Selasa. Hari Selasa Dalam Pekan Suci (U)
- Yes. 49:1-6
- Mzm. 71:1-2.3-4a.5-6b.15.17
- Yoh. 13:21-33.36-38
Lectio
21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” 22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. 23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.
24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya.” 25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, siapakah itu?” 26 Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.”
Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. 27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”
28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. 29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. 30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu.
Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 36 Simon Petrus berkata kepada Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”
37 Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.” 38 Jawab Yesus: “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
Meditatio-Exegese
Sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku
Ancaman yang akan menimpa Yesus tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari komunitas yang dibangun-Nya sendiri. Ancaman dari dalam komunitas selalu berbentuk pengkhianatan atau pembelotan atau pengingkaran.
Saat membasuh kaki para rasul (Yoh. 13:1-11), Yesus berpesan tentang kewajiban untuk saling membasuh kaki masing-masing (Yoh. 13:12-16). Ia menghendaki setiap anggota komunitas iman saling melayani satu sama lain dengan pemberian diri secara total, seutuhnya.
Tetapi, yang berlawanan dengan kehendak-Nya terjadi. Di antara para sahabat-Nya berkhianat. Yesus menyingkapkan dengan nada begitu emosional (Yoh. 13:21), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”, Amen, amen dico vobis: Unus ex vobis tradet me.
Ia tidak menuduh. Ia tidak pula bersabda, “Yudas Iskariot akan mengkhianati-Ku.” Tetapi, “Seorang di antara kamu”. Para rasul begitu ketakutan.
Mereka tidak mengharapkan Yesus menyampaikan tentang pengkhianatan. Mereka menghendaki tiada satu pun dari mereka mengkhianatiNya. Petrus mendesak Yohanes untuk menanyakan siapa pengkhianat itu.
Gerak gerik Petrus menandakan ia tidak mengenal masing-masing sahabat Yesus dan sahabatnya sekomunitas iman. Ia belum mencapai pemahaman tentang persahabatan seperti yang diharapkan Yesus (bdk. Yoh. 15:15). Dan Yohanes bertanya pada-Nya, “Tuhan, siapakah itu?”
Pada waktu itu hari sudah malam
Yesus tidak pernah menuduh orang. Ia menyingkapkan melalui isyarat, “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” (Yoh. 13:26).
Tindakan Yesus ini nampak wajar, karena biasa dilakukan di antara mereka yang ambil bagian dalam perjamuan terakhir, termasuk kepada Yudas. Selanjutnya, Ia bersabda, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” (Yoh. 13:27).
Nampaknya kesebelas rasul yang lain dibutakan mata mereka. Mereka hanya menangkap bahwa Yesus menyuruh Yudas untuk pergi ke luar dan membeli keperluan mereka atau memberi sedekah kepada kaum miskin. Mereka berpikir business as usual, semua biasa saja.
Ternyata, di balik itu, mereka tidak sadar akan bahaya yang mengancam. Yesus menggemakan perasaan yang membuncah pada diri pemazmur, “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.” (Mzm. 41:10; bdk. Mzm. 55:13-15).
Yudas sadar bahwa Yesus mengetahui pengkhianatannya (bdk. Yoh. 13: 18). Tetapi ia tidak mau mengubah sikap batinnya sendiri. Ia sudah kerasukan setan. Pada saat itulah terjadi pemisahan antara Yesus dan Yudas.
Yudas bangkit dan pergi meninggalkanNya. Ia meninggalkan ruang yang diterangi Cahaya dan memasuki kegelapan. Yudas memilih kegelapan, yang hanya bisa dikalahkan oleh Terang (bdk. Kej. 1:2; Yoh. 1:5; Yoh. 8:12). Santo Yohanes menulis (Yoh. 13:30) : “Pada waktu itu hari sudah malam.”, erat autem nox.
Engkau telah menyangkal Aku tiga kali
Yesus sungguh mengenal Petrus. Berkobar-kobar ia berkata (Yoh. 13:38), “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.”, Animam meam pro te ponam.
Tetapi, ternyata sikap yang dituntun luapan emosi justru menyingkapkan kelemahan manusiawinya. Petrus dengan mudah melupakan semangat membela Yesus sampai mati. Ia menyangkal-Nya di depan banyak orang bahkan dengan sumpah. Inilah kelemahannya: lemah hati dan pengecut.
Santo Yohanes tidak mencatat reaksi Petrus setelah ayam berkokok. Santo Lukas mencatat kepedihan dan penyesalan Petrus, “Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya” (Luk. 22:62).
Dalam kepedihan, Petrus menyesali luapan emosi dan pengingkaran atas Sang Guru dan berbalik menatap wajah-Nya; sedangkan Yudas Iskariot mengkhianati-Nya dengan penuh kesadaran dan perhitungan matang.
Petrus belum siap untuk mengikuti Yesus. Santo Augustinus menulis, “Tuhan kita menunjukkan suatu penundaan. Ia tidak menghancurkan harapan, tetapi menguatkan semangat dengan bersabda, “Kelak engkau akan mengikuti Aku.
Mengapa engkau tergesa-gesa, Petrus? Sebagai batu karang jiwamu belum kokoh. Jangan pernah engkau menenggelamkan diri pada anggapanmu. Sekarang engkau belum dapat mengkuti Aku. Tetapi jangan putus harapan: kelak engkau mampu.” (In Ioann. Evang., 66, 1).
Kehendak Petrus belum kokoh. Kelak ia mengembangkan kekuatan jiwa dan raganya berlandaskan kerendahan hati.
Dan di saat mati, ia memandang diri tidak layak mati seperti cara Tuhannya. Ia memilih disalib dengan kepala di bawah. Cara ini menjadi batu penjuru yang kokoh bagi siapa pun yang akan menggantikannya dalam Gereja.
Penyangkalannya menjadi tanda kelemahannya. Tetapi itu ia menggantinya dengan pantas melalui pertobatan tuntas.
Katekese
Lawanlah dosa dan kalahkan pencobaan. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Tugas utama kalian: jangan pernah berpuas dengan diri sendiri, lawanlah dosa, dan ubah diri kalian sendiri menjadi pribadi yang lebih baik. Kemudian, tugas kedua adalah kalahkanlah pencobaan dari dunia yang akan mengubah hidupmu. Ingat dan lakukan kedua tugasmu.” (Commentary on Psalm 59,5)
Oratio-Missio
“Tuhan, anugerahilah aku hati yang teguh, hati yang tak mampu digoyahkan oleh pikiran kotor. Hati yang tak takluk pada kesulitan yang melanda hidupku. Hati yang lurus yang tak dapat goyah oleh tujuan serong.
Ya Tuhan, Allahku, anugerahilah aku pengertian untuk mengenalMu, ketekunan untuk mencari-Mu, kebijaksanaan untuk menemukan-Mu, dan, akhirnya, kesetiaan untuk memuluk-Mu. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.” (doa Santo Thomas Aquinas, terjemahan bebas).
- Apa yang aku lakukan untuk tidak mengkhianati-Nya?
“Amen, amen dico vobis: Unus ex vobis tradet me.” – Ioannem 13:21