Senin. Minggu Prapaskah II, Hari Biasa (U)
- Dan. 9:4b-10
- Mzm. 79:8.9.11.13
- Luk. 6:36-38
Lectio
36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” 37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
Meditatio-Exegese
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati
Allah selalu berbelas kasih. Santo Lukas menggukan kata οικτιρμονες, oiktirmones, oiktirmon, kata sifat yang berasal dari kata kerja: oikteiro, menunjukkan belas kasih. Dalam Vulgata, digunakan kata Latin misericordes, hati yang berbelas kasih.
Contoh hati yang berbelas kasih ditemukan dalam Perjanjian Lama. Nabi Daniel, orang yang beriman teguh dan percaya pada belas kasih Allah, selalu berdoa tiap hari. Ia berdoa bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh bangsanya dan yang mengejar-kejar mereka.
Daniel sangat malu di hadapan Allah karena ia mengingat bangsanya sendiri yang dipilih Allah. Tetapi, ternyata, sekarang menderita dalam pembuangan, karena dosa dan tak setia pada perjanjian dengan Allah (Dan. 9:4-10).
Maka, sang nabi memohon belas kasih, pengampunan dan pemulihan. Rasa malu akan hilang dan berubah menjadi suka cita dan harapan bila mengaku dosa dan memohon kesembuhan, kasih dan kerahiman-Nya.
Dalam khotbah Yesus ajaran ini diulang beberapa kali dengan ungkapan yang berbeda, tetapi bermakna relatif sama. Santo Matius mengungkapkan kesempurnaan belas kasih Allah, “Haruslah kamu sempurna , sama seperti Bapamu di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:48).
Santo Yohanes menyampaikan perintah untuk saling mengasihi, seperti Yesus mengasihi. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yoh. 13:34).
Santo Lukas menuliskan perintah Tuhan (Luk. 6:36), “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati”, Estote misericordes, sicut et Pater vester misericors est.
Sebagai anak-anak Bapa Surgawi melalui Sakramen Baptis, Allah memanggil setiap murid Yesus untuk menjadi serupa dengan Bapa dalam cara hidup dan bertindak, yakni: penuh belas kasih, jujur dan mengasihi.
Setiap anak Bapa harus memancarkan kasih setia-Nya yang tiada henti, seperti Bapa “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat. 5:45).
Dan Ia selalu membaharui kasih setia-Nya setiap pagi, seperti sabda-Nya dalam Ratapan Nabi Yeremia, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu.” (Rat. 3:22-23). Maka, setiap anak Bapa harus memancarkan kasih setia-Nya.
Janganlah kamu menghakimi
Dosa harus dihakimi, agar tiap pribadi mampu menghindarinya. Menghakimi dosa pasti mencakup usaha untuk mengenali bagaimana ia bekerja; kapan ia mendatangi; dan dampak apa yang ditimbulkannya.
Bila jatuh dalam dosa, tiap pribadi harus mampu menemukan dan mengarahkan kembali ke jalan Tuhan. Dan, bila mungkin serta dibutuhkan, memandu saudara-saudari seiman yang jatuh dalam dosa.
Dosa harus dihakimi agar mutu kesaksian iman anak-anak Bapa terjamin. Tiap pribadi dipanggil untuk menghakimi dosa, bukan pendosa.
Tiap pribadi tidak menghakimi hati dan jiwa, karena tidak memiliki kuasa dan wewenang untuk itu. Hanya Allah dapat menghakimi hati dan jiwa.
Dan bagi mereka yang melanggar perjanjian hidup bersama, berlaku hukum sipil. Kewajiban anak-anak Bapa adalah menjadi saksi kebenaran Injil dan berdoa untuk pertobatan dirinya sendiri dan orang lain.
Memerangi dosa harus dimulai dari diri sendiri. Orang menjadi munafik ketika mudah melihat selumbar di mata sesama, tetapi tidak melihat balok di matanya sendiri.
Ketika anak-anak Bapa menyadari dosa dan kesalahan di dalam hati, Ia menawarkan pengampunan secara penuh dalam Sakramen Rekonsiliasi, Tobat-Pengampunan.
Ketika mengalami rahmat pengampunan Allah, anak-anak Bapa harus merentangkan tangan untuk mengampuni sesama. Inilah doa permohonan pengampunan: dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Mat. 6:12).
Santo Paulus menasihati agar anak-anak Bapa bertekat kuat “saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef. 4:32).
Dan Santo Agustinus menulis, “Barang siapa mengakukan dosa-dosanya … ia sedang berkarya bersama Allah.” (Evangelium Johannis, 12).
Katekese
Jangan menghakini dengan tidak adil. Santo Ephrem, orang Siria, 306-373:
Jangan mengadili dengan tidak adil, sehingga kamu tidak dihakimi dengan tuduhan berlaku tidak adil. Dengan tuduhan yang kamu ajukan dalam peradilanmu kamu akan dihakimi.
Pengadilan ini seperti ungkapan “Ampuni, dan kamu akan diampuni”. Karena sekali seseorang mengadili sesuai dengan keadilan, ia layak mendapatkan pengampunan melalui rahmat.
Sebaliknya, terkait dengan para hakim, mereka yang mencari cara pembalasan dendam untuk diri sendiri, Ia berkata, “Janganlah kamu menghakimi.” Yakni, kamu jangan mencari pembalasan dendam. Atau, jangan menghakimi dengan memandang muka dan kata orang, kemudian menghakimi; tetapi berilah peringatan dan nasihat (Commentary On Tatian’s Diatessaron 6.18B)
Oratio-Missio
Tuhan, kasih-Mu membebaskan, mengampuni, membawa suka cita. Ubahlah hatiku dan penuhilah dengan kasih-Mu, agar aku mampu mengendalikan diri, mewartakan damai dan tidak menyakiti hati sesama. Amin.
• Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi pribadi yang berbelas kasih?
Estote misericordes, sicut et Pater vester misericors est – Lucam 6:36