Kamis. Hari Raya Kenaikan Tuhan (P)
- Kis. 1:1-11.
- Mzm. 47:2-3,6-7,8-9.
- Ef. 1:17-23.
- Luk. 24:46-53.
Lectio
46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
50 Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. 51 Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga.
52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. 53 Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.
Meditatio-Exegese
Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus
Berbeda dengan para para penulis Perjanjian Baru, hanya Santo Lukas menulis kata pengantar seperti sejarahwan. Di bawah bimbingan Roh Kudus ia menjalin kutipan yang sangat kaya dari Mazmur, Nabi Yesaya, Nabi Amos dan Yoel.
Ia tidak hanya merenungkan karya Allah dalam Perjanjian Lama. Tetapi juga menafsirkan seluruh karya Allah dalam terang pemenuhan janji Allah dalan diri Yesus Kristus.
Buku yang pertama mengacu pada Injil Lukas, yang mengisahkan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat.
Dan kenaikan-Nya ke surga menghubungkan dengan kisah tentang permulaan dan perkembangan awal jemaat yang didirikan Yesus.
Namun, kisah yang dijalin Santo Lukas tidak melulu melukiskan usaha manusia. Terlebih ia menekankan bahwa seluruh kisah dituntun dan diarahkan oleh Roh Kudus.
Santo Hieronimus menjelaskan, “Kisah para Rasul rupanya merupakan kisah historis Gereja yang baru tumbuh di tahun-tahun awal berdirinya.
Tetapi bila kita merenungkan bahwa kitab ini ditulis Santo Lukas, sang tabib, yang dipuji dalam Kitab suci (bdk. 2Kor. 8:18). Kita menyadari bahwa setiap hal yang ia katakan merupakan obat bagi jiwa yang sedang sakit.” (Epistle 53, 9).
Santo Lukas mempersembahkan bukunya kepada Teofilus, yang, mungkin, adalah seorang Kristen terpelajar dan terpandang dari golongan sosial atas; tetapi kata theophilus juga bisa bermakna siapa saja yang dikasihi Tuhan, theos, Tuhan, philein, mengasihi.
Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus: ungkapan ini dengan tepat meringkas karya Yesus Kristus, yang ditulis dalam Injil.
Yang dikerjakan dan diajarkan Yesus melukiskan cara Allah menyingkapkan rencana dan tindakan penyelamatanNya: Allah mewartakan dan menyingkapkan diriNya sendiri dalam sejarah manusia melalui tindakan dan ajaran-Nya.
Santo Leo Agung mengajarkan, “Tuhan kita mengambil alih kelemahan kita, yang berasal dari dosa, walau Ia tanpa noda dosa. Ia mengalami lapar dan haus, tidur dan kelelahan, kesedihan dan air mata.
Ia menderita dalam segala cara yang mungkin, bahkan mengalami penderitaan paling mengerikan, yakni: kematian.
Tiada seorang pun dapat dibebaskan dari ikatan-ikatan dosa jika Ia yang sungguh-sungguh tidak berdosa bersidia mati di tangan manusia yang penuh noda dosa.
Maka, Juruselamat kita, Anak Allah, telah meninggalkan semua yang percaya kepada-Nya sumber bantuan yang sangat efektif, dan juga teladan.
- Pertama, mereka memperoleh kedua sumber itu melalui dilahirkan kembali melalui rahmat.
- Kedua, melalui meneladan hidup-Nya”. (Twelfth Homily on the Passion)
Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Ayat ini mengingatkan akan kisah penampakan Yesus yag telah bangkit pada para murid di Emaus dan para Rasul di ruang tengah (Luk. 24:13-43).
Angka 40 sangat ditekankan karena memiliki makna hurufiah maupun makna simbolik.
Dalam Kitab Suci rentang waktu 40hari atau 40 tahun memiliki makna penting dalam karya penyelamatan Allah: rentang waktu itu merupakan waktu saat Allah menyiapkan atau mewujudkan tahap penting rencana penyelamatan-Nya.
Bajir bandang berlangsung empat puluh hari pada masa Nuh (Kej. 7:17). Bangsa Israel berjalan selama empat puluh di gurun sebelum memasuki Tanah Terjanji (Mzm. 95:10). Selama empat puluh hari Musa berada di Sinai untuk menerima Perjanjian (Kel. 24:18)
Dengan kekuatan roti dari Allah Elia berjalan 40 hari ke gunung Allah, yakni Gunung Horeb (1Raj. 19:8).Akhirnya, 40 hari Yesus berpuasa di gurun untuk mempersiapkan karya pelayanan publik (Mat. 4:2).
Tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Kisah para Rasul dikenal sebagai Injil Roh Kudus. Yohanes Pembaptis menubuatkan pembaptisan dengan Roh Kudus (Mat. 3:11; par.) dan Yesus menjajikan pembaptisan dengan Roh Kudus.
Janji-Nya ditepati pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4). Sesuai dengan perintah Yesus, para Rasul dan penggantinya membaptis dengan air (Kis. 2:41; 8:12.38; 9:18; 10:48; 16:15.33; 18:8; 19:5) sebagai upacara pemasukan ke dalam Kerajaan Mesias.
Baptis ini berdaya menghapuskan dosa dan memberikan Roh Kudus. Kemudian, muncul upacara lain ialah penumpangan tangan (1Tim. 4:14), yang menjadi tanda kelihatan dan karismatis memberikan Roh Kudus.
Upacara ini menjadi asal usul Sakramen Penguatan.
Melalui anugerah pengangkatan menjadi anggota Kerajaan Mesias dan pencurahan Roh Kudus, setiap murid Yesus hidup sesuai dengan teladan-Nya.
Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.
Kenaikan Yesus ke surga menjadi klimaks peninggian-Nya, setelah Ia mengalami sengsara, wafat dan bangkit. Rangkaian peristiwa agung ini menyingkapkan misteri Paskah.
Para bapa Konsili Vatikan II mengungkapkan iman kepada-Nya, “Karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.
Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya.” (Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, 5; bdk. Dei Verbum, 19).
Menyaksikan Yesus yang terangkat ke surga, orang-orang Galilea itu hanya tertegun. Tatapan mata mereka kosong, seolah tak tahu apa yang harus diperbuat. Mereka belum mampu memahami seluruh makna misteri Paskah.
Di saat mereka tertegun, para malaikat setelah menegur orang-orang itu dan menyingkapkan Parusia. Yesus akan datang kembali, kedatangan Tuhan kedua, ketika Ia mengadili orang hidup dan mati.
Santo Yohanes Chrysostomus mengajarkan, “Mereka berkata pada orang-orang Galilea itu, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Kata-kata ini perlu direnungkan. Para malaikat tidak menyampaikan kedatangan Sang Juruselamat dalam waktu segera.
Para malaikat hanya menekankan apa yang paling penting, yakni: Yesus Kristus akan datang kembali dan kita harus memiliki iman yang teguh saat mengharapkan kedatangan-Nya.” (Homily on Acts, 2).
Ada tertulis
Dari beragam paham tentang Mesias, jemaat Santo Lukas mengintepretasikan seluruh nubuat Kitab Suci terpenuhi dalam peristiwa Yesus, yang berpuncak pada sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya (bdk. Yes. 49:6; 53:7-8; Mzm. 16:10; Hos 6:3, Yl. 2:32).
Demikian juga, warta tentang pertobatan dan pengampunan dosa kepada seluruh bangsa menggemakan wajah Allah yang berbelas kasih dan dan penuh kerahiman (Luk 24:47).
Nabi Yesaya menubuatkan Yesus sebagai Sang Terang. Melalui-Nya manusia bisa memandang wajah Allah yang berbelas kasih dan penuh kerahiman (Yes. 8:23-9:1; Mat. 4:12-17). Dari manusia hanya dituntut untuk bertobat (Luk. 24:47)
Paus Fransiskus menggemakan, “Yesus Kristus adalah wajah belas kasih Bapa. Kata-kata ini merangkum misteri iman Kristiani.
Belas kasih telah menjadi hidup dan nyata dalam diri Yesus dari Nazareth, karena seluruh pewahyuan memuncak dalam diriNya. Bapa, “yang kaya dalam belas kasih”, dives in misericodia (Ef. 2:4, vulgata),
setelah menyingkapkan namaNya kepada Musa sebagai “TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya.” (Kel. 34:6), tidak pernah berhenti menunjukkan sifat ilahi-Nya ini dengan pelbagai cara sepanjang sejarah.” (Bulla Misericodiae Vultus, 1).
Kamu adalah saksiKu
Para rasul adalah saksi sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Mereka bersaksi mulai dari Yerusalem hingga ke Roma. Begitu seterusnya, dan kesaksian itu terus berlangsung hingga di sini dan kini, hic et nunc.
Tiap pengikut Yesus adalah μαρτυρες, martyres, saksi-Nya. Mereka tidak segan untuk menyerahkan hidup dan menumpahkan darah atas iman pada Kristus Yesus.
Tiap saksi tidak mewartakan dirinya sendiri, tetapi Yesus Kristus, Wajah Allah yang kaya akan belas kasih.
Secara jelas, Yesus menegaskan perintah-Nya (Luk. 24:48), “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”, Vos estis testes horum.
Menjadi saksi bermakna menghadirkan Yesus di tengah pergolakan hidup manusia melalui teladan dan pewartaan lisan.
Konsili Vatikan II menggemakan, “Gereja harus hadir di tengah golongan-golongan manusia itu melalui putera-puterinya, yang diam di antara mereka atau diutus kepada mereka.
Sebab segenap umat beriman kristiani, dimana pun mereka hidup, melalui teladan hidup serta kesaksian lisan mereka wajib menampilkan manusia baru, yang telah mereka kenakan ketika dibaptis, maupun kekuatan Roh Kudus, yang telah meneguhkan mereka melalui sakramen Krisma.
Dengan demikian sesama akan memandang perbuatan-perbuatan mereka dan memuliakan Bapa (lih. Mat. 5:16), dan akan lebih penuh menangkap makna sejati hidup manusia serta ikatan persekutuan semesta umat manusia.” (Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja, Ad Gentes, 11).
Seluruh aspek hidup manusia menjadi tempat untuk bersaksi. Tiap murid Yesus berusaha dan bekerja sama dengan semua orang lainnya untuk mengatur bidang-bidang ekonomi dan sosial, pendidikan berkualitas untuk anak-anak dan kaum muda.
Selanjutnya, masing-masing ambil bagian dalam usaha melenyapkan kelaparan, kebodohan serta penyakit, dan meneguhkan perdamaian di dunia.
Konsili Vatikan II mendorong, “Dalam kegiatan itu hendaknya kaum beriman memilih untuk dengan bijaksana menggabungkan usaha mereka dengan usaha-usaha, yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga perorangan maupun umum, oleh pemerintah-pemerintah, oleh lembaga-lembaga internasional, oleh pelbagai jemaat kristiani maupun para penganut agama-agama bukan kristiani.” (Dekrit Tentang Kegiatan Misioner Gereja, Ad Gentes, 12).
Kesaksian para murid Yesus menjadi efektif, karena “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8).
Ia menganugerahkan daya yang sama yang Ia terima ketika Roh Kudus turun atas-Nya dan mengurapi-Nya pada awal tugas pengutusan-Nya (Yoh. 1:32-33).
Anugerah itu akan diberikan setelah Ia naik ke surga, menghadap Bapa. Dari sana Roh Kudus diutus untuk menyertai para murid hingga akhir jaman (bdk. Mat. 28:20).
Di samping itu, Santo Lukas menegaskan iman Katolik yang bersifat triniter. Kita percaya: Bapa, Putera dan Roh Kudus, Allah yang esa.
Katekese
Hidup seperti yang diminta Kristus. Santo Yohanes Chrysostomus, Bapa Gereja, Uskup Agung Konstantinopel, 347-407:
“Mari kita tanggalkan diri sendiri yang penuh dosa. Mari kita hidup seperti diminta Kristus. Ia telah memberikan kita pembaptisan, bukan hanya sekedar kita terima dan campakkan, tetapi kita harus menghasilkan buah pembaptisan dalam hidup.
Bagaimana orang akan berkata pada-Nya karena ia telah mengingkari dan mencampakkan pembaptisan: Menghasilkan buah?
Bukankah telah kita dengan bahwa “buah Roh adalah kasih, suka cita, damai sejahtera (Gal 5:22)? Bagaimana mungkin di sini terjadi hal yang sangat berlawanan? […]
Allah mengutus Roh Kudus dari surga untuk menebus, bukan hutang atas uang, tetapi seluruh beban dosa; dan, apakah kalian menyesal dan meratap? Sungguh tak layak sikap ini!
Seharusnya tidak perlu diungkapkan bahwa justru pada mayat diberi curahan air melimpah; dan misteri kudus dicampakkan ke tanah.
Namun, sepertinya kita tidak layak untuk dipersalahkan, sebaliknya manusia begitu keras hati dan keras kepala.
Pada kalian aku berseru untuk meninggalkan segala yang jahat, segeralah berbalik dan mendekat pada Sakramen Baptis.
Karena dengan bukti usaha keras pada saat ini, semoga kita memperoleh kepercayaan yang akan segera dianugerahkan.
Dengan kepercayaan yang kita peroleh itu, semoga kita dianugerahi rahmat dan belas kasih Tuhan kita Yesus Kristus, yang mulia dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.” (Exegetical Homily on the Ascension, 26-27).
Oratio-Missio
Tuhan, melalui anugerah Roh Kudus, Engkau memenuhi hatiku dengan semangat yang tak terpatahkan, agar aku mampu menjadi saksi Injil, bahwa Engkau telah mengalahkan dosa dan maut. Amin.
- Melalui profesi yang kugeluti, apa yang aku lakukan untuk terlibat menjadi saksi-Nya?
vos autem estis testes horum – Lucam 24:48