Lectio Divina 26.2.2025 – Tidak Menciptakan Sekat

0
0 views
Tembok ghetto Bethlehem, by Pawel Ryszawa

Rabu. Minggu Biasa VII, Hari Biasa (H)

  • Sir. 4:11-19
  • Mzm. 119:165.168.171.172.174.175
  • Mrk. 9:38-40
  • Lectio

38 Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami melihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”

39 Namun, kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia. Sebab, tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 40 Siapa yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

Meditatio-Exegese

Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita

Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami melihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” (Mrk. 9:38). Perkataan Yohanes mencerminkan mentalitas sempit jemaat.

Seolah-olah perbutan baik hanya menjadi tugas perutusan kelompok itu. Sepertinya, hanya kelompok itulah yang dipilih untuk melakukan kebaikan, berperang melawan setan. Kata-kata Yohanes mencerminkan fanatisme sempit akan penghayatan dan pelaksanaan iman.

Iri hati dan cemburu selalu menyebabkan dosa. Keduanya mengarahkan manusia untuk selalu tidak suka, bahkan, bersedih atas apa yang seharusnya membuat bersuka cita, yakni: kebahagiaan sesama. Bersedih atas sukacita sesama biasanya disebabkan oleh anggapan bahwa kebahagiaan sesama melukai harga diri.

Iri hati mulai terbentuk ketika manusia percaya bahwa sukacita sesama atau apa yang dimiliki sesama menurunkan harga diri atau mempermalukannya. Maka, iri hati selalu berlawanan dengan kasih.

Obyek kasih dan obyek iri hati sama: sukacita sesama. Tetapi gerak batin dalam menanggapi suka cita sesama berlainan. Kasih selalu bersuka cita atas suka cita sesama; sedangkan iri hati selalu menghasilkan kemurungan.

Allah telah mencurahkan di dalam hati anugerah terindah: Roh Kudus (Rom 5:5). Roh itu memurnikan dan membebaskan hati dari kecondongan yang tidak teratur, seperti: iri hati, cemburu, tamak, dan amarah.

Kasih Allah selalu murah hati dan tanpa pamrih. Ia selalu mengusahakan sukacita sesama. Kasih itu selalu mendorong untuk memberi dengan murah hati, khususnya mereka yang membutuhkan.

Namun, kasih saja belum cukup untuk memulihkan citra manusia yang terkoyak oleh iri hati dan cemburu atau pandangan sempit lainnya.

Masa depan manusia justru terletak pada pengampunan. Yesus tidak pernah menolak untuk memberikan luapan kasih dan pengampunan pada siapa saja yang membutuhkan pertolongan-Nya.

Yesus tidak suka pada mentalitas ‘iri hati’, dan menutup diri. Para murid Yesus harus hidup berlandaskan kasih, karena, “kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong … Ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran” (1Kor. 13: 4-6). Kasih Allah tidak bisa dibatasi.

Santo Gregorius dari Nyssa, Bapa Gereja, 330-395, menulis, “Allah tidak pernah meminta para pembantu-Nya melakukan apa yang tidak mungkin. Kasih dan kebaikan hati Anak-Nya yang tunggal dinyatakan secara berlimpah ruah.

Kasih dan kebaikan hati-Nya dicurahkan seperti air yang dicurahkan untuk semua. Allah menjamin hidup tiap pribadi sesuai dengan kehendak-Nya, yakni kemampuan untuk melakukan apa yang baik.

Tak ada satu pun yang mencari keselamatan akan kehilangan kemampuan ini, yang dianugerahkan oleh Dia yang bersabda, “Barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” (Mrk. 9:41).”

Saat manusia hendak membuat sekat antar manusia, Yesus mencegah. Dan setiap orang yang berperang melawan setan – pangeran kegelapan, penguasa dunia, iblis – adalah kawan seperjuangan.

Sabda-Nya (Mrk 9:39-40), “Jangan kamu cegah dia. Sebab, tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 40 Siapa yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”, Nolite prohibere eum. Nemo est enim, qui faciat virtutem in nomine meo et possit cito male loqui de me; qui enim non est adversum nos, pro nobis est.  

Katekese

Melakukan pekerjaan baik dalam Kristus. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430.

“Kita seharusnya tak terusik karena beberapa orang yang tidak menjadi anggota atau belum menjadi anggota keluarga jemaat, yakni, siapa pun yang tidak atau belum mengundang Allah tinggal di hati, melakukan kebaikan, seperti terjadi pada mereka yang mengusir setan dalam nama Kristus (Mrk 9:38; Luk 9:49).

Walaupun ia bukan pengikut Kristus, Ia meminta bahwa ia diijinkan untuk terus berkarya, karena tindakan itu menjadi kesaksian tentang nama-Nya yang bernilai  begitu tinggi bagi banyak orang …

Kepala Pasukan Cornelius juga melihat malaikat yang diutus padanya untuk berpesan bahwa doanya didengarkan dan amal kasihnya diterima (Kis. 10:3-4), bahkan sebelum ia diangkat menjadi anggota jemaat ini melalui pembaptisan.” (Letter 187, To Dardanus 36).

Oratio-Missio

Tuhan, semoga aku dimampukan memancarkan suka cita Injil pada sesamaku. Semoga aku menjadi terang dan pewarta kebenaran agar sesamaku menemukan Sang Sumber Hidup yang membebaskan dari dosa dan kejahatan. Amin.   

  • Apa yang perlu aku lakukan  untuk mengikis habis iri hati dan melakukan perbuatan dengan murah hati?

Qui enim non est adversum nos, pronobis est – Marcum 9:40

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here