Home BERITA Lectio Divina 25.12.2024 – Cepat-cepat Berangkat Menjumpai Maria Yusuf dan Bayi Itu

Lectio Divina 25.12.2024 – Cepat-cepat Berangkat Menjumpai Maria Yusuf dan Bayi Itu

0
13 views
Menyambut gembala di malam kelahiran-Nya, by Guido Reni

Rabu. Fajar (P)

  • Yes. 62:11-12
  • Mzm. 97:1.6.11-12
  • Tit. 3:4-7
  • Luk. 2:15-20

Lectio

15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.”

16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.

18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.  

Meditatio-Exegese

Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu

Kabar Suka Cita yang kita dengar hari ini: Yesus Kristus, Anak Allah dan Putera Maria-Yusuf, telah lahir bagi kita dan untuk keselamatan kita. Kata injil, ευαγγελιον, euaggelion, bermakna kabar baik (Mat. 4:23). Kabar baik itu berisi: Allah berkenan menyelamatkan manusia dalam diri Yesus Kristus.

Penyelamatan terjadi bukan karena jasa atau perbuatan baik manusia; tetapi, seperti kata Santo Paulus, karena “rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita.” (Tit. 3:5-6).

Kelahiran Yesus Kristus memenuhi nubuat bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dilahirkan di kota Daud,  Bethlehem (Yes. 9:6-7; Mi. 5:2-4). Warta gembira kelahiran-Nya, pertama-tama dan terutama, tidak disampaikan kepada para penguasa dan pemimpin agama Israel yang bergelimangan dengan kekuasaan dan kekayaan.

Para malaikat menyampaikan warta suka cita, ευαγγελιζομαι, euaggelizomai kepada mereka yang rendah hati dan siap menyambut Sang Raja yang baru dilahirkan dalam kemiskinan dan berbaring di palungan, tempat hewan ternak makan.

Sama ketika Allah memilih dan mengurapi Daud, gembala dina dari Bethlehem untuk menggembalakan umat Israel, Yesus memilih jalan kerendahan hati dan kehinaan untuk mendatangi umat-Nya sebagai Gembala yang baik untuk menyerahkan nyawa bagi manusia dan keselamatannya.

Warta kelahiran-Nya pertama kali justru disampaikan kepada para gembala Bethlehem. Mereka menggembalakan domba yang disiapkan untuk kurban penebusan dosa di Bait Allah.

Saat mendengar berita Malaikat bahwa Sang Juruselamat telah lahir, hati mereka meluap dengan sukacita. Mereka sadar akan jaminan keselamatan dan domba kurban tebusan salah tidak diperlukan lagi.

Agama Yahudi mengajarkan bahwa keselamatan terletak pada kesetiaan melaksankan seluruh perintah Taurat yang berjumlah 613 butir. Pelanggaran atas satur butir berarti pelanggaran atas seluruh butir perintah (Yak. 2:10). 

Kelak, ketika Yesus datang menjumpai Yohanes Pembaptis di tempatnya berkarya dan membaptis di betania (Yoh:1:28), sambil menunjuk Yesus, ia berkata, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yoh. 1:29.36).

Anak Imam Zakharia tahu Yesus lahir di Migdal Eder, Menara Kawanan Domba (Kej. 35:21; Mi. 4:8). Di kawasan itu para gembala menggembalakan domba kurban di Bait Allah (Mishnah Shekalim 7.4). Yesus, akhirnya, menjadi kurban untuk penebusan dosa manusia.

Tetapi justru mereka tidak mau menunda untuk menjumpai Bayi Yesus yang terbaring di palungan (Luk. 2:15), ”Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita., Transeamus usque Bethlehem et videamus hoc verbum, quod factum est, quod Dominus ostendit nobis.

Tak terhitung banyaknya kidung pujian dan khotbah tentang inkarnasi Tuhan. Yohanes, si pertapa dan penulis abad ke-8, menulis Kidung Kelahiran:

“Hari ini langit dan bumi disatukan, karena Kristus lahir! Hari ini Allah turun ke dunia, dan manusia naik ke surga. Hari ini, demi manusia, Dia yang tak kelihatan, dapat kita lihat dalam wujud manusia.

Maka marilah kita memuliakan dia dan berseru : kemuliaan bagi Allah di tempat yang tinggi, dan di bumi damai dianugerahkan karena kedatanganMu, Sang Penebus.

Kemuliaan bagi-Mu. Hari ini di Bethlehem, aku mendengar para malaikat : Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi! Kemuliaan bagiNya yang menganugerahkan kebahagiaan agar dibumi ada damai! Sang Perawan sekarang merentangkan tangan jauh lebih luas dari pada surga.

Terang telah bersinar bagi mereka yang ada dalam kegelapan, yang mengangkat mereka yang rendah untuk mengidungkan seruan para malaikat:  Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi! Merenungkan dia (Adam) yang menjadi gambar dan rupa Allah jatuh ke dalam pencobaan,

Yesus turun dari surga dan datang ke dunia,  tanpa penolakan Ia tinggal di rahim seorang perawan, sehingga Ia memulih Adam yan telah jatuh dalam dosa, dan memungkinkan semua mengidungkan pujian : Kemuliaan bagi kedatanganMu, Penebusku dan Allahku.” [Pujian Kelahiran Tuhan].

Manusia membutuhkan Juruselamat yang mendamaikan kita dengan Allah. Sang Sabda yang kekal menjadi manusia untuk kita agar Ia dapat menjadi tebusan atas dosa dunia dengan mencurahkan daranNya di salib.

Sepanjang abad orang Katolik mengungkapkan pengakuan iman dalam Credo Nikea-Konstantinopel: “Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.” (Puji Syukur nomor 2).

Manusia membutuhkan Juruselamat, tetapi sering sikap batin berbeda dengan para gembala.  Mereka bergegas ke Bethlehem didorong warta gembira dari malaikat dan balatentara surga yang mereka lihat di langit malam padang rumput. Merekalah saksi pertama kelahiran Sang Mesias.

Photius, patriark Konstantinopel abad ke-8, menulis, “Para gembala tidak puas dengan dengan kepercayaan yang timbul saat bahagia meluap setelah malaikat menyampaikan Kabar Sukacita pada mereka dan membuat mereka sangat takjub; mereka ingin menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka mengungkapkan suka cita bukan hanya pada Maria dan Yusuf, tetapi juga pada setiap orang dan, yang lebih utama, mereka mencoba mengukir Kabar Sukacita itu dalam ingatan mereka. ‘Dan semua orang yang mendengan warta itu mengagumi apa yang dikisahkan para gembala pada mereka’.

Setelah menyaksikan Ia yang seharusnya tinggal di surga justru tinggal di dunia, betapa mereka tidak takjub karena surga dan bumi sekarang berdamai. Menyaksikan bahwa bayi tak bernoda yang menyatukan apa yang surgawi – ilahi – dan apa yang duniawi – manusiawi – menciptakan perjanjian yang menakjubkan melalui persatuan ini.

Tak hanya kekaguman karena misteri inkarnasi, tetapi juga kesaksian agung oleh para gembala, yang barangkali tidak ada yang menganggapnya bermakna dan menyebarluaskan  kebenaran itu dengan bahasa sederhana.” (Ad Amphilochium, 155).

Para gembala cepat-cepat pergi untuk menjumpai Sang Penyelamat. Hati mereka dipenuhi suka cita. Santo Ambrosius menulis, ”Tak ada seorang pun mencari Kristus dengan setengah hati.” (Expositio Evangelii Secundum Lucam).

Sebelum para gembala, Santo Lukas mengisahkan Ibu Maria, setelah menerima pewartaan Kabar Gembira dari Malaikat Agung Gabriel, bergegas menjenguk Ibu Elizabet (Luk. 1:39). Jiwa yang dianugerahi sukacita akan bersorak sorai memuliakan Allah, karena Allah telah mengunjunginya dan membuat hidupnya meluap dengan sukacita. 

Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya

Ibu Maria nampak hanya merenungkan seluruh kejadian yang luar biasa di dalam hati. Ia menyimpan segala perkara tentang kelahiran bayinya di dalam hati dan merenungkannya. Darinya manusia meneladan hidupnya dan belajar berdoa untuk mencapai kekudusan hidup.

Dengan caranya merenungkan setiap peristiwa terkait dengan Yesus, Ibu Maria tidak pernah merasa kekurangan akan rahmat dan pengajaran. Merenungkan hidup, penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, menuntun tiap manusia mengerti makna penebusan dan menjadi pelaksana sabda-Nya.

Katekese

Para gembala adalah yang pertama memberitakan Injil. Santo Bede, 672-735:

“Para gembala tidak berdiam diri tentang misteri yang tersembunyi bahwa mereka telah berjumpa dengan Bayi Yesus karena campur tangan Allah. Mereka mengisahkan pengalaman mereka kepada siapa pun.

Para gembala rohani di Gereja diutus secara khusus untuk kepentingan ini, agar mereka mewartakan misteri Sang Sabda Allah dan bahwa mereka menjadi saksi bagi para pendengar mereka agar karya agung yang telah mereka pelajari dari Kitab Suci menjadi para pendengar mengagumi Allah.” (Homilies On The Gospels 1.7)

Oratio-Missio

Allah, Bapa kami, melalui kelahiran Putera-Mu, kemuliaan-Mu memancar di dunia. Sementara kami merayakan kedatangan-Nya yang pertama, anugerahkanlah kepada kami suka cita yang hendak Engkau berikan ketika kepenuhan kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya aku dengan sepenuh hati mencari Yesus Kristus?

Et venerunt festinantes et invenerunt Mariam et Ioseph et infantem positum in praesepio – Lucam 2:16

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here