Lectio Divina 25.10.2024 – Melihat, Menilai tetapi Mengabaikan

0
55 views
Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?, by Vatican News

Jumat. Minggu Biasa XXIX, Hari Biasa (H)

  • Ef. 4:1-6
  • Mzm. 24:1-2.3-4ab.5-6
  • Luk. 12:54-59

Lectio

54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. 55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.

56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? 57 Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?

58 Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. 59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

Meditatio-Exegese

Berusahalah memelihara kesatuan

Paulus mengingatkan bahwa tiap pribadi menjadi anggota Gereja karena panggilan atau undangan Allah. Ia memanggil dan dijawab tiap pribadi untuk bergabung dalam Gereja-Nya, sehingga diangkat menjadi anggota keluarga-Nya untuk memperoleh anugerah keselamatan dan harapan akan hidup kekal.

Rasul agung itu menasihati umat yang dibinanya untuk hidup sesuai dengan panggilan sebagai murid Yesus (Ef. 4:1; bdk. 1Tes 2:12; Kol. 1:10) dan hidup dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar (Ef. 4:2; bdk. Kol. 3:12-15). Setiap anggota umat harus saling mengulurkan tangan, terlebih di saat mengalami kesulitan.

Setelah nasihat untuk hidup dengan standar nilai yang tinggi, Paulus menyerukan permintaan agar umat hidup dalam kesatuan dengan Gereja. Mereka harus bersatu dalam Gereja, karena mereka dibangun melalui Roh dalam satu komunitas iman yang harmonis (bdk. Ef. 4:12); dimiliki oleh satu Tuhan; menapaki satu jalan kelesamatan melalui iman; dan menerima pembaptisan yang sama (bdk. Rm. 6:1-11).

Kesatuan Gereja jauh mengatasi sekedar rumusan iman yang diterima umat. Kesatuan itu diwujudnyatakan dengan sukacita saat tiap pribadi sesuai dengan anugerah yang diterima  melayani komunitas iman untuk tumbuh kembang agar menjadi seperti Kristus (Ef. 4:11-16).

Kesatuan Gereja yang diawali dan diakhiri dengan seruan untuk saling mengasihi dan mengampuni diancam tiga tantangan yang memecah belah. Ef. 4:1-3 menyingkapkan adanya perselisihan pendapat di antara orang Kristen; pelbagai macam pelayanan rawan diselewengkan (Ef. 4:7-14); dan, ajaran-ajaran palsu yang mengacaukan iman (Ef. 4:14-15).

Paulus menunjukkan arti penting kesatuan dalam Gereja dan landasan kesatuan. Ia mengutip seruan iman yang berasal dari liturgi Baptis jemaat perdana. Kesatuan Gereja berasal dari Tri Tunggal yang Mahakudus, yang berkaya dan menjaga Gereja: satu Roh, satu Tuhan dan satu Allah dan Bapa.

Para bapa Konsili Vatikan II mengajar, “Ketika Tuhan Yesus telah ditinggikan di salib dan dimuliakan, Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan-Nya. Melalui Roh itulah Ia memanggil dan menghimpun umat Perjanjian Baru, yakni Gereja, dalam kesatuan iman, harapan dan cinta kasih, menurut ajaran Rasul.

“Satu Tubuh dan satu Roh, seperti kalian telah dipanggil dalam satu harapan panggilan kalian. Satu Tuhan, satu iman, satu baptis (Ef 4:4-5). Sebab “barang siapa telah dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus… Sebab kalian semua ialah satu dalam Kristus Yesus (Gal 3:27-28).

Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi Prinsip kesatuan Gereja.” (Dekrit Tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio, 2).

Maka, seluruh bangsa, baik bangsa asing dan bangsa Yahudi, dipanggil untuk menjadi warga Gereja. Semua ambil bagian dalam satu harapan, yakni: menjadi umat Allah yang kudus seperti selalu dikumandangkan-Nya melalui panggilan-Nya yang bergema dalam tiap nurani.

Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?

Yesus menggunakan kebiasaan yang dilakukan banyak orang untuk menafsirkan tanda yang isyaratkan bumi dan langit untuk menyampaikan pesan Injil-Nya. “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.” (Luk. 12:54-55).

Terlebih, orang yang menguasai ilmu perbintangan, astronomi, dapat menentukan peristiwa iman penting yang terjadi. Tiga sarjana dari Timur membaca arah bintang untuk tunduk dan hormat pada Bayi Yesus di Bethlehem (Mat. 2:1-12).

Melalui ilmu perbintangan, mereka meyakini nubuat Nabi Mikha, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mi. 5:1). 

Tetapi, sayang, banyak orang tidak mampu mengenali bahwa zaman Mesias telah datang dan Ia tinggal di antara mereka (Mat. 2:23). Tanda-tanda kehadiran-Nya sebagai Mesias nampak ketika Ia membalas pesan murid Yohanes Pembaptis.

“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” (Luk. 7:22).

Sebenarnya, Yesus menggemakan nubuat Nabi Yesaya yang digenapi-Nya (Luk. 4:18-19; bdk. Yes. 61:1-2). Tetapi orang banyak menolak-Nya. Bahkan, Ia hendak dilemparkan dari tebing seperti dilakukan para tetangga-Nya sendiri, orang-orang Nazaret (Luk. 4:29).

Mengapakah engkau tidak memutuskan sendiri apa yang benar?

Yesus mengecam sikap orang yang pura-pura tidak mengenal kehendak Allah sebagai munafik. Ia mengenal hati setiap manusia (Luk. 16:15). Ia yakin orang-orang di jaman-Nya dan zaman ini tahu tentang tanda-tanda kehadiran Mesias, seperti yang ditanyakan para murid Yohanes Pembaptis.

Tetapi, mengapa orang zaman itu dan juga jaman ini masih menolak-Nya? Santo Augustinus berkata bahwa alam, ciptaan, merupakan Kitab Suci pertama kali yang ditulis Allah. Melalui alam, Allah bersabda untuk manusia.

Akan tetapi dosa mengacaukan huruf-huruf sabda-Nya di alam raya, sehingga manusia gagal membaca dan mengenali kehendak dan panggilan-Nya.

Dan Kitab Suci merupakan buku kedua yang ditulis Allah. Kitab ini bukan untuk dionggokkan di sudut almari, tetapi dibaca, dipelajari dan diresapkan untuk menemukan panggilan-Nya melalui peristiwa hidup sehari-hari. 

Sabda Yesus (Luk. 12:57), “Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?”, Quid autem et a vobis ipsis non iudicatis, quod iustum est?

Jangan engkau diseretnya kepada hakim

Salah satu butir yang ditekankan Yesus adalah rekonsiliasi, “berusahalah berdamai dengan lawanmu.” (Luk. 12:58). Relasi dengan Allah, sesama dan alam yang rusak karena dosa hanya dapat dipulihkan dengan menjalin kembali relasi dengan mereka.

Disposisi batin yang tidak mau mengampuni menyulitkan untuk saling mengampuni (bdk. Mat. 6:14). Oleh sebab itu, Yesus menyarankan agar tiap manusia sesegera mungkin saling mengampuni sebelum terlambat, karena hakim, yang melihat engkau bersalah karena hutang, segera menentukan hukuman (Luk. 12:58-59).

Dan terlebih, sebelum saat pengadilan terakhir datang, setiap pribadi tidak bisa menunda atau berlambat-lambat untuk untuk bertobat dan berbalik memihak Allah dengan berlaku jujur (bdk. Mat. 5:25-26; Kol. 3:13; Ef. 4:32; Mrk. 11:25).

Sabda-Nya (Luk. 12:59), “Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”, Dico tibi: Non exies inde, donec etiam novissimum minutum reddas.

Katekese

Tanda dari Hukum menunjuk permulaan Misteri Kristus. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:

“Orang memusatkan perhatian pada hal-hal seperti ini. Dari pengamatan dan praktek hidup yang berlangsung lama, mereka meramalkan kapan hujan akan turun dan angin kencang akan bertiup. Seseorang, khususnya, pasti paham bahwa para pelaut sangat terampil meramalkan cuaca.

Ia berkata bahwa orang ini sangat tepat untuk menghitung segala macam hal yang terkait dengan cuaca dan mungkin meramalkan badai yang akan terjadi untuk memusatkan mata batin yang menembus pada perkara-perkara penting. Perkara macam apa?

Hukum telah terlebih dahulum menunjukankan misteri Kristus, bahwa pada akhir masa semesta Ia akan bersinar kepada seluruh penghuni bumi dan menyerahkan diri untuk keselamatan semua. Bahkan diperintahkan supa seekor anak domba dipersembahkan sebagai lambang akan Dia yang mati menjelang senja dan saat menyalakan lampu (Kel. 12:6).

Kita paham bahwa ketika, seperti siang hari, karena dunia ini sedang jatuh menuju pada masa akhirnya, sengsara-Nya yang dahsyat, berharga mahal dan sungguh menyelamatkan akan terpenuhi. Pintu keselamatan akan dibuka lebar-lebar bagi yang percaya pada-Nya, dan suka cita yang melimpah akan dibagikan.

Dalam Kitab Kidung Agung, kita juga menemukan Kristus yang disebut mempelai dilukiskan di sana. Mempelai perempuan melambangkan Gereja, dalam untaian sabda ini, “Bangunlah manisku, jelitaku, marilah. Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas.” (Kid. 2:10-12).

Seperti saya katakan, kedamaian seperti musim semi akan timbul bagi mereka yang percaya pada-Nya.” (Commentary On Luke, Homily 95)

Oratio-Missio

Tuhan, banjirilah hatiku dengan kasih-Mu dan bebaskan aku dari segala yang menghambatku untuk melakukan kehendak-Mu. Ubahlah budi dan hatiku agar aku mampu menentukan apa yang benar dan memilih apa yang baik dan menyenangkan hati-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk berdamai berdamai, bertobat dan berpihak pada Allah?

Dico tibi, non exies inde, donec etiam novissimum minutum reddas – Lucam 12:59

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here