung kita – bukan manusia.
Para martir telah melaksanakan perintah Tuhan dengan sempurna. Mereka menginspirasi bahwa hidup kekal jauh lebih bermakna dari pada hidup yang dialami sekarang dan di sini.
Seduit, dalam satuan rupiah, mungkin seduit setara dengan Rp. 1. Ungkapan Yunani, ασσαριου, assarion, as (Latin), merupakan mata uang bernilai terkecil pada jaman itu. Yang terkecil itulah digunakan Yesus untuk menunjukkan betapa Allah mengasihi yang kecil dan tidak diperhitungkan.
Santo Hieronimus berkata, “Jika burung yang kecil, yang hanya berharga seduit, selalu dilindungi oleh penyelenggaraan dan kasih Allah, betapa kamu, yang dikarunia jiwa, tidak dapat mati, takut bahwa kamu tidak dipelihara Allah yang kamu hormati sebagai Bapa?” (Commentary in Matthew, 10:29-31).
Sekali lagi Yesus mengajar tentang penyelenggaraan Allah, yang secara mendalam disingkapkan dalam khotbah di bukit (bdk. Mat. 6:19-34).
Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga
Yesus menekankan bahwa pengakuan iman akan Dia di muka umum, apa pun akibatnya, selalu merupakan syarat untuk memperoleh anugerah keselamatan.
Pada saat pneghakiman itu datang, Ia akan menyambut mereka yang memberi kesaksian iman tanpa takut dan menghukum mereka yang malu karena mengimani-Nya (bdk. Mat. 7:23; 25:41; Why. 21:8).
Gereja menghormati para saksi iman sebagai santo dan santa. Mereka dihormati bukan karena mengorbankan hidup mereka agar menjadi martin. Tetapi mereka bersaksi bahwa iman Katolik yang mereka hayati adalah benar.
Dan setiap orang Katolik dipanggil untuk menjadi saksi iman, walaupun, kadang dituntut pengorbanan nyawa. Kepada mereka yang menjadi saksi iman, Ia akan mengakui di hadapan Bapa-Nya di surga.
Katekese
Janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Santo Yohanes Chrysostomus, 344-407:
“Apa bisa kamu temukan di seluruh ciptaan hewan yang kurang berharga dari seekor burung pipit yang kecil? Bahkan, burung pipit itu tidak akan jatuh ke tanah tanpa sepengetahuan Allah.
Yesus tidak bermaksud bahwa burung pipit itu jatuh atas kehendak Allah, sebab ia tak berharga. Tetapi di hadapan Allah tiada satu yang tersembunyi.
Maka, jika Allah mengetahui segela sesuatu yang terjadi pada ciptaan-Nya, dan jika Allah mengasihi kita dengan kasih yang lebih dari kasih seorang bapak terbaik di bumi, dan jika Allah mengasihi kita sehingga Ia pun memperhitungkan tiap helai rambut di kepala kita
Semua itu menunjukkan bahwa Allah mengenali dengan sempurna segala hal tentang kita; dan Ia menyelenggarakan segala hal terbaik bagi kita.
Maka, jika Allah sungguh mengenal segala sesuatu yang terjadi pada kita dan mampu menyelamatkan kita serta selalu bersedia melakukannya.
Apapun yang akan kita derita, kita tak perlu mengira bahwa Allah telah melupakan kita. Karena Allah tidak pernah menghendaki terpisah dari-Nya karena segala sesuatu yang menakutkan.
Tetapi, Ia mengajak kita untuk tidak memberhalakan apa pun yang membuat kita ketakutan. Jauh melampaui segala sesuatu, inilah yang membuat kita terbebas dari ketakutan.
“Janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”
Tidakkah kamu sadar bahwa Allah lebih memandang dan memperhatikan ketakutanmu dari pada hidup burung-burung pipit? Ia telah mengenali seluruh rahasia di lubuk hatimu.
Maka Yesus menambahkan, “Jangan takut.” Karena jika ketakutan menguasai dirimu, ia tak hanya menguasa tubuhmu. Bagian itulah menjadi hal yang membatasi dirimu, karena kodrat akan memusnahkan pada saat yang ditentukan.” (The Gospel of Matthew, Homily 34, 2-3).
Oratio-Missio
Tuhan, aku bersyukur dan bersukacita karena Engkau berkenan menjadikan diriku murid-Mu. Anugerahkanlah kekuatan dan keberanian untuk menanggung kesulitan dan derita yang mungkin datang selama mulayani-Mu.
Semoga aku menjadi saksi-Mu dan membawa warta suka cita bahwa Engkau telah menang atas dosa dan maut melalui salib dan kebangkitan. Amin.
- Apa yang pelu aku lakukan supaya aku tidak takut menjadi saksi-Nya?
Omnis ergo qui confitebitur me coram hominibus, confitebor et ego eum coram Patre meo, qui est in caelis – Matthaeum 10:32