Rabu. Minggu Biasa XII, Hari Biasa (H)
- 2Raj. 22:8-13; 23:1-3
- Mzm 119:33.34.35.36.37.40
- Mat 7:15-20
Lectio
15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19 Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 20 Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”
Meditatio-Exegese
Diadakannyalah perjanjian di hadapan Tuhan untuk hidup dengan mengikuti TUhan
Pembaharuan iman umat di zaman Raja Yosia merupakan buah dari proses panjang sejak nabi Yeremia berkarya (bdk. Yer. 1:2; 22:15-16). Memang, kitab 2 Raja-raja tidak menyebut nama Nabi Yeremia dan Zefanya (Zef. 1:1), tetapi pengaruh mereka begitu mendalam dan memicu pembaharuan iman.
Saat kekuasaan kemaharajaan Asyur mulai pudar dan pengaruh Persia dan Babel mulai bangkit dengan penanda penghancuran Ninive, ibu kota Asyur, 621 sebelum Masehi, Yosia dapat membebaskan Yehuda dari pengaruh Asyur dan membangun negerinya sendiri.
Pembaharuan yang dilakukan Yosia didasarkan pada sabda Allah dalam Kitab Suci yang ditemukan di Bait Allah. Para ahli menduga bagian itu adalah bagian dari Kitab Ulangan, mungkin Ulangan 12:1-26:29, karena pembaharuan yang diprakarsai raja berkaitan dengan satu-satunya tempat penyembahan pada Allah (bdk. Ul. 12:2-7) dan kitab ini sering disebut sebagai ‘Kitab Hukum’ (Ul. 29:20; 31:26).
Yosia mula-mula memperbaiki kerusakan, mungkin karena telah berusia dua ratus tahun dan dilecehkan pada masa raja Manasye. Untuk membiayai pemugaran, Yosia melanjutkan keputusan Raja Yoas (2Raj. 12:10-16).
Raja juga meminta petunjuk Nabiah Hulda, yang tinggal di Yerusalem. Ia mengatakan bahwa perbuatan jahat para pendahulu raja menyebabkan kemurkaan Allah dan mengakibatkan penghukuman dari-Nya. Tetapi, raja yang rendah hati dan bertobat dijauhkan dari malapetaka yang akan datang (2Raj. 22:20).
Raja Yosia dan seluruh umat lalu membaharui Perjanjian dengan Allah berdasarkan ketentuan dan perintah Allah. Maka kitab itu menjadi ‘Kitab Perjanjian’, dan seluruh seluruh hidup tiap pribadi menghayatinya.
Ketika Yesus menetapkan Perjanjian Baru yang dimeteraikan dan dilandaskan pada darah-Nya (bdk. Mrk. 14:22-25; 1Kor. 11:23-25), kitab itu, bersama dengan kitab lain yang melengkapinya, terus menerus memberi kesaksian pada Perjanjian Lama. Dan Gereja akan terus menerus menyebut kitab itu sebagai Perjanjian Lama.
Buah anggur, semak duri, buah ara, rumput duri
Apa yang mau disingkapkan Yesus dengan menggunakan lambang anggur, semak duri, buah ara dan rumput duri?
Sejenis semak duri ternyata menghasilkan buah, yang bila dilihat dari jauh, mirip dengan buah anggur. Rumput duri tertentu juga menghasilkan bunga yang bentuknya, dari kejauhan, mirip dengan buah ara.
Dari jaman dulu hingga kini dan di sini, hic et nunc, warta yang tiap pribadi ‘dengar’ mungkin serupa dengan kebenaran. Padahal, ketika diteliti lebih rinci dan mendalam, benar-benar keliru. Hoax.
Nabi palsu atau guru palsu terus bertambah, tidak pernah berkurang, sejak sebelum Kitab Suci ditulis. Mereka “menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.” (Mat. 7:15).
Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka
Santo Yohanes Chrysostomus, 547-407, menulis, “Yesus mengingatkan akan apa yang terjadi pada para leluhur yang tertarik pada nabi-nabi palsu. Bahaya yang sama kita hadapi sekarang ini seperti apa yang mereka alami pada masa-masa lalu.
Ia mengingatkan akan pengalaman para leluhur agar tidak putus asa menghadapi jutaan kesulitan yang menghadang di tengah jalan yang sempit dan sukar. Ia mengingatkan bahwa pentinglah para murid untuk berpegang pada keyakinan dan hidup tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan orang kebanyakan.
Tiap orang harus menjaga diri tidak hanya terhadap babi dan anjing; tetapi juga terhadap binatang yang lebih buas dan berbahaya: serigala. Mereka akan menghadapi tidak hanya kekhawatiran yang bergolak di dalam diri sendiri; tetapi juga kesulitan dan tantangan di luar.
Namun mereka tidak putus asa. Yesus bersabda, “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Tidak ada apa pun yang terjadi baik baru maupun asing. Ingat musuh lama selalu dan selama-lamanya mengajarkan kepalsuan seolah-olah itu benar.” (The Gospel Of Matthew, Homily 23.6)
Yesus menghubungkan kebenaran dengan buah yang baik, yakni buah yang bebas dari kerusakan, kebusukan, atau penyakit. Sesuatu dinyatakan baik bila sehat. Buah yang baik dihasilkan dari hidup yang baik – hidup menurut tuntunan kebenaran moral dan karakter mulia.
Nabi Yesaya mengingatkan, “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit.” (Yes. 5:20).
Buah-buah kepalsuan mengubah agama yang menjadi ‘candu’ yang hanya menghibur. Gereja tidak lagi menyuarakan kehendak Allah. Ia menghilangkan salib dari kekristenan.
Gereja kehilangan makna ketika menghapus ajaran-ajaran Yesus yang menyingkapkan pengadilan Allah dan tuntutan perubahan radikal atas perilaku serta sistem hidup bersama yang tidak adil. Dan, ia mendorong orang untuk menghindari refleksi atas dosa.
Bagaimana menolak kepalsuan dalam hidup pribadi? Hiduplah dengan benar–benar di hadapan Allah, sabda-Nya dan karunia-Nya. Dan berperilaku benar.
Mereka yang benar di hadapan Allah tidak penah mengandalkan dirinya sendiri. Ia mengandalkan Allah yang menjamin seluruh kebutuhannya.
Buah yang dihasilkan murid-Nya dapat dikenali melalui iman, harapan, dan kasih, keadilan, kebijaksanaan, keberanian untuk membela kebenaran dan pengandalian diri.
Sabda-Nya (Mat. 7:20), “Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”, Igitur ex fructibus eorum cognoscetis eos.
Katekese
Nabi-nabi palsu. Paus Fransiskus, Buenos Aires, 17 Desember 1936 .
Mari kita menyimak pesan Injil dan mencoba memahami ciri-ciri nabi-nabi palsu. Mereka dapat menampilkan diri sebagai ‘pawang ular’, yang mampu mempermainkan emosi manusia agar mereka mampu memperbudak sesama dan mengarahkan ke tujuan yang mereka kehendaki.
Betapa banyak anak-anak Allah telah dijebak oleh kesenangan-kesenangan sesaat, dengan memoles sebagai kebahagiaan sejati. Betapa banyak pria dan wanita dipukau oleh mimpi akan kekayaan, yang hanya memperbudak mereka demi laba dan sedikit bunga.
Betapa banyak yang menghayati corak hidup tertentu karena percaya bahwa mereka cukup puas dengan diri sendiri, dan, akhirnya, justru terjebak dalam kesepian.
Nabi palsu dapat tampil sebagai ‘pembohong’, yang menawarkan solusi mudah dan segera atas penderitaan. Tetapi, segera terbukti yang mereka katakan adalah kebohongan. Betapa banyak kaum muda diseret oleh obat-obat penenang, relasi-relasi hambar, dan laba yang cepat dan tidak jujur.
Betapa banyak yang dijerat oleh eksistensi ‘vitual’, yang menampakkan relasi cepat dan segera, tetapi segera berubah menjadi tak bermakna. Kebohongan-kebohongan ini, yang terbukti dikemas dan disebarkan tanpa makna, hanya merampok apa yang paling berharga: martabat, kebebasan, dan kemampuan untuk mengasihi.
Mereka menggoda harga diri kira, kepercayaan kita pada apa yang nampak. Tetapi pada akhirnya, mereka hanya membuat kita bertindak bodoh. Maka sebaiknya kita tidak terkejut. Untuk membuat hati kita bimbang, setan, yang adalah ‘pendusta dan bapa segala dusta’ (Yoh. 8:44), selalu menampilkan kejahatan sebagai kebaikan, kepalsuan sebagai kebenaran.
Itulah mengapa masing-masing kita dipanggil untuk menguji hati kita agar memastikan apakah kita telah menjadi mangsa kebohongan nabi-nabi palsu ini.
Kita harus belajar untuk menilik secara lebih seksama, menukik jauh ke dalam, dan mengenali yang tetap baik dan tanda yang bertahan di hati kita, karena itu berasal dari Allah dan benar-benar bermanfaat bagi kita.” (Pesan Bapa Suci untuk Prapaskah 2018).
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku selalu menghasilkan buah yang baik bagiMu dan menolak apa yang selalu menghasilkan buah yang buruk. Bantulah aku untuk tumbuh dalam iman, harapan, kasih, kebenaran, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan agar kepalsuan tidak menguasai hidupku dan komunitasku?
Igitur ex fructibus eorum cognoscetis eos – Matthaeum 7:20